Harga sebuah Kehidupan

Kisah Sufi

Setelah bekerja keras, berdagang dan meminjamkan (uang) si kikir telah menumpuk harta, tigaratus ribu dinar. Ia memiliki tanah luas dan banyak gedung, dan segala macam harta benda.

Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama satu tahun, hidup nyaman, dan kemudian menentukan mengenai bagaimana masa depannya. Tetapi, segera setelah ia berhenti mengumpulkan uang, ketika itu juga muncul Malaikat Maut di hadapannya untuk mencabut nyawanya.

Si kikir pun berusaha dengan segala daya upaya, agar Malaikat Maut yang pantang menyerah itu, tidak jadi menjalankan tugasnya. Ia berkata:

“Bantulah aku, hanya tiga hari saja, dan akan kuberikan sepertiga hartaku.”

Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si kikir. Kemudian si kikir berkata lagi:

“Jika engkau membolehkan aku tinggal dua hari lagi, akan kuberi engkau duaratus ribu dinar dari gudangku.”

Tetapi sang Malaikat Maut tidak mau mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan tiga hari demi tigaratus ribu dinarnya. Kemudian si kikir berkata:

“Tolonglah, kalau begitu beri aku waktu untuk menulis sebentar.”

Kali ini Malaikat Maut mengizinkannya, dan si kikir menulis dengan darahnya sendiri.

“Wahai manusia, manfaatkan hidupmu. Aku tidak dapat membelinya dengan tigaratus ribu dinar. Pastikan bahwa engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau miliki.”

~ Aththar An Nisabur ~

Sumber : Idries Shah, Jalan Sufi : Reportase Dunia Ma’rifat, Judul asli: The Way of the Sufi, penterjemah Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha,
Penerbit Risalah Gusti, November 1999