Kebahagiaan Penghuni Neraka Di Neraka

Taman Surga

Para penghuni neraka lebih bahagia di sana daripada di dunia ini, karena di sana mereka akan selalu mengingat Allah, sedangkan di dunia mereka melupakan Allah. Tidak ada yang lebih manis daripada mengingat Allah. Keinginan mereka untuk kembali ke dunia adalah untuk bekerja dan melakukan amal kebajikan sehingga mereka dapat menyaksikan perwujudan keagungan Allah, dan bukan karena dunia ini lebih membahagiakan daripada neraka.

Orang-orang munafik berada di tingkatan neraka yang terbawah karena keimanan yang mendatangi mereka dikalahkan oleh kekufuran mereka yang lebih kuat sehingga ia tidak mampu beramal. Oleh sebab itu, siksaan untuk mereka lebih berat agar mereka menyadari keberadaan Tuhannya. Sementara bagi kaum kafir, keimanan tidak menghampiri mereka. Kekufuran mereka lemah sehingga dengan sedikit siksaan saja ia akan kembali menyadari keberadaan Tuhannya. Ini bisa dianalogikan seperti sapu tangan berdebu dan permadani yang juga berdebu. Cukup dibutuhkan satu orang saja untuk mengelebatkan sapu tangan itu agar menjadi bersih, berbeda dengan permadani yang membutuhkan empat orang yang kuat agar dapat menghilangkan debu yang menempel di permadani tersebut. Para penghuni neraka berkata:

“Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah Allah rezekikan kepadamu.” (QS. al-A’raf: 50)

Aku berlindung kepada Allah dari makna bahwa “mereka menghendaki makanan dan minuman.” Sebab makna dari ayat tersebut adalah: “Tuangkanlah kepada kami apa yang kalian peroleh dan yang membuat kalian berseri-seri.” Al-Qur’an itu laksana mempelai perempuan; meskipun kamu berusaha melepaskan hijab yang menutupinya, wajahnya tidak akan tampak jelas olehmu. Meski kamu telah berupaya memeriksa dirinya, kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan dan tidak mampu menyingkapnya. Hal ini dikarenakan merobek hijab justru akan membuat gadis itu menolakmu dan menipu dirimu. Ia akan bersandiwara dengan menunjukkan wajahnya yang buruk, seakan-akan ia berkata: “Aku bukan termasuk mempelai yang cantik.” Dia mampu menunjukkan beragam bentuk raut wajah sekehendak hatinya. Kondisinya akan berbeda jika dirimu tidak memaksa mempelai untuk menyingkap hijabnya. Kamu cukup mencari kerelaannya dengan menyirami kebunnya, melayaninya dari jauh, dan menyusuri jalan yang disukainya. Dengan begitu, tanpa perlu menyibak hijabnya, wajah mempelai itu akan terlihat olehmu.

Carilah ‘keluarga’ Allah yang berkata:

“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaku dan masuklah dalam surga-Ku.” (QS. al-Fajr: 29-30)

Allah tidak berbicara kepada setiap orang, sebagaimana para raja dunia ini tidak berbicara pada setiap tukang tenun. Mereka telah menunjuk seorang menteri dan wakil untuk menunjukkan jalan kepada manusia. Allah juga telah menunjuk hamba-hamba pilihan-Nya, sehingga setiap orang yang mencari Allah akan mendapati Allah berada dalam diri hamba-hamba pilihan itu. Seluruh Nabi telah datang dengan sebab ini, merekalah sang penunjuk jalan.

Sumber : Jalaluddin Rumi, 2014, Fihi Ma Fihi, F Forum