Kapan waktu yang tepat untuk menikah?

Menikah adalah hal yang sangat diinginkan oleh setiap manusia, namun kapan waktu yang tepat untuk menikah?

Waktu yang tepat untuk menikah adalah ketika seseorang sudah merasa berkecukupan baik dari materi maupun kesiapan jiwa. waktu untuk menikah merupakan penilaian yang subyektif. karena setiap orang memiliki pandangan masing-masing. selain itu hal yang perlu disiapkan ketika sudah menginginkan menikah adalah pasangan dan kesiapan.

Meskipun mencintai seseorang dan memiliki hubungan yang tampaknya sempurna terdengar cukup bagi Anda untuk bergegas menuju pelaminan, menikah membutuhkan lebih dari sekadar cinta.

Bagi beberapa orang, terdapat beberapa tanda yang membuat Anda benar-benar tahu bahwa saat ini sudah waktunya untuk menempuh hidup baru, yaitu menikah dengan pasangan anda.

"Tujuan dari menikah adalah untuk menemukan seseorang yang bersedia berbagi nilai-nilai Anda yang anda yakini, menginginkan hal yang sama untuk hubungan yang Anda lakukan, setuju dengan cara yang anda tempuh untuk mendapatkan hal-hal, dan yang terakhir, memiliki kedalaman cinta dan keinginan untuk hidup bersama, "

Berikut beberapa cara agar Anda dapat mengetahui bahwa Anda benar-benar siap untuk menikah

Anda jatuh cinta dengan seseorang yang anda benar-benar ingin menghabiskan sisa hidup Anda bersamanya.

Siapa pun yang bersama Anda harus menjadi katalisator atau alasan mengapa Anda tiba-tiba memiliki pikiran tentang pernikahan. Dengan kata lain, orang yang akan anda ajak menikah telah memenuhi daftar persyaratan yang anda inginkan terkait dengan kriteria-kriteria pasangan “ideal” anda.

Daftar persyaratan yang anda tentukan merupakan persyaratan minimal yang harus dimiliki oleh pasangan anda. Biasanya hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang prinsip menurut anda. Misalnya harus seiman, harus menyayangi keluarga besar anda, orang yang sabar dan lain sebagainya.

Kompatibilitas mengalahkan kompromi. Jangan sampai anda ber-kompromi dengan daftar persyaratan anda. Biasanya hal tersebut akan menjadi bom waktu dalam pernikahan anda nantinya.

Anda mengetahui apa yang diinginkan oleh pasangan anda

Apakah pasangan Anda melakukan semuanya secara sempurna menurut anda? Apakah pasangan anda selalu sesuai dengan yang Anda inginkan atau tampak berkompromi dengan semua yang Anda katakan?

Apabila jawabannya adalah Iya, bisa jadi hal tersebut bukan merupakan tanda yang bagus bagi anda dan pasangan anda.

Salah satu kesalahan terbesar yang bisa dilakukan seseorang adalah menikah dengan seseorang yang benar-benar tidak mereka kenal

Jangan memutuskan untuk menikah ketika anda masih dalam fase “tergila-gila” dengan pasangan anda. Anda akan sangat kesulitan untuk mengenal pasangan anda ketika anda masih berada pada fase tersebut. Bukankan kata-kata yang terkenal adalah, ketika kita tergila-gila dengan seseorang, “kotoran kucing pun akan berasa seperti coklat”.

Perlu waktu untuk benar-benar mengenal seseorang!!

Salah satu kelemahan dari pacaran adalah terkadang kita akan “sok jaga image” demi terlihat “bagus” didepan pasangan kita. Please dont do that. Hal itu sama saja anda membohongi diri anda dan pasangan anda.

Cobalah untuk jujur dengan pasangan anda terkait diri anda. Tunjukkan segala kebaikan dan keburukan anda sehingga pasangan anda dapat menentukan pilihannya, apakah dia akan menerima anda apa adanya atau tidak.

Pernyataan yang paling sering terdengan dalam pertengkaran atau perceraian didalam rumah tangga adalah “Dia sudah tidak seperti dulu lagi”.

Menyadari bahwa pasangan Anda tidak sempurna, tetapi memutuskan untuk tetap mencintainya adalah indikator yang jelas bahwa pernikahan anda berjalan dengan luar biasa di masa depannya.

Anda tidak sedang mencoba untuk menyelamatkannya

Terlepas dari rasa tergila-gila, jika Anda mencoba menyelamatkan pasangan anda dari masalahnya sendiri misalnya masalah utang, kecanduan obat-obatan / alkohol, masalah hukum atau masalah-masalah lainnya, Anda seharusnya tidak memikirkan tentang pernikahan.

“Hidup terlalu singkat untuk mencoba mengubah air menjadi anggur. Tujuan pernikahan adalah untuk menemukan seseorang yang sudah menjadi apa yang Anda inginkan dalam pasangan,”

Terlalu sering, ketika menyangkut masalah-masalah hati, orang-orang dengan cepat mengabaikan hal-hal yang berhubungan dengan “realita”. Mereka percaya bahwa permasalahan tersebut akan berakhir, dan anda yang menjadi penyelamatnya.

Mohon untuk jangan memisahkan akal pikiran Anda dari hati Anda ketika membuat keputusan untuk menikah. Tujuan akal pikiran adalah untuk melindungi hati.

Penderitaan adalah pilihan. Siapkah anda menjalaninya ?

Daripada me-romantisir rintangan atau tantangan pasangan anda dan mengubah hubungan anda yang penuh drama menjadi pernikahan, temukan seseorang yang dapat memberi Anda hal-hal yang benar-benar Anda inginkan dan butuhkan tanpa harus mengubahnya.

Anda siap untuk selalu berusaha untuk menjaga agar suasana “magis” pernikahan anda tetap hidup.

Meskipun hubungan - dan pernikahan - merupakan sebuah “kerja keras,” tetapi kerja keras yang sesungguhnya adalah menemukan pasangan yang tepat. Segalanya setelah itu hanyalah “pekerja cinta.”

Pernikahan ibaratnya sebuah kebun. Memutuskan untuk menanam apa diatas lahan anda sangat tergantung dengan jenis tanah dan kondisi cuaca pada lahan anda. Anda tidak mungkin menanam pohon Apel di dataran rendah bukan ?

Tetapi bukan berarti setelah anda menanam tanaman di kondisi yang tepat lalu anda tidak perlu merawatnya. Untuk mendapatkan hasil terbaik, tentu tetap dibutuhkan perawatan yang maksimal. Disitulah anda membutuhkan “pekerja kebun”

Pada intinya, meskipun banyak orang mungkin merasa seolah-olah kerja keras dan komunikasi dapat membantu Anda mengatasi hambatan apa pun dalam hubungan Anda, tidak ada seorangpun yang bisa mengatasi masalah yang ada ketika anda berada bersama seseorang yang tidak berada di halaman yang sama dengan Anda.

Anda termotivasi oleh cinta - bukan keadaan atau agenda apapun.

Janganlah Anda memutuskan untuk melakukan pernikahan karena semua teman Anda menikah, Anda memiliki target usia menikah, ada kehamilan yang tidak direncanakan, pasangan potensial Anda kaya atau memiliki pengaruh, orang tua Anda “memaksa” anda untuk segera menikah dan lain sebagainya.

Pernikahan yang didasarkan pada keadaan dan bukan karena cinta kemungkinan besar akan gagal.

Menikah dengan alasan yang salah hampir sama buruknya dengan menikahi orang yang salah.

Sebelum anda menikah dengan pasangan anda, sebaiknya anda merenungkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Pikirkan dengan matang dan putuskan dengan menggunakan akal anda terkait keputusan terpenting dalam hidup anda. Jangan pernah hanya menggunakan hati anda untuk memutuskan pernikahan anda.

Apakah Anda melihat pernikahan sebagai suatu hubungan yang baru dengan pasangan anda ?

Pernikahan Anda mungkin ajaib, tetapi menikah bukanlah pengalaman ajaib yang akan langsung mengubah hubungan yang tidak stabil dan tidak sehat menjadi hubungan yang stabil dan sehat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Huston et al., (2001), salah satu alasan beberapa pasangan mengalami penurunan tajam dalam kepuasan pernikahan mereka selama dua tahun pertama adalah karena mereka masuk ke pernikahan mereka sebagai cara untuk mengubah hubungan yang mereka miliki sebelumnya. Ketika pernikahan anda anggap sebagai me-reboot hubungan anda dengan pasangan anda maka pernikahan anda akan mengarah ke kekecewaan dan kekecewaan selanjutnya.

Berapa banyak anda mengetahui atau mengenal pasangan Anda ?

Satu masalah yang dapat mengubah pernikahan yang indah menjadi sebuah bencana adalah adanya pengetahuan baru yang tidak diharapkan tentang pasangan anda.

Anda sebaiknya memahami pasangan anda, terutama terkait dengan hal-hal yang menurut anda prinsip. Misalnya, tahukah bagaimana pasangan Anda memikirkan dan menghargai uang, atau bagaimana ia menghargai orang tua anda?

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Stanley, Markham, & Whitton (2002), mempelajari lebih banyak hal terkait dengan pasangan Anda akan dapat menangkal beberapa sumber konflik yang umumnya akan terjadi di masa yang akan datang.

Seberapa bahagianya diri Anda menurut anda sendiri ?

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Baker, McNulty, & VanderDrift, (2017) menunjukkan bahwa kepuasan masa depan yang diharapkan dalam pernikahan dapat dilihat pada komitmen hubungan saat ini dan akhirnya, risiko perceraian akan menjadi lebih rendah.

Dengan kata lain, jangan kurangi penilaian pribadi Anda tentang kebahagiaan masa depan anda.

Apakah Anda berharap bahwa hal-hal akan berbeda dalam pernikahan ?

Sebelum Anda menikah, pertimbangkan bagaimana hubungan Anda dengan pasangan anda saat ini. Apakah hubungan anda memiliki tingkat konflik yang rendah atau tinggi?

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Huston dan rekan (2001) menemukan bahwa apa yang terjadi pada saat pacaran cenderung terjadi juga pada saat menikah. Untuk mendukung model dinamika abadi ini, mereka mengamati bahwa dari waktu ke waktu, tingkat negativitas suami-istri pada umumnya stabil, tetapi peningkatan dalam mengatasi kekecewaan dalam rumah tangga yang akan membedakan antara pasangan yang tetap bersama dengan pasangan yang memilih untuk bercerai.