Siapa itu Howard Schultz
Melalu Starbucks, Howard Schultz telah bereksperimen dengan mempromosikan hubungan antar ras yang lebih baik dan mempersiapkan tempat kerja untuk kaum muda. Dia juga memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mendapatkan gelar sarjana.
Howard Schultz kuliah di universitas Michigan utara dengan beasiswa sepakbola dan merupakan yang pertama di keluarganya yang lulus kuliah. Howard kemudian membeli Starbucks pada tahun 1987.
“Saya masih anak dari Brooklyn yang ingin berjuang keluar.” ujar Howard.
Fokusnya pada perubahan sosial tidak memperlambat perusahaannya, hal itu membuatnya berkembang dengan perubahan sosial yang ada.
Saham Starbucks naik sekitar lima kali lipat sejak dia kembali menjadi CEO di tahun 2008 setelah absen 8 tahun.
Bagaimana mengembangkan perusahaan
Starbucks memiliki malaikat di satu bahunya dan iblis di bahu lainnya, malaikat tersebut membimbing Starbucks menuju hal yang lebih baik. Untuk mempertahankan visi tersebut, sang impresaris Howard Schultz telah menciptakan kembali sebuah kafe bergaya eropa untuk pelanggan orang amerika (dan sekarang seluruh dunia).
“Tempat ketiga” yang bukan kantor maupun rumah, dimana kalian bisa meluangkan waktu anda, dan dimana kau membayar lebih untuk kopi yang biasa kalian beli di jalan.
Di bahu satunya, sang iblis terus membisikkan godaan untuk terus tumbuh. Keinginan untuk tumbuh menarik Starbucks dan semua perusahaan, menuju logika skala – pengulangan, proses yang kuat, efisiensi, dan kecepatan.
Pertumbuhan merupakan hal yang baik, tapi bisa salah jika pertumbuhan tersebut mengorbankan visi, identitas, atau pengalaman pelanggan, ujar Howard Schultz. Hal itulah juga yang membuat visinya terus bertahan di Starbucks meskipun Schultz sudah melepaskan jabatannya.
Berpikiran Demi Pelanggan
Howard Schultz adalah master dari apa yang sekarang disebut “desain layanan jauh” sebelum ungkapan itu ada. Seperti halnya kafe yang Schultz berusaha untuk tiru, dia berusaha membuat desain layanan kafe seperti hal nya kafe di eropa.
Segala sesuatu yang ada di Starbucks dirancang Schultz untuk membuat pelanggan melambat dan mencium aroma kopi dengan cara yang khas eropa.
Sebagai produk, kopi merupakan sebuah komoditas. Namun Schultz mengurangi jumlah konsumsi komoditas tersebut, karena Schultz tahu bahwa dia sedang menjual sebuah pengalaman, bukan kopi premium.
Kafe yang Selalu Untuk Personal
Meski selalu direplikasi lagi dan lagi di ribuan lokasi dan untuk setiap pelanggan yang hadir, sensasi pengalaman yang dirancang Schultz selalu berasa bersifat untuk personal.
Dia selalu membungkam iblis sambil bersikap jujur kepada malaikat dan penglihatannya sendiri.
Pada tahun 2000, Schultz melakukan usaha pertamanya untuk pergi dari perusahaannya, hanya untuk kembali ke Starbucks delapan tahun kemudian ketika jelas bahwa pertumbuhan dan keuntungan Starbucks telah habis. Penggantinya telah tersesat dalam usaha untuk merampingkan desain toko untuk memenuhi tujuan keuangan.
Dalam sebuah nota yang dia tulis, “fokus pada keuangan telah mengubah perusahaan karena toko-tokonya tidak lagi memiliki semangat seperti halnya masa lalu, dan telah mencerminkan belenggu pada toko vs perasaan hangat dari lingkungan toko.”
Tuntutan iblis telah menenggelamkan saran dari malaikat. Schultz mengatur untuk memulihkan kualitas dan esensi pengalaman Starbucks, dan segera memulihkan profitabilitas dan pertumbuhan juga.
Menetapkan Standar
Kekuatan filosofi dari Schultz dapat terlihat dalam kenyataan bahwa saingannya yang bertolak belakang sebagai tanggapan terhadapannya.
Salah satu contohnya adalah Dunkin Donut yang dalam banyak hal mengisyaratkan anti Starbucks. Seperti dalam gaya penampilan tokonya yang menyiratkan untuk “ambil dan pergi”.
Hal itu sangat berbeda dengan Starbucks yang memiliki penampilan gayanya yang “Santai dan duduklah”.
Membuat Hal yang Baru
Dalam menghadapi pertumbuhan iblis, Schultz sering melempar inovasi, seperti menambah jumlah baris, menambah lebih banyak hal untuk dijual, atau menambah toping.
Ketika Schultz kembali di tahun 2008, karena pengalaman pelanggan yang dia rancang hampir menghilang, dia terus menjaga penglihatannya dengan mengambil langkah untuk memberi energi dan melibatkan orang-orang yang bertanggung jawab membawa kembali rancangan hidupnya.
Tujuh tahun kemudian, dia melakukan tindakan lain yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk peritel makanan dan minuman besar: Dia berinvestasi di lini depannya. Starbucks menawarkan karyawan penuh waktu untuk menyelesaikan penggantian biaya kuliah, sampai biaya keseluruhan dari gelar sarjana, untuk kursus online di Arizona State University. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi pekerjanya, namun harapannya juga akan memicu gagasan baru dan kehangatan baru di gerai Starbucks.
Sumber
https://www.forbes.com/profile/howard-schultz/Forbes
https://www.strategy-business.com/blog/How-Howard-Schultzs-Angel-Poised-Starbucks-for-Success?gko=46874Strategy-Business