Kalau pembunuh bisa masuk surga dan ahli ibadah bisa masuk neraka, kita harusnya bagaimana?

image

Memang tidak pernah ada yang tau seseorang masuk neraka atau masuk surga. Yang diberikan hanya petunjuknya saja, apa perbuatan yang disukai Allah yang bisa mendatangkan pahala, apa perbuatan yang buruk dan terlarang, yang bisa mendatangkan dosa. Semakin besar pahalanya semakin banyak peluang untuk masuk surga. Tapi ada juga kisah-kisah yang seolah kontradiktif dengan konsep ini. Misalnya kisah tentang ahli ibadah yang akhirnya masuk neraka, dan juga kisah tentang pembunuh berantai yang masuk surga. Kalau di kisah itu apa yang dia lakukan selama di dunia bisa berbanding terbalik dengan hasilnya di akhirat, seharusnya kita berlaku seperti apa?

3 Likes

Sebelum itu ,tolong artikel saya juga dikomentari,agar kita bisa berdiskusi : Bagaimana menurutmu antara jurusan IPA dengan jurusan IPS di sekolah?.

Ok. Menurut ajaran agama saya,org yg selau berbuat kebaikan dan membantu org dgn ikhlas,maka pahala ny akan bertambah dan besar kemungkinan dia masuk sorga.

Tapi,jika dia slalu melakukan tindakan tidak baik terutama kriminalitas atau bahkan menyuap dan perbuatan buruk lainnya. Maka akan bertambah dosa nya,dan krn dosa ny tersebut dia akan di masukan ke neraka.

Tapi,jika dia duku org jahat dan serinh buat dosa,tapi skrg di bertobat dan selalu melakukan tindaka mulia,maka dosa yg dia perbuat akan dikurangin, dan pahala yg akan ditambah. Lalu pahala dan kebaikan itu lah yg membuat dia masuk surga.

Artikel saya juga tolong dikomentari ya kak. Biar kita sama sama berdiskusi. : Bagaimana menurutmu antara jurusan IPA dengan jurusan IPS di sekolah?

Kisah ini diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu , sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Dahulu pada masa sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh sembilan puluh sembilan nyawa. Lalu ia bertanya tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Pertama, ia ditunjuki pada seorang rahib (pendeta). Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ‘Jika seseorang telah membunuh sembilan puluh sembilan nyawa, apakah taubatnya diterima?’ Rahib pun menjawabnya, ‘Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.’ Lalu orang tersebut membunuh rahib itu dan genaplah seratus nyawa yang telah ia bunuh.

Kemudian ia kembali lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ‘Jika seseorang telah membunuh seratus jiwa, apakah taubatnya masih diterima?’ Orang ‘alim itu pun menjawab, ‘Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala, maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.’

Laki-laki ini pun pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan antara malaikat rahmat dan malaikat adzab. Malaikat rahmat berkata, ‘Orang ini datang dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah.’ Namun malaikat adzab berkata, ‘Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun.’ Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini berkata, ‘Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju -pen). Jika jaraknya dekat, maka ia yang berhak atas orang ini.’ Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia tuju. Akhirnya,ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat .” (HR. Bukhari dan Muslim, no. 2766)

Dari kisah ini kita belajar bahwa seorang pembunuh masih ada kesempatan untuk bertaubat, seorang yang sholeh pun masih bisa melakukan hal yang berdosa tanpa sepengetahuan manusia lain. Orang yang berilmu lebih utama daripada ahli ibadah karena ahli ibadah yang jahil (bodoh) terkadang dengan kejahilannya akan bertindak ngawur sekalipun menurut dia hal itu baik. Dari sini dapat diketahui bahwa orang yang terjun berdakwah, hendaklah memiliki ilmu agar tidak membuat kerusakan yang lebih besar. Imam Al-Muzani rahimahullah berkata, “Kalaulah seandainya bukan Allah sebagai hakimnya niscaya tidak akan bisa, akan tetapi Allahlah yang menetapkan hukum di antara mereka secara adil.”

Hal ini menunjukkan akan sempurnanya keadilan Allah Ta’ala. Seandainya Allah menghukum seluruh makhluk-Nya, itu bukan berarti Allah zalim pada mereka. Yang namanya sayyid (tuan) tentu bisa sekehendaknya mengatur siapa saja yang berada di bawah kuasanya.

Jadi tugas kita adalah beriman dan beramal sholeh sebanyak-banyaknya, namun kita pasti tidak luput dari kesalahan, tetapi ingat Allah adalah Sang Pengampun Dosa sehingga jangan khawatir untuk bertaubat dan berjanji untuk tidak mengulanginya, dengan terus belajar hingga akhir hayat untuk pencarian kita dalam membedakan hal yang haq dan bathil, masalah timbangan mana yang berat dan ringan kita serahkan sama Allah karena Dialah Sang Maha Adil

Kita sebagai salah satu dari ciptaan-Nya harus senantiasa berusaha untuk menjadi umat yang taat dan beriman. Walau kita tidak pernah tau esok kelak di hari penimbangan amal kita akan lebih banyak memiliki amal yang baik yang akan membawa kita menuju pintu surga atau sebaliknya.

Yang harus kita lakukan adalah senantiasa untuk berusaha menjadi lebih baik, mengejar akhirat bukan hanya dunia saja dan bermanfaat untuk sekitar. Sesuai dengan yang disebutkan dalam Al-Quran:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ اَرَا دَ الْاٰ خِرَةَ وَسَعٰى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُ ولٰٓئِكَ كَا نَ سَعْيُهُمْ مَّشْكُوْرًا
wa man aroodal-aakhirota wa sa’aa lahaa sa’yahaa wa huwa mu-minung fa ulaaa-ika kaana sa’yuhum masykuuroo

“Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 19)

Sepemahaman saya setelah mengikuti beberapa kajian islam, yang dilihat adalah hasil akhirnya. misal seorang pembunuh namun di akhir2 hayatnya dia menemukan hidayah dan melakukan taubatan nasuha maka jika dia bertaubat dengan sungguh-sungguh bukan tidak mungkin Allah akan mengampuni semua dosa yang telah dilakukan. Begitupun sebaliknya kalau pun ada yang dalam hidupnya selalu berbuat baik, namun di akhir hayatnya terjerumus ke dalam lembaj kesesatan hingga dia meninggal dalam keadaan kafir, maka bisa jadi Allah murka akan dirinya

Dikisahkan oleh Rasulullah, di dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Abu Dawud dan Ahmad ada dua orang bersaudara dari kalangan Bani Israil. Keduanya memiliki kebiasaan yang berbeda dan saling bertolak belakang. Yang satu tekun beribadah dan satunya lagi sering berbuat maksiat atau dosa.

Karena mulai jengkel dengan perbuatan Si Semak (Sering Maksiat), maka Si Kuba (tekun beribadah) menegurnya namun hal ini diabaikan oleh Si Semak dan tetap berlanjut melakukan dosa.
ia bertanya apakah “kamu diutus untuk mengawasiku?”

Dengan percaya dirinya Si Kuba berkata “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. Allah tidak akan memasukkanmu ke surga.”

Tatkala keduanya meninggal dunia, keduanya pun dikumpulkan di hadapan Allah dan terjadi introgasi antara Allah dengan Si Kuba hingga akhirnya drama itu berakhir dengan perintah Allah kepada malaikat untuk mnggiring Si Kuba ke neraka dan Si Kuba ke surga dengan Rahmat Allah.

Dari cerita di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwa sebagus apapun ibadah kita apabila diselingi sikap takabbur ataupun ujub. Maka tak ada gunanya berdakwah namun merasa diri paling benar. Sebab Islam tidak mengajarkan ummatnya untuk berbangga diri dengan apa yang ia miliki. Tidak ajaran untuk mengislamkan seseorang, aka tetapi seorang pendakwah cukup dengan menyampaikan. Selebihnya adalah tanggung jawab pribadi untuk selalu bermuhasabah dengan perbuatan yang dilakukan selama ini.

1 Like

Bila pembunuh bisa masuk surga, itu membuktikan bahwa seburuk apapun hal yang pernah kita lakukan, dan sebesar apapun dosa kita, Allah tetap mengampuni kita bila kita bertaubat dan menebus kesalahan kita dengan amal-amal sholeh. Maka, jangan pernah putus asa dan putus harapan, untuk selalu meminta ampun pada Allah.
Kemudian, bila ada ahli ibadah yang masuk neraka, itu membuktikan bahwa kita tak bisa menilai seseorang dari luarnya saja. Allahlah yang mengetahui segala isi hati hamba-Nya. Di sisi lain, hal itu juga menunjukkan bahwa tidak ada yang mengetahui akhir kisah hidup seseorang, apakah ia meninggal dalam keadaan khusnul khotimah atau suul khotimah. Maka dari itu, bila kita saat ini sudah berusaha beribadah dengan maksimal, kita harus istiqomah. Jangan pernah puas terhadap amal ibadah kita, karena kita tak tau amal ibadah mana yang diterima

1 Like

Setiap manusia tidak tahu kita akan masuk surga atau neraka , tetapi dengan adanya kisah seorang pembunuh berantai bisa masuk surga itu dikarenakan dia telah bertaubat dari perbuatannya , dengan taubat yang sesungguhnya atau taubat nasuha.

Sebagaimana
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْۤا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًا ۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَـكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ ۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَا لَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ ۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَ يْمَا نِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَاۤ اَ تْمِمْ لَـنَا نُوْرَنَا وَا غْفِرْ لَـنَا ۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 8)

Sebelumnya kita harus meyepakati bahwa setiap manusia ketika dia meninggal dalam keadaan muslim atau bertauhid, mengakui Allah adalah Tuhan dan Rasulullah sebagai utusan Allah, maka mereka akan tetap masuk ke dalam Surga walaupun mereka pernah melakukan kemaksiatan. Sebagaimana tafsir dari dalil nash oleh Syeikh Ibnu Baz Rahimahullah :

“Barang siapa yang meninggal dunia dengan bertauhid dan tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia termasuk penghuni surga, meskipun ia telah melakukan zina atau mencuri, demikian juga jika ia telah melakukan maksiat lainnya, seperti durhaka, riba, persaksian palsu, atau yang lainnya. Karena pelaku maksiat itu (kedudukannya) berada di bawah kehendak Allah, jika Dia berkehendak, Dia akan mengampuninya, jika Dia berkehendak Dia akan mengadzabnya sesuai dengan kadar kemaksiatannya jika ia meninggal dunia belum bertaubat. Jika dia masuk neraka dan diadzab, dia tidak kekal di dalamnya, akan tetapi ia akan dikeluarkan dari neraka untuk menuju surga setelah disucikan dan dibersihkan”. (Fatawa Nur ‘Ala Darb: 6/51)

Adapun kita sebagai manusia tidak sepatutnya menentukan siapa yang masuk neraka, dan siapa yang akan masuk surga, karena semuanya adalah kembali ke ridho Allah karena hanya Allah yang bisa menentukan hambaNya masuk ke surga atau neraka. Walaupun seseorang melakukan kemaksiatan yaitu membunuh orang lain ataupun dia adalah orang ahli beribadah, semua kembali kepada Ridho Allah, hanya Allah yang bisa melihat hati manusia.

1 Like

Sebaiknya yang harus kita lakukan adalah terus berusaha dan berdo’a meminta kepada Allah tetap diistiqomahkan dijalan-NYA, kemudian terus dekatkan diri kepada-NYA, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menjaga shalat kita. Sesuai dengan Firman Allah dalam surah Al- Ankabut: 45

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Artinya: Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Sungguh Allahlah yang Maha membolak balikkan hati, oleh karena itu teruslah berusaha dekatkan diri kepada Allah dan lakukan hal-hal yang terbaik yang disukai Allah walaupun mungkin akan banyak ujian yang datang menghampiri. Semoga kita senantiasa dijaga dan diIstiqomah dijalan yang di ridhoi-NYA.

2 Likes

Jika seperti itu keadaanya, pasti ada alasan dibaliknya. Jika seorang pembunuh masuk surga. Memang melakukan pembunuhan tersebut adalah dosa besar. Tapi bisa saja di akhir dia diberikan hidayah dan bertaubat. Justru dengan taubat inilah dosa-dosanya dihapuskan bagaikan menghapus karat pada besi. Dengan taubat inilah para pendosa tersebut mendapat hak untuk ke surga.

Sebaliknya, bagaimana jika seorang ahli ibadah yang disegani dan kelihatannya sholeh itu masuk neraka? Tidak berarti jika seseorang melakukan ibadah itu akan menjaminnya masuk surga. Kita tidak bisa melihat orang dari luar (fisik) dan tampilannya saja, tapi lihatlah juga dari dalamnya (hatinya). Karena bisa saja apa yang dia lakukan tidak sesuai dengan hatinya. Mungkin ada maksud lain dia melakukan hal seperti itu, seperti ingin dicap alim/sholeh dimata orang lain. Bisa jadi kan? Dia selalu melakukan ibadah dan taat hanya demi dilihat baik oleh orang lain. Kalau sudah begitu, sudah lain niatnya. Amalan yang dikerjakannya selama ini habis tak tersisa. Neraka yang dulunya tak terpikir oleh nya karena selalu giat beribadah, malah membuatnya terpuruk.

Jadi intinya, hal yang harus kita perbuat adalah dengan meyakini diri kita sendiri dan niat yang kuat. Terus berusaha menjadi lebih baik lagi. Kalau menurut saya tergantung niat sih… Jika niat mu baik dan benar, insyaAllah Allah akan membukakan pintu surga untuk kita. Aamiin…

1 Like

Sederhana aja kak, kunci nya adalah istiqomah atau repetisi. Repetisi merupakan kunci dalam hal apapun, dalam belajar, dalam membentuk badan atau hal lain. Jangan terpengaruh dengan hal tersebut, seperti kenapa pembunuh bisa masuk surga, sedangkan ahli ibadah kok malah masuk neraka, itu kan hal yang berlawan dalam logika kita tapi itu ada, jadi sebaiknya kita terus saja melakukan hal" baik menurut agama kita masing", kalaupun di tengah" melakukan kesalahan atau istilahnya maksiat ya segera di perbaiki aja ga ush terlarut dalam keadaann , tapi ya kita harus introspeksi diri kita juga supaya ada hal yang kita tau mana kesalahan dan mana yang harus kita perbaiki. Mungkin itu kak pendapat saya , makasih juga atas pertanyaan kakak yang sudah membuat saya dan orng lain jadi terbuka dan kritis akan hal" tersebut… Sukses selalu kak :+1:

Kita sebagai manusia muslim hendaknya berlaku sebagai manusia yang taat kepada Allah SWT melaksanakan kewajiban-kewajiban -nya, menjauhi semua larangan-larangannya serta tidak berperilaku menyimpang dari ajaran agama islam yang dapat menghalangi kita masuk kedalam surga.

nope, ga semua dilihat dari hasil akhirnya, bisa saja seseorang itu sangat bertakwa kepada Allah SWT namun ia dalam kehidupannya memakan uang tidak halal, tetapi ia tetap beribadah dan bertakwa, ada juga yang dalam hidupnya ia selalu bersedekah namun hanya agar dipuji oleh orang lain ( riya ), ada juga orang yang selalu melakukan dosa di hidupnya namun ia tidak mendapatkan kesempatan untuk bertaubat.

yaap setuju semua hal yang kita lakukan tergantung niat kita, baik atau buruknya niat kita itulah yang menjadi konsekuensinya

kalau dibilang “ga semua dilihat dari hasil akhirnya”, aku pribadi kurang setuju. Bahkan Nabi sendiri bersabda bahwa kalau kita gaboleh kagum dengan amalan seseorang sampai kita melihat gimana amalan akhir hayatnya. Maksudnya, seperti apa kondisi saat ajal akan menjemputnya, apa tengah melakukan dosa/masih tetap bermaksiat atau dia telah bertaubat/dalam ketaatan. Mungkin lebih jelasnya bisa baca disini Amalan Tergantung pada Akhirnya - Rumaysho.Com, cukup jelas dan mudah dipahami. Semoga bermanfaat

Wahh makasii banyak kak Izza atas koreksi nya, jawaban pendapatku sebelumnya kurang tepat karena aku gatau bahkan ada hadis nabi yang membahas topic ini hihi, makasi juga kak karena ku dapat ilmu baru ^^

Wahh makasii banyak kak Izza atas koreksi nya, jawaban pendapatku sebelumnya kurang tepat karena aku gatau bahkan ada hadis nabi yang membahas topic ini hihi, makasi juga kak karena ku dapat ilmu baru ^^

Menurut saya ada dua hal yang perlu kita lakukan yaitu memaksimalkan usaha dan bersikap waspada.

Untuk poin memaksimalkan usaha saya kira semua orang sudah tau. Seluruh potensi yang diberikan oleh Allah kepada kita saat ini akan diminta pertanggungjawabannya. Sudah semestinya kita mengoptimalkan semua resource yang kita punya baik itu waktu, nikmat kesehatan, harta, kecerdasan dan potensi lainnya untuk memberikan yang terbaik dan semuanya diniatkan untuk mencari keridhoan Allah.

Poin kedua mengenai sikap waspada adalah jangan sampai kita terlalai dengan kebaikan yang sudah kita lakukan. Jangan sampai merasa puas dan berhenti berusaha menjadi hamba yang lebih baik tiap harinya karena sejatinya kita tidak pernah sampai pada level yang aman, yang dijamin masuk surga. Bahkan para sahabat Rasulullah yang telah terbukti kualitas imannya saja masih merasa khawatir apakah ia akan terbebas dari api neraka. Orang yang saat ini alim tidak pernah tau apakah ia dapat menjadi alim seterusnya dan tidak terjerumus oleh godaan. Dalam suatu kisah sahabat Abu Hurairah bahkan masih berdoa agar Allah menghindarkannya dari dosa besar seperti mencuri dan zina.

Intinya, sebaik apapun seseorang, jangan merasa bahwa amal yang dikerjakan sudah cukup untuk mendapatkan ridho Allah dan membebaskan diri dari api neraka. Hal ini menjadikan dari waktu ke waktu manusia harus tetap meminta perlindungan dan petunjuk kepada Allah.

Alhamdulillah, sama-sama. Semoga semakin menjadikan kita mendalami dan semakin giat mempelajari risalah Islam yang sempurna dan menyebarluaskannya ke seluruh umat.