Kehendak Dan Keridaan

Taman Surga

ALLAH SWT menghendaki kebaikan dan keburukan, tetapi hanya meridai kebaikan. Itulah mengapa Dia berfirman:

“Aku adalah harta yang terpendam, dan Aku ingin dikenal.”

Allah juga menghendaki perintah dan larangan, tetapi perintah hanya akan cocok jika yang diperintahkan itu adalah hal yang dibenci. Jika seseorang berkata: “Wahai orang yang lapar, makanlah manisan dan gula ini,” maka perkataan itu bukan merupakan perintah, tapi penghormatan. Demikian juga tidak mungkin melarang sesuatu yang disukai manusia. Tidak bisa dikatakan: “Jangan kamu makan batu, jangan kamu makan duri,” maka itu bukanlah sebuah larangan.

Jadi, demi keabsahan menjalankan perintah kebaikan dan menjauhi larangan keburukan, maka harus ada orang yang menginginkan keburukan. Menghendaki terjadinya nafsu semacam ini adalah sebuah kehendak atas keburukan. Tapi Allah tidak rela dengan keburukan, karena jika yang terjadi sebaliknya, Dia tidak mungkin memerintahkan kebaikan. Ini sama seperti seorang guru yang ingin mengajar. Sebelum mulai mengajar, ia tentu berharap akan mengajari para murid yang bodoh, sebab pengajaran tak akan berhasil tanpa kebodohan si murid. Keinginan terhadap sesuatu adalah keinginan pada semua yang melekat pada sesuatu itu. Tapi tidak ada satu guru pun yang rela dengan kebodohan murid-muridnya. Jika mereka memang mengharapkannya, lantas untuk apa mereka mengajar para murid? Demikian juga dengan seorang dokter. Jika dia ingin mengobati pasien, maka ia pasti menghendaki pasiennya sakit. Kalau tidak begitu, tentu si dokter tidak bisa mengobati dan merawat mereka. Tukang roti pun demikian, ia menghendaki laparnya manusia demi lancarnya pekerjaan dan penghidupannya. Tetapi di balik kehendaknya itu, dia tidak rela dengan rasa lapar yang diderita oleh mereka. Sebab kalau dia rela dengan kelaparan, tentu dia tidak akan menjual roti.

Demikian juga dengan para menteri dan pasukan berkuda, yang berharap adanya penentang yang memusuhi raja mereka. Kalau tidak begitu, maka kejantanan dan kecintaan mereka pada raja tidak akan tampak, dan mustahil raja akan mengumpulkan mereka sebab ia tidak butuh pada mereka. Meski demikian, para menteri dan pasukan berkuda itu tidak rela dengan keberadaan para penentang, tetapi kalau mereka tidak berharap seperti itu, mereka tidak akan berperang.

Manusia hendaknya menghormati hasrat-hasrat jahat yang ada dalam diri mereka, sebab Allah mencintai manusia yang bersyukur, dermawan dan bertakwa. Semua itu tidak akan terwujud tanpa adanya hasrat-hasrat dalam diri itu. Keinginan terhadap sesuatu adalah keinginan pada semua yang melekat pada sesuatu itu. Tapi manusia hendaknya tidak mendukung hasrat-hasrat yang jahat itu, melainkan berjuang keras untuk mengatasi pengaruhnya.

Dari sini bisa diketahui bahwa sebenarnya Allah menghendaki keburukan di satu sisi, dan tidak menghendakinya di sisi yang lain.

Seorang musuh berkata: “Allah tidak menghendaki keburukan dari sisi mana pun.” Adalah hal yang mustahil jika menghendaki sesuatu tapi tidak menghendaki aksesori yang melekat pada sesuatu itu. Termasuk ke dalam aksesori perintah dan larangan adalah hawa nafsu yang pasti menyukai keburukan dan dari kebaikan, dan termasuk ke dalam aksesori hawa nafsu ini adalah segala keburukan di dunia. Seandainya Allah tidak menghendaki keburukan, maka Dia tidak akan menghendaki hawa nafsu. Jika Dia tidak menghendaki hawa nafsu, maka Dia tidak akan menghendaki adanya perintah dan larangan yang melekat pada nafsu. Andai Dia rela akan hawa nafsu, tidak mungkin Dia memerintah dan melarangnya. Kesimpulannya: segala keburukan dikehendaki karena adanya kebaikan yang merupakan perkara selain keburukan tersebut.

Kemudian si musuh berkata: “Jika Allah menghendaki semua kebaikan, termasuk di antaranya adalah mencegah keburukan, maka Dia menghendaki tercegahnya keburukan. Sementara mencegah keburukan tidak mungkin terjadi tanpa ada keburukan.” Atau dikatakan: “Allah menghendaki keimanan,” tetapi tidak mungkin ada keimanan tanpa didahului oleh kekafiran, sehingga dalam hal ini kekafiran adalah aksesori dari keimanan. Kesimpulannya: Menghendaki keburukan demi keburukan itu sendiri adalah sebuah keburukan. Tetapi menghendaki keburukan demi sebuah kebaikan, maka itu adalah sebuah kebaikan. Allah SWT berfirman:

“Dan dalam qisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu.” (QS. al-Baqarah: 179)

Tak diragukan lagi bahwa qisas adalah sebuah keburukan dan upaya perusakan bangunan Allah SWT. Tetapi itu hanya keburukan parsial, sementara membimbing makhluk agar tidak membunuh adalah sebuah kebaikan universal. Menghendaki keburukan parsial demi sebuah kebaikan universal bukanlah termasuk keburukan. Yang buruk adalah meninggalkan kehendak Allah secara parsial sambil membiarkan terjadinya keburukan universal. Ini seperti seorang ibu yang tidak mau menghukum anaknya karena melakukan keburukan parsial. Sementara sang ayah merasa harus menghukum anaknya itu karena ia khawatir akan terjadi keburukan universal. Sang ayah itu memangkas keburukan parsial untuk menghindari keburukan universal.

Allah itu Maha Pemaaf, Maha Pengampun dan Maha Pedih Pembalasan-Nya. Apakah Allah mengendaki nama-nama ini untuk-Nya atau tidak? Jawabannya pasti ya. Dia tidak mungkin bisa menjadi Maha Pemaaf dan Maha Pengampun tanpa adanya berbagai dosa, sebab menginginkan sesuatu berarti menginginkan semua yang melekat pada sesuatu itu. Itulah mengapa kita diperintah untuk saling memaafkan, berdamai dan berbuat baik, dan perintah itu tidak akan bermanfaat tanpa adanya permusuhan.

Sebagaimana pernyataan Shadr al-Islam: “Allah SWT memerintah kita untuk bekerja dan mengumpulkan kekayaan, sebab Allah sudah berfirman:

“Belanjakanlah harta bendamu di jalan Allah [QS. al-Baqarah: 195].

Seseorang tidak mungkin membelanjakan harta kecuali dengan harta yang mereka miliki. Dengan demikian, maka usaha untuk mengumpulkan harta adalah sebuah perintah. Siapa yang berkata pada orang lain: “Berdiri dan salatlah.” Itu berarti bahwa ia sedang menyuruh orang itu untuk berwudu serta menyuruhnya untuk menghampiri air dan semua yang melekat pada air itu.

Sumber : Jalaluddin Rumi, 2014, Fihi Ma Fihi, F Forum