Hal-hal Apa Saja Yang Mempengaruhi Investor Untuk Berinvestasi?

Terkadang bingung melihat investor menanamkan modalnya ke perusahaan lain, apakah berdasarkan intuisi semata atau berdasarkan banyak hal. Misalnya Warren Buffet yang begitu ahli dalam melakukan investasi, sedangkan banyak investor yang gagal. Lalu, apa saja ya yang mempengaruhi seorang investor untuk berinvestasi kedalam suatu perusahaan ?

Keputusan investasi merupakan proses memilih alternatif dari berbagai alternatif. Mengambil keputusan investasi adalahtantangan penting yang dihadapi oleh investor.keputusan sebagai komposisi antara aset yang dimiliki dan pilihan investasi di masa yang akan datang.

Ekspektasi investor terhadap investasinya adalah memperoleh tingkat pengembalian yang sebesar-besarnya dengan tingkat risiko tertentu dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor berkepentingan untuk mempertimbangkan segala informasi yang diterimanya dalam pengambilan keputusan investasi.

Keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan, bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pernyataan tersebu tmengandung makna bahwa keputusan investasi adalah penting, karena untuk mencapaitujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran (wealth) pemegang saham hanyaakan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan.

Menurut Tandelilin (2010),dasar-dasar yang mendukung keputusan investasi adalah sebagai berikut :

1. Return

Return merupakan tingkat keuntungan investasi sebagai pengembalian dana yang telah diinvestasikan investor. Adalah suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.

Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah benar-benar diperoleh investor. Ketika investor menginvestasikan dananya, dia akan mensyaratkan tingkat return dan jika periode investasi telah berlalu, investor tersebut akan−tertentu dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya dia terima.Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda.

Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima (return aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Dengan demikian, dalam berinvestasi di samping memperhatikan tingkat return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi.

2. Risiko

Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggitingginya dari investasi yang dilakukannya. Akan tetapi, ada hal penting yang harus selalu dipertimbangkan, yaitu berapa besar risiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin besar risiko maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return yang diharapkan.

Dalam ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu investasi pada khususnya terdapat asumsi bahwa investor adalah makhluk yang rasional. Investor yang rasional tentunya tidak akan menyukai ketidakpastian atau risiko. Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko seperti ini disebut sebagai risk-averse investors. Investor seperti ini tidak akan mau mengambil risiko suatu investasi jika investasi tersebut tidak memberikan harapan return yang layak sebagai kompensasi terhadap risiko yang harus ditanggung investor tersebut.

Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung kepada preferensi investor tersebut terhadap risiko. Investor yang lebih berani akan memilih risiko investasi yang lebih tinggi, yang diikuti oleh harapan tingkat return yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor yang tidak mau menanggung risiko yang terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi.

3. Hubungan tingkat risiko dan return yang diharapkan

Hubungan antara risiko dan return yang diharapkan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linear. Artinya, semakin besar risiko suatu aset, semakin besar pula return yang diharapkan atas aset tersebut, demikian sebaliknya.

Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Hasilnya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.Pengambilan keputusan investasi merupakan faktor penting dalam fungsi keuangan, bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa keputusan investasi adalah penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran (wealth) pemegang saham hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan.

Seperti telah disebutkan, keuntungan (return) yang diperoleh dari kegiatan investasi pada umumnya berupa capital gain dan deviden. Deviden yang diperoleh ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Sedangkan, capital gain dipengaruhi oleh fluktuasi harga saham.Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dipengaruhi oleh faktor mikro dan makro yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham, serta akan memunculkan risiko investasi.

Keputusan investasi yang optimal hanya dapat dicapai apabila investor mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan pengaruh peristiwa terhadap nilai perusahaan. Untuk keputusan yang tepat, pasar seharusnya bereaksi positif terhadap peristiwa yang mengakibatkan naiknya nilai perusahaan atau bereaksi negatif terhadap peristiwa yang mengakibatkan turunnya nilai perusahaan.

Selain hal-hal diatas, karakteristik investor juga mempengaruhi keputusan investasi mereka. Berikut beberapa karakteristik investor yang umum ada di pasaran,

  1. Investor Konservatif (risk averse)
    Tipe investor konservatif ini memiliki ciri tidak menyukai risiko dan lebih suka menghindari risiko. Tipe investor yang ini nyaman dengan keamanan modal investasi serta hasil yang pasti. Karena tidak mau ambil risiko, bagi mereka investasi hanya dimaksudkan untuk menjaga keamanan modal. Mereka tidak mempersoalkan imbal hasil kecil asal tidak merugi. Karena itu, pendapatan tetap lebih menarik ketimbang peningkatan nilai investasi. Menariknya, tipe investor konservatif ini termasuk juga mereka yang masih minim pengetahuan tentang potensi imbal hasil. Jadi, jenis instrumen investasi yang direkomendasikan untuk tipe investor ini adalah obligasi pemerintah, reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana terproteksi.

  2. Investor moderat (risk neutral)
    Tipe investor moderat ini sudah berani mengambil risiko, meski dalam porsi yang masih medium, karena sadar akan konsekuensi imbal hasil yang lebih tinggi, tapi juga potensi kerugiannya. Investor moderat biasanya mengurangi porsi obligasi pemerintah, reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana terproteksi dan mengalihkannya ke jenis instrumen investasi lain sebesar 30-40 persen, seperti pada reksa dana campuran, reksa dana saham, dan mulai masuk saham.

3. Investor agresif (risk seeker)
Tipe investor yang satu ini menyukai risiko dan kerap disebut dengan pencari risiko karena termotivasi untuk mendapatkan imbal hasil tinggi. Tipe investor ini tentu saja terdepan dalam pilihan instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi. Oleh sebab itu, pilihan jenis instrumen investasinya pun didominasi oleh saham dan reksa dana saham. Bertolak belakang dengan investor konservatif, tipe investor yang ini siap dengan penurunan nilai modal karena tidak menginginkan pendapatan, tetapi pertumbuhan nilai investasi. Oleh sebab itu, tipe investor ini sudah terbiasa dengan fluktuasi.

Kesimpulannya, pembuat keputusan investasi merupakan sebuah tugas yang sulit. Investor harus memiliki kemampuan analisis serta bijak dalam menentukan keputusan investasi. Terdapat 2 (dua) sikap investor dalam pengambilan keputusan investasi yaitu sikap rasional dan irasional. Sikap rasional adalah sikap seseorang yang berpikir menggunakan akal sehat sedangkan sikap irasional adalah sikap berpikir seseorang yang tidak didasari akal sehat. Namun, behavioral finance percaya bahwa investor akan bertindak irasional di pasar saham.

Referensi:

Tandelilin, Eduardus. 2010 . Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Kanisius. Yogyakarta.