JOMO vs FOMO, Kamu tim mana?

fomo-vs-jomo_23-2148650950

FOMO di era digital bisa diartikan sebagai keresahan yang timbul ketika seseorang tidak terhubung dengan internet sehingga ia melewatkan berbagai hal menarik yang mungkin sedang terjadi di sana. FOMO menyebabkan seseorang memeriksa timeline , inbox, atau pesan di gawainya terus menerus. Resikonya? Ia tidak mampu menikmati momen yang ada di hadapannya karena pikirannya terpaku pada apa yang sedang dilakukan orang lain di luar sana. Ia merasa khawatir jika tidak bisa segera membalas email, SMS, pesan, atau komentar untuknya. Ia juga beresiko merasa lebih tidak bahagia karena selalu membandingkan kondisi dirinya dengan orang lain.

JOMO , singkatan dari Joy of Missing Out , pada dasarnya adalah kebalikan dari FOMO. Jika seseorang yang mengalami FOMO merasa gelisah jika ia tidak punya kesempatan untuk membuka media sosial, seseorang yang merasakan JOMO malah bersikap santai atau bahkan lebih bahagia ketika ia mematikan gawai dan fokus pada aktivitasnya.

JOMO adalah tentang menemukan keseimbangan antara dunia maya dengan dunia nyata, memilih untuk tidak terkoneksi dan tidak mengikuti arus, serta merasa baik-baik saja dengan apa yang ada di hadapan kita saat ini.

Nah dari penjelasan diatas kamu tim mana nih Jomo atau Fomo? Yuk sharing menurut kalian Fomo itu bagus nggak sih untuk mental kita sendiri?

1 Like

Memang di zaman seperti saat ini media sosial, internet, dan gawai telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari kita mulai dari kebutuhan hiburan, kewajiban pekerjaan, bahkan hingga kebutuhan spiritualitas. Oleh karena itu, sudah bukan menjadi hal yang aneh lagi jika kita seharian berada di depan layar dalam menjalankan kehidupan terutama ditambah dengan adanya pandemi ini dimana mayoritas kegiatan kita lakukan dari rumah.

Adanya perkembangan zaman dan perubahan pola hidup tersebut memunculkan suatu fenomena psikologis yang bernama FOMO ( Fear of Missing Out ) seperti yang telah dijelaskan di deskripsi. Menurut Kiding dan Matulessy (2019), kelompok generasi yang paling rawan terpapar fenomena FOMO adalah kelompok generasi milenial atau Gen Y dan Gen Z. Hal tersebut disebabkan karena kelompok generasi tersebut hadir dan tumbuh bersamaan dengan momen dimana teknologi dan sistem informasi berkembang dengan pesat sehingga mereka menjadi kelompok yang paling terpapar langsung dari efek kemajuan TIK itu sendiri. Lebih lanjut lagi, FOMO memiliki dampak negatif yang sangat banyak dan tentunya merugikan diri pengidapnya seperti efek kecanduan, menyebabkan gangguan tidur, menurunnya prestasi dan produktivitas, serta masih banyak lagi.

Aku setuju dengan prinsip ini dan aku menjalaninya. Namun, aku tidak benar-benar menghilang dari media sosial atau tidak terkoneksi. Aku masih menggunakan media sosial karena memiliki banyak manfaat penting juga. Aku hanya menggunakan media sosial sebagai media hiburan di saat senggang, media mencari berita, dan sebagai media pendukung kepentingan pekerjaan atau kuliah. Jika aku sedang berada di cafe atau tempat wisata, aku kurang suka menyibukkan diri dengan gawai. Aku lebih memilih tidak sering membuka handphone agar aku bisa menikmati momen dan suasana tempat yang sedang aku kunjungi bersama orang-orang yang sedang bersamaku. Dengan demikian, JOMO dapat menyebabkan kita menikmati suasana yang ada dengan tenang serta dapat disebut sebagai sikap menghargai orang yang sedang bersama kita.

Jadi, aku masuk ke tim JOMO karena lebih menenangkan jiwa dan pikiranku.

Sumber

Kiding, S., & Matulessy, A. (2019). Dari Fomo ke Jomo: Mengatasi Rasa Takut akan Kehilangan (Fomo) dan Menumbuhkan Resiliensi terhadap Ketergantungan dari Dunia Digital. PSISULA: Prosiding Berskala Psikologi, 1, 173-182.

1 Like

Topik yang menarik ya, apalagi ditengah pandemi seperti saat ini yang memang kita lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggunakan media sosial internet dan lainnya. Jika ditanya, saya rasa, saya masuk kepada golongan JOMO (Joy Off Missing Out), karena saya memang bukan tipikal orang yang begitu ingin tau dan ingin memiliki apa yang sedang dijalani atau dimiliki oleh orang lain jika memag mereka tidak ingin saya mengetahuinya dan itu bukan hal yang saya butuhkan.

Dalam penggunaan media sosialpun, saya jauh lebih mengutamkan apa yang memang membuat saya merasa jauh lebih nyaman dan aman, misalnya, meskipun intensitas penggunaan media sosial saya bisa dikatakan cukup lama, saya bisa menjamin penggunaannya hanya untuk hal-hal yng memang harus saya kerjakan seperti meriset satu dan lain hal, menggunakan whatsapp sebagai media informasi utama di tegah pandemi, dan mencari hiburan di berbagai aplikasi media lainnya seperti tontonan-tontonan yang terdapat di TikTok dan Youtube. Saya termasuk orang yang lebih mengutamakan apa yang membuat saya nyaman, bisa meninggalkan media sosial dengan jangka waktu yang lama tanpa merasa cemas dan takut tertinggal apapun, selagi didalamnya saya memang sedang tidak harus mengerjakan apapun.

Saya tetap ingin tahu di berbagai daerah lain sedang ada apa, isu apa yang harus dibahas, dan lainnya, tapi hanya sekedar tahu, dan tidak memaksakan diri, saya juga memang lebih suka menonton film daripada membahas kejadian saat ini, yang sepertinya tidak perlu dibahas.

1 Like

Saya pribadi sepertinya berada di tengah-tengah. Terkadang saya merasa takut ketika sudah ketinggalan sebuah berita atau info-info yang tersebar di sosial media. Terlebih ketika berkumpul bersama dengan teman-teman dan mereka membahas suatu hal terkait hal tersebut dan saya tidak mengerti apa yang mereka katakan. Hal ini terkadang membuat saya takut tidak dapat berbaur dalam lingkungan dan hanya menjadi seorang pendengar saja. Dan ini juga dapat menimbulkan negative thought dari dalam kepala saya, bahwa “apakah saya tidak asik untuk diajak bercanda karena saya banyak ketinggalan sebuah berita?”

Ditambah lagi, disaat pandemi seperti ini, sulit sekali untuk lepas dari gadget, sehingga banyak sekali informasi-informasi yang dikonsumsi oleh kepala. Banyak tugas-tugas yang menyita waktu yang harus dan segera untuk diselesaikan. Dan hal tersebut membutuhkan komunikasi antara satu dengan yang lainnya, browsing sana sini juga untuk melihat fenomena-fenomena apa yang sedang terjadi. Sehingga ketika saya mencoba untuk menghilang dan lepas dari gadget untuk beberapa saat. Saya merasa takut saya akan ketinggalan suatu informasi penting. Padahal faktanya tidak begitu penting.

Namun, dibeberapa kondisi saya juga merasakan senang ketika bisa terbebas dari gadget, pikiran menjadi lebih tenang . Biasanya ini saya lakukan ketika hari libur tiba, hari libur yang dimana benar-benar tidak adanya tugas ataupun kerjaan yang perlu dikerjakan. Penting untuk melakukan ini beberapa kali, demi mental yang tetap stabil ditengah guncangan dunia yang makin menggila ini haha.

Kalau saya sendiri sepertinya lebih cenderung ke JoMO. Saya suka bermain sosmed untuk sekedar melihat-lihat video lucu, kalaupun untuk berita atau isu, saya hanya membaca apa yang menurut saya penting. Selebihnya jika tidak penting ya saya abaikan. Gadget saya lebih sering saya gunakan untuk menonton film daripada bermain sosmed seharian. Selain itu, saya merasa nyaman-nyaman saja jika seharian tidak harus bermain sosmed, karena itu bukan suatu keharusan untuk saya.

Selain itu, FoMO memberikan dampak yang negatif kepada pengguna, diantaranya individu cenderung menjadi lebih cemas, mudah tersinggung, merasa lebih tidak mampu, harga diri yang lebih rendah, penurunan kesejahteraan emosional seseorang (Bloemen & Coninck, 2020), kehilangan waktu tidur karena perenungan dan stres yang lebih besar serta untuk memaksimalkan aktivitas dan peluang FoMO mereka (Milyavskaya et al., 2018), kecanduan media sosial (Alt & Boniel-Nissim, 2018), dan kepuasan hidup yang rendah (Barry & Wong, 2020).

Sumber

Alt, D., & Boniel-Nissim, M. (2018). Parent–Adolescent Communication and Problematic Internet Use: The Mediating Role of Fear of Missing Out (FoMO). Journal of Family Issues , 39 (13), 3391–3409. https://doi.org/10.1177/0192513X18783493

Barry, C. T., & Wong, M. Y. (2020). Fear of missing out (FoMO): A generational phenomenon or an individual difference?: Journal of Social and Personal Relationships , 37 (12), 2952–2966. https://doi.org/10.1177/0265407520945394

Bloemen, N., & Coninck, D. De. (2020). Social Media and Fear of Missing Out in Adolescents: The Role of Family Characteristics: Social Media + Society , 6 (4). https://doi.org/10.1177/2056305120965517

Milyavskaya, M., Saffran, M., Hope, N., & Koestner, R. (2018). Fear of missing out: prevalence, dynamics, and consequences of experiencing FOMO. Motivation and Emotion , 3 . Fear of missing out: prevalence, dynamics, and consequences of experiencing FOMO | SpringerLink