Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan fisik (klinis) pada anak?

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan fisik (klinis) pada anak ?

Anak yang sakit harus ditangani dengan sebaik-baiknya, agar ia dapat sehat kembali dan proses tumbuh kembang dapat optimal sesuai dengan potensi genetiknya. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis penyakitnya dengan akurat.

Pendekatan melalui anamnesis dan diagnosis fisik masih tetap merupakan cara yang baku, yang harus dikuasai oleh setiap dokter. Adanya alat-alat sederhana maupun alat-alat mutakhir yang canggih untuk membantu menegakkan diagnosis, tetapi tidak dapat menggantikan kedudukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jadi dalam dunia kedokteran modern sekarang ini proses diagnostik tetap diawali dengan anamnesis serta pemeriksaan fisik. Penguasaan yang baik atas anamnesis dan pemeriksaan fisik akan dapat mengarahkan pemeriksaan kepada diagnosis yang benar.

Pemeriksaan fisik pada anak banyak persamaannya dengan pemeriksaan fisik pada orang dewasa, namun banyak hal yang berbeda secara bermakna. Yang harus selalu diingat dalam melakukan pemeriksaan fisik pada anak ialah pada bayi dan anak ada proses tumbuh dan berkembang. Karena itu semua penemuan fisik harus selalu dihubungkan dengan tingkat pertumbuhannya.

Contoh : hati yang teraba 2 cm di bawah arkus kosta normal untuk bayi dan balita, tetapi abnormal untuk anak remaja.

ANAMNESIS

Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara.

Wawancara dilakukan kepada :

  1. Langsung kepada pasien (autoanamnesis)
  2. Orangtua (alloanamnesis)
  3. Sumber lain wali/pengantar (alloanamnesis)

Anamnesis merupakan bagian yang sangat penting dan sangat menentukan dalam pemeriksaan klinis, karena sebagian besar data (± 80%) yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis diperoleh dari anamnesis.

Dari anamnesis diperoleh data subjektif. Berbeda dengan anamnesis pada pasien dewasa, hambatan langsung anamnesis pada anak disebabkan karena anamnesis pasien anak umumnya berupa aloanamnesis dan bukan autoanamnesis. Pertanyaan yang diajukan pemeriksaan sebaiknya jangan sugestif. Pada kasus gawat, anamnesis biasanya terbatas pada keluhan utama dan hal-hal yang sangat penting saja, supaya anak dapat segera diatasi kedaruratannya. Pada kesempatan berikutnya baru anamnesis dilengkapi.

Hal yang perlu dicatat adalah :

  1. Dari siapa anamnesis diambil
  2. Pengirim pasien :
    • Inisiatif keluarga
    • Dokter, Puskesmas, Rumah Sakit dll, karena pasien kelak harus dikirim kembali kepada pengirim. Pengiriman kembali dengan disertai :
      • Diagnosis akhir
      • Penatalaksanaan
      • Hasil pengobatan : sembuh/ meninggal, terdapat gejala sisa dsb.

Yang perlu dicatat pada anamnesis :

I. IDENTITAS PASIEN :

  • Nama
  • Tanggal lahir / umur
  • Jenis Kelamin
  • Nama orang tua, umur, pendidikan, pekerjaan
  • Alamat

II. RIWAYAT PENYAKIT :

  • Keluhan utama

  • Riwayat perjalanan penyakit sekarang (7 Butir Mutiara Anamnesis, meliputi : lokasi, onset dan kronologi, kualitas, kuantitas, faktor yang memperberat, faktor yang memperingan, anamnesis sistem).

  • Riwayat penyakit lampau yang ada hubungannya dengan penyakit sekarang, seperti riwayat dirawat di RS, riwayat pembedahan, riwayat pengobatan untuk penyakit tertentu, riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu serta riwayat paparan agen tertentu (termasuk bentuk reaksi alerginya dan terapi yang didapat).

  • Riwayat kehamilan ibu : umur ibu saat melahirkan, paritas, penyulit kehamilan, riwayat lama kehamilan (preterm/aterm/postterm) , penyakit ibu saat hamil, riwayat pengobatan ibu sekitar masa konsepsi dan saat hamil, riwayat merokok dan minum alkohol pada ibu dan ayah.

  • Riwayat kelahiran : lama persalinan, proses persalinan (spontan/dengan instrumen/operasi), penyulit kelahiran (ketuban pecah dini, kelainan presentasi dll), berat lahir, skor APGAR, lama tinggal di RS setelah dilahirkan, penyakit tertentu selama fase neonatal serta intervensi medis yang didapat.

  • Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

  • Riwayat imunisasi, termasuk jika ada reaksi akibat imunisasi.

  • Riwayat makanan, meliputi kualitas dan kuantitas minum ASI atau susu formula (durasi, frekuensi), kapan mulai mendapatkan makanan padat, nafsu makan, alergi terhadap jenis makanan tertentu, kesukaan/ ketidaksukaan terhadap jenis makanan tertentu, keseimbangan nutrisi, suplemen makanan yang diberikan, kecukupan asupan makanan dan cairan.

  • Riwayat keluarga untuk penyakit-penyakit yang herediter/familier, dilacak hingga 2 generasi sebelum pasien (kakek)

  • Keadaan sosial ekonomi : lokasi tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga di rumah, higiene lingkungan sekitar rumah

Komunikasi dan dukungan emosional

Hal-hal yang perlu diingat ketika berkomunikasi dengan ibu dan keluarganya adalah:

  1. Tunjukkan empati dan rasa hormat pada ibu dan keluarganya

  2. Dengarkan dengan seksama kekhawatiran keluarga dan berikan dorongan agar mereka mau bertanya dan mengungkapkan perasaannya

  3. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas pada saat menyampaikan informasi tentang kondisi bayi, kemajuannya seta terapinya. Berikan informasi tentang kondisi bayi sebanyak mungkin kepada ibu. Pastikan bahwa mereka paham akan hal-hal yang disampaikan. Jika terdapat hambatan bahasa, gunakan penterjemah.

  4. Hormati privasi dan kerahasiaan mereka

  5. Hormati keyakinan budaya, adat istiadat mereka dan penuhi kebutuhan mereka semaksimal mungkin, pastikan bahwa mereka memahami semua keterangan yang diberikan dan jika menungkinkan berikan informasi tertulis kepada anggota keluarga yang dapat membaca

  6. Dapatkan informed consent atau persetujuan tertulis sebelum melakukan suatu tindakan.

PEMERIKSAAN FISIK

Untuk melakukan pemeriksaan fisik pada anak diperlukan pendekatan khusus, baik terhadap pasien maupun terhadap orang tuanya.

Cara Pendekatan :

Berbeda dengan orang dewasa, pendekatan pemeriksaan pada anak tergantung pada umur, keadaan fisik dan psikis anak.

  • Pada bayi baru lahir sampai umur kurang dari 4 bulan pendekatannya jauh lebih mudah, karena pada usia tersebut bayi belum dapat membedakan orang di sekitarnya.

  • Bayi yang lebih besar mulai takut pada orang yang belum dikenal. Perlu sikap informal dari pemeriksa. Pemeriksaan sudah dapat dimulai dengan bayi masih dalam pangkuan ibu. Alihkan perhatian anak dengan objek yang bergerak, sinar, suara atau warna.

  • Pasien balita perlu diajak berkomunikasi terlebih dahulu. Pemeriksaan boleh dilakukan dengan anak dalam pangkuan ibu. Pemeriksa mengambil posisi setinggi level mata anak. Dapat dipergunakan alat bantu seperti mainan atau cerita. Alihkan perhatian anak dengan meminta anak memegang benda kesukaannya.

  • Pada anak yang sakit berat, dapat langsung diperiksa.

Cara Pemeriksaan Fisik :

Pada umumnya sama dengan cara pemeriksaan pada orang dewasa, yaitu dimulai dengan :

  • General survey (keadaan umum)
  • Pemeriksaan tanda vital
  • Inspeksi
  • Palpasi
  • Perkusi
  • Auskultasi

Pada keadaan tertentu, urutan pemeriksaan tidak selalu demikian, misalnya pemeriksaan abdomen, auskultasi didahulukan (inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi). Pada beberapa keadaan, urutan pemeriksaan tergantung pada usia dan tingkat kenyamanan anak. Lakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak terlalu ”mengganggu” kenyamanan anak di urutan awal, sementara pemeriksaan yang tidak terlalu ”menyenangkan” dilakukan di akhir pemeriksaan, misalnya: palpasi kepala dan leher serta auskultasi jantung paru dilakukan lebih dulu, baru kemudian palpasi abdomen. Jika anak melaporkan nyeri di suatu area, area tersebut diperiksa paling akhir.

PEMERIKSAAN TANDA VITAL

Nadi :

  • Frekuensi
  • Irama
  • Kualitas
  • Ekualitas nadi

Tekanan Darah :

  • Diperiksa saat bayi atau anak dalam keadaan tenang
  • Penderita ditidurkan telentang
  • Mempersiapkan tensimeter
  • Memasang manset di lengan atas
  • Lebar manset harus mencakup ½ sampai 2/3 panjang lengan atas. Ukuran manset harus sesuai dengan umur.

Ukuran manset untuk kelompok umur :

Umur Lebar manset
0-1 th 2 inci (5 cm)
> 1-5 th 3 inci (7.5 cm)
> 5-12 th 4 inci (10 cm)
>12 th 5 inci (12.5 cm)
  • Langkah berikutnya sama dengan pemeriksaan tekanan darah pada orang dewasa.

Frekuensi Pernapasan :

Cara :

  • Inspeksi : melihat dan menghitung gerakan dinding dada dalam 1 menit.
  • Palpasi : Tangan diletakkan pada dinding abdomen/dinding dada, dihitung gerakan pernapasan yang terasa pada tangan dalam 1 menit.
  • Auskultasi : mendengarkan dan menghitung bunyi pernapasan dalam 1 menit.

Pengukuran Suhu Badan

  • Pemeriksaan suhu dapat dilakukan dengan meletakkan termometer di dalam mulut (di bawah lidah), di dalam rektum atau di aksila, dan ditunggu selama 3 – 5 menit.
  • Untuk bayi dan anak < 7 tahun dianjurkan pengukuran rektal lebih akurat oleh karena pengukuran oral lebih sulit dikerjakan.

Cara :

  1. Lubrikasi ujung termometer.
  2. Bayi/ anak posisi tengkurap di meja/ pangkuan pemeriksa.
  3. Buka pantat dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
  4. Masukkan ujung termometer yang telah dilubrikasi ke rektum lewat anus sedalam kira-kira 1 inchi.
  5. Katubkan pantat kembali.
  6. Waktu pemeriksaan 1 – 2 menit.

Mengukur panjang badan bayi

  1. Siapkan papan pengukur (ada meterannya)
  2. Baringkan bayi dengan posisi telentang
  3. Ukur panjang badan bayi

image!

Bila papan pengukur tidak ada :

  1. Baringkan bayi pada meja periksa
  2. Beri tanda tepat di atas kepala dan tumit
  3. Ukur dengan meteran, panjang antara 2 tanda tersebut

image

Pengukuran Lingkar Kepala :

  • Alat pengukur : Pita dari metal yang flexibel
  • Cara : meletakkan pita melalui glabela pada dahi bagian atas alis mata – protuberantia occipitalis.

Bayi dan anak kecil :

  1. Ambil pita pengukur
  2. Bayi posisi telentang
  3. Tempatkan pita pengukur melingkari dari glabela – occiptal – parietal – frontal.

image

Palpasi fontanela/ Ubun-ubun

Palpasi fontanela merupakan cara yang sederhana untuk memperkirakan tekanan intrakranial. Pada keadaan normal fontanela agak rata dan pulsasi sukar diraba. Fontanela sering sulit diraba pada bayi baru lahir karena molding tulang-tulang kepala. Setelah beberapa hari, fontanel mudah diraba dengan diameter transversal rata-rata 2,5 cm, kadang-kadang sampai 4 atau 5 cm. Ubun-ubun kecil teraba sampai 4-8 minggu. Ukuran ubun-ubun besar sangat bervariasi, demikian pula saat penutupannya. Seringkali ubun-ubun tampak membesar dalam beberapa bulan pertama.

Pada umur 6 bulan sebagian kecil (3%) bayi normal tertutup ubun-ubunnya, pada umur 9 bulan lebih kurang 15% dan umur 1 tahun 40%. Pada umur 19 bulan 90% bayi normal sudah tertutup ubun-ubunnya. Ubun-ubun terlambat menutup pada rakitis, hidrosefalus, sifilis, hipotiroidisme, osteogenesis imperfekta, rubela kongenital, malnutrisi, sindroma Down dan gangguan perkembangan lain. Pada kraniosinostosis dan osteopetrosis ubun-ubun menutup lebih dini.

Dalam keadaan normal ubun-ubun besar rata atau sedikit cekung. Ubun-ubun besar menonjol pada keadaan tekanan intrakranial meninggi, misalnya perdarahan intraventrikuler, meningitis, hidrosefalus, hematoma subdural, tumor intrakranial, rakitis dan hipervitaminosis A. Ubun-ubun tampak cekung pada dehidrasi dan malnutrisi.

Refleks Moro

Adalah suatu reaksi kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi. Bayi dalam posisi telentang, kemudian kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa sentimeter dengan hati-hati ke tangan pemeriksa. Bayi akan kaget dengan lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan terbuka disusul dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi. Pada bayi prematur, setelah merentangkan lengan tidak selalu diikuti oleh gerakan fleksi. Gerakan tungkai bukan bagian yang khas untuk refleks Moro. Kalau tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali berarti abnormal, begitu juga kalau rentangan lengan asimetris.

Refleks menggenggam palmar

Dengan meletakkan sesuatu pada telapak tangan bayi maka akan terjadi fleksi jari-jari tangan.

Refleks tonic neck

Bayi diletakkan dalam posisi telentang, kepala di garis tengah dan anggota gerak dalam posisi fleksi, kemudian kepala ditolehkan ke kanan, maka akan terjadi ekstensi pada anggota gerak sebelah kanan, dan fleksi pada anggota gerak sebelah kiri. Yang selalu terjadi adalah ekstensi lengan, tungkai tidak selalu ekstensi dan fleksi anggota gerak kontralateral juga tidak selalu terjadi. Setelah selesai ganti kepala dipalingkan ke kiri. Tonus ekstensor meninggi pada anggota gerak arah muka berpaling. Tonus fleksor anggota gerak kontralateral meninggi.

Suspensi vertikal

Dilakukan dengan meletakkan kedua tangan pemeriksa di ketiak pasien tanpa meraba toraks, kemudian bayi diangkat ke atas lurus. Pada waktu diangkat kepala tetap tegak sebentar dan tungkai tetap fleksi pada lutut, panggul, dan pergelangan kaki.

Refleks menghisap

Didapatkan pada usia gestasi 28 minggu dan terintegrasi pada usia 2-5 bulan. Suatu objek yang diletakkan dalam mulut bayi akan menyebabkan gerakan menghisap yang ritmis.

Reflek melangkah/menendang

Didapatkan pada usia gestasi 37 minggu dan tersupresi pada usia 2-4 bulan. Saat ditopang pada posisi tegak dan diarahkan ke depan, bayi dengan kaki di atas meja akan melakukan gerakan melangkah bergantian dan ritmis.

Refleks anus
Dilakukan dengan cara menggores kulit dekat anus dan normalnya akan terjadi konstriksi sfingter ani untuk mengetahui keadaan tonus anus.

Tanda-tanda rangsang meningeal

Kaku kuduk :

Cara :

  • Leher ditekuk secara pasif.
  • Bila dagu tak dapat menempel dada, dikatakan positif.

image
Gambar Pemeriksaan Kaku Kuduk

Tanda Brudzinski I

Cara :

  • Satu tangan pemeriksa dibawah kepala pasien, tangan lainnya di dada, untuk mencegah supaya badan tidak terangkat.
  • Kepala difleksikan ke dada secara pasif.
  • Bila ada rangsang meningeal, kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan lutut.

image
Gambar Pemeriksaan Brudzinki I

Tanda Brudzinski II

Cara :

  • Posisi penderita telentang
  • Lakukan flexi salah satu kaki pada sendi panggul lutut secara pasif, akan diikuti flexi kaki lainnya pada sendi panggul dan lutut.

image
Gambar Pemeriksaan Brudzinki II

Tanda Kernig

Cara :

  • Posisi penderita telentang.
  • Lakukan flexi tungkai atas tegak lurus.
  • Coba luruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
  • Normal tungkai bawah dapat membentuk sudut lebih dari 135O
  • Pada iritasi meningeal ekstensi lutut secara pasif menyebabkan rasa sakit dan terasa ada hambatan.
  • Sukar dilakukan pada bayi umur di bawah 6 bulan.

image
Gambar Pemeriksaan Kernig

Tata laksana gizi buruk
Sepuluh tata laksana gizi buruk meliputi:

  1. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia
  2. Mencegah dan mengatasi hipotermia
  3. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
  4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
  5. Mengobati infeksi
  6. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro
  7. Memberikan makanan untuk stabilisasi dan transisi
  8. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
  9. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
  10. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah.

Peresepan makanan untuk bayi yang mudah dipahami ibu

Sampai umur 6 bulan:

  • Berikan air susu ibu (ASI) sesuai keinginan anak paling sedikit 8 kali sehari, siang maupun malam
  • Jangan diberikan makanan atau minuman lain selain ASI

Umur 6-8 bulan:

  • Berikan ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari, siang maupun malam
  • Beri makanan pendamping ASI 2 kali sehari tiap kali 2 sendok makan
  • Pemberian makanaan pendamping ASI dilakukan setelah pemberian ASI
  • Perkenalkan anak 1 bulan kemudian dengan makanan pendamping ASI seperti bubur tim lumat/ lembik ditambah kuning telur/ayam/ikan/tempe/tahu/ daging sapi/ wortel/bayam/kacang hijau/santan/minyak

Umur 8-12 bulan:

  • Berikan ASI sesuai keinginan anak
  • Berikan bubur nasi ditambah telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging sapi/wortel/bayam/kacang hijau/santan/minyak
  • Makanan tersebut diberikan 3 kali sehari. Pada umur 8 bulan, setiap makan diberikan lebih kurang 8 sendok makan, selanjutnya sesuai dengan kemampuan anak
  • Berikan juga makanan selingan 2 kali sehari seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari, dsb diantara waktu makan

Umur 12-24 bulan:

  • Berikan ASI sesuai keinginan anak
  • Berikan nasi lembek yang ditambah telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging sapi/wortel/bayam/kacang hijau/santan/minyak
  • Berikan makanan tersebut3 kali sehari
  • Berikan juga makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dsb

Umur 2 tahun atau lebih:

  • Berikan makanan yang biasa dimakan oleh keluarga 3 kali sehari yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah
  • Berikan juga makanan yang bergizi sebagai selingan 2 kali sehari seprti bubur kacang hijau, biskuit, nagasari
  • Pemberian makanan selingan dilakukan di antara waktu makan makanan pokok.

Tata laksana anak tidak sadar

  1. Jaga jalan napas, lakukan intubasi bila skala Koma Glasgow kurang dari atau sama dengan 8.
  2. Jaga pernapasan yang adekuat dengan mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 80%
  3. Pertahankan sirkulasi yang stabil
  4. Lakukan pemeriksaan darah untuk glukosa, elektrolit, analisa gas darah, fungsi hati, fungsi ginjal, fungsi tiroid, darah lengkap, skrining toksikologi
  5. Lakukan pemeriksaan neurologis
  6. Bila tekanan intrakranial meningkat atau herniasi berikan manitol 0,5-1 gram/kgBB
  7. Berikan tiamin 100 mg iv diikuti dengan 25 gram glukosa bila serum glukosa kurang dari 60 mg/dl
  8. Lakukan CT scan/MRI kepala bila dicurigai adanya kelainan struktur otak
  9. Lakukan anamnesis riwayat lengak dan pemeriksaan sistemik
  10. Pertimbangkan EEG dan pungsi lumbal.

Tata laksana dehidrasi berat setelah penatalaksanaan syok

  1. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100 ml/kgBB dengan cara:

    • Umur kurang dari 12 bulan: 30 ml/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mg/kgBB dalam 5 jam berikutnya
    • Umur di atas 12 bulan: 30 mg/kgBB dalam setengah jam pertama, dilanjutkan 70 mg/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
  2. Masukan cairan per oral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5 ml/kgBB selama proses rehidrasi.

Tata laksana bayi berat lahir rendah (BBLR)

  1. Pemberian vitamin K1 1 mg IM sekali pemberian saat lahir
  2. Mempertahankan suhu tubuh normal:
  3. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care (KMC), pemancar panas, inkubator, atau ruangan hangat yang tersedia di fasilitas kesehatan setempat
  4. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
  5. Ukur suhu tubuh setiap 3 jam
  6. Pemberian minum:
    • ASI merupakan pilihan utama
    • Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling tidak sehari sekali
    • Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 gram/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu
    • Pemberian minum minimal 8 kali/hari. Apabila bayi masih mengingikan dapat diberikan lagi (ad libitum)
  7. Indikasi nutrisi parenteral yaitu status kardiovaskular dan respirasi yang tidak stabilm fungsi usus belum berfungsi/terdapat anomali mayor saluaran cerna, NEC, IUGR berat, dan berat lahir kurang dari 1.000 gram
  8. Pada bayi sakit, pemberian minum tidak perlu dengan segera ditingkatkan selama tidak ditemukan tanda dehidrasi dan kadar natrium serta glukosa normal.

Penilaian tumbuh kembang (motorik halus, motorik kasar, psikososial, bahasa)
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur <6 tahun menggunakan Denver II meliputi 125 gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi:

  1. Personal sosial: penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan
  2. Motorik halus: koordinasi mata tangan, memainkan, menggunakan benda-benda kecil
  3. Bahasa: mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa
  4. Motorik kasar: duduk, jalan, melompat, dan gerakan umum otot besar

Skor penilaian:

  • Pass §: bila anak melakukan uji coba dengan baik atau ibu/pengasuh anak memberi laporan yang dipercaya bahwa anak dapat melakukannya
  • Fail (F): bila anak tidak dapat melakukannya dengan baik
  • No opportunity (No): bila tidak ada kesempatan bagi anak untuk melakukan uji coba karena ada hambatan
  • Refusal ®: bila anak menolak untuk melakukan uji coba.

Penilaian individual:

  • Lebih (advanced)
    Bila seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut

  • Normal
    Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba di sebelah kanan garis umur

  • Caution/peringatan
    Bila seorang anak gagal atau menolak uji coba, garis umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90

  • Delayed/keterlambatan
    Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba yang terletak lengkap di sebelah kiri garis umur

  • No opportunity
    Tidak ada kesempatan uji coba yang dilaporkan orangtua

Interpretasi Denver II

  • Normal

    1. Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution
    2. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya
  • Suspek

    1. Bila didapatkan lebih dari atau sama dengan 2 caution dan atau lebih dari atau sama dengan 1 keterlambatan
    2. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan
  • Tidak dapat diuji

    1. Bila ada skor menolak pada lebih dari atau sama dengan 1 uji coba terletak di sebelah kiri garis umur atau menolak pada lebih dari 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%
    2. Uji ulang dalam 1-2 minggu
    3. Bila ulangan hasil pemeriksaan didapatkan suspek atau tidak dapat diuji, maka dipikirkan untuk dirujuk.

Pengamatan malformasi kongenital Kelainan bawaan minor

Kelainan bawaan minor merupakan hal yang umum dijumpai dan tidak memerlukan perlakuan khusus, tetapi ibu perlu diberi pengertian

Yang termasuk kelainan bawaan minor adalah:

  • Skin tag (jari tangan/kaki berlebih atau lengket)
    Berikan pengertian pada ibu, bahwa hal ini tidak menyakitkan bayi dan dapat dihilangkan melalui operasi bila bayi sudah berusia beberapa bulan

  • Celah bibir atau langit-langit

    1. Berikan dukungan emosional dan keyakinan pada ibu
    2. Jelaskan pada ibu bahwa hal yang paling penting untuk dilakukan saat ini adalah memberi bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan yang cukup sampai operasi dapat dilakukan
    3. Jika bayi menderita celah bibir saja, tetapi langit-langit utuh, anjurkan ibu menyusui
    4. Jika bayi menderita celah langit-langit, berikan ASI peras dengan salah satu alternatif cara pemberian minum
    5. Apabila masalah minum teratasi dan berat badan bayi bertambah, bayi dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier atau rumah sakit khusus bedah untuk melakukan operasi
  • Tanda lahir bawaan (toh)
    Berikan keyakinan pada ibu bahwa tanda lahir bawaan tersebut tidak memerlukan perawatan khusus dan sebagian besar akan hilang saat bayi bertambah umurnya

Kelainan bawaan mayor

  • Spina bifida/meningomielokel

    1. Berikan dukungan emosional dan pengertian pada ibu
    2. Lakukan persiapan rujukan:
    3. Jika kelainan tidak tertutup kulit: tutup dengan kasa steril yang dibasahi dengan larutan salin normal sebelum dirujuk
    4. Jaga kain kasa tetap basah dan pastikan bayi tetap hangat
  • Gastroskisis/omfalokel

    1. Berikan dukungan emosional dan keyakinan pada ibu
    2. Jangan berikan apapun melalui mulut
    3. Untuk gastroskisis: tutupi organ yang keluar dengan kasa steril yang dibasahi dengan larutan salin normal
    4. Jaga kain kasa tetap basah dan pastikan bayi tetap hangat
    5. Untuk omfalokel: lakukan perawatan secara tegak kering, sementara bagian yang menonjol ditutupi dengan kasa steril kering
    6. Pasang jalur IV
    7. Pasang pipa lambung, biarkan mengalir
  • Anus imperforata

    1. Berikan dukungan emosional dan pengertian pada ibu
    2. Jangan berikan apapun lewat mulut
    3. Pasang jalur IV
    4. Pasang pipa lambung, biarkan cairan mengalir bebas

Kelainan bawaan lain

  • Bila bayi menderita sindroma Down atau memiliki ciri wajah yang tampak aneh, berikan nasihat pada orangtuanya tentang prognosis jangka panjang dan rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas pelayanan spesialis untuk evaluasi perkembangan dan tindak lanjut jika memungkinkan
  • Jika memungkinkan lakukan konseling genetik untuk orang tua.

Pemeriksaan bayi baru lahir

Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam waktu 24 jam untuk mendeteksi kelainan.

Aktivitas fisis

Keaktifan bayi baru lahir dinilai dengan melihat posisi dan gerakan tungkai dan lengan. Pada BBL cukup bulan yang sehat, ekstremitas berada dalam keadaan fleksi dengan gerakan tungkai serta lengan aktif dan simetris. Bila ada asimetri pikirkan terdapatnya kelumpuhan atau patah tulang. Aktivitas fisik mungkin saja tidak tampak pada BBL yang sedang tidur atau lemah karena sakit atau pengaruh obat.

Bayi yang berbaring tanpa bergerak mungkin saja disebabkan oleh tenaga yang habis dipakai untuk mengatasi kesulitan bernapas atau tangis yang melelahkan. Gerakan ksasar atau halus (tremor) yang disertai klonus pergelangan kaki atau rahang sering ditemukan pada BBL, keadaan ini tidak berarti apa-apa, berlainan halnya bila terjadi pada golongan umur yang lebih tua. Gerakan tersebut cenderung terjadi pada BBL yang aktif tetapi bila dilakukan fleksi anggota gerak tersebut masih tetap bergerak-gerak, maka bayi tersebut menderita kejang dan perlu dievaluasi lebih lanjut.

Tangisan bayi

Tangisan bayi dapat memberikan keterangan tentang keadaan bayi. Tangisan melengking ditemukan pada bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang lemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesulitan pernapasan

Wajah BBL

Wajah BBL dapat menunjukkan kelainan yang khas, misalnya sindroma Down, sindroma Pierre-Robin, dll

Pemeriksaan suhu
Suhu tubuh BBL diukur pada aksila. Suhu BBL normal adalah antara 36,5- 37,5 derajat. Suhu meninggi ditemukan pada dehidrasi, gangguan serebral, infeksi, atau kenaikan suhu lingkungan.

Kenaikan suhu merata biasanya disebabkan kenaikan suhu lingkungan. Apabila ekstremitas dingin dan tubuh panas kemungkinan besar disebabkan oleh sepsis, perlu diingat bahwa sepsis pada BBL dapat saja tidak disertai dengan kenaikan suhu tubuh, bahkan sering terjadi hipotermi.

Tatalaksana bayi baru lahir dengan infeksi

  1. Pasang jalur IV dan berikan cairan IV dengan dosis rumatan
  2. Jangan memberi minum bayi selama 12 jam pertama
  3. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas dan periksa juga darah lengkap
  4. Bila bayi kejang, opistotonus, atau ubun-ubun besar membonjol:’lakukan pungis lumbal segera sesudah pengambilan darah
  5. Kirimkan sampel cairan serebrospinal ke laboratorium untuk menghitung jumlah sel, pengecatan gram serta kultur dan sensitivitas
  6. Mulai manajemen untuk meningitis
  7. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr/dl (hematokrit kurang dari 30%) beri transfusi darah
  8. Bila bayi tidak menderita meningitis, beri ampisilin dan gentamisin sesuai dengan pedoman yang ada. Tunggu hasil kultur darah dan sensitivitas dan nilai kondisi bayi empat kali sehari utnuk melihat perkembangannya
  9. Anjurkan bayi untuk menyusu ASI setelah 12 jam pengobatan dengan antibiotika atau bila bayi mulai menunjukkan perbaikan. Bila bayi tidak dapat menyusu ASI, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum
  10. Setelah selesai pengobatan antibiotika, amati bayi selama 24 jam berikutnya.

PEMASANGAN SONDE LAMBUNG

Indikasi :

  1. Pemberian makanan enteral
  2. Pemberian obat-obatan
  3. Pemeriksaan analisis getah lambung
  4. Dekompresi dan pengosongan lambung

Kontra indikasi :

  1. Pasca esofagoplasti
  2. Perforasi esophagus

Alat yang dibutuhkan :

  1. Alat penghisap listrik / manual
  2. Sonde lambung (feeding tube)
  3. Plester, pinset
  4. Air steril atau NaCl 0,9%
  5. Semprit 5 cc
  6. Stetoskop
  7. Monitor jantung (bila ada)

Cara:

  1. Anak / bayi ditidurkan telentang dengan kepala lebih tinggi.
  2. Membersihkan lubang hidung dan orofaring dengan penghisap.
  3. Mengukur panjang sonde lambung yang akan dimasukkan.
  4. Pengukuran dari lubang hidung melengkung melalui telinga ke processus xyphoideus.
  5. Tandai dengan plester.
  6. Membasahi ujung sonde lambung dengan air steril atau NaCl 0,9%.
  7. Masukkan ujung sonde lambung dipegang dengan pinset perlahan-lahan lewat lubang hidung ke orofaring-esofagus-sampai batas plester di lubang hidung.
  8. Memantau denyut jantung selama memasukkan sonde lambung.
  9. Memasang semprit pada pangkal sonde.
  10. Masukkan udara 5-10 cc dengan spuit dan didengarkan diatas daerah lambung dengan stetoskop.
  11. Untuk tujuan dekompresi udara pangkal sonde dimasukkan dalam bejana berisi air bersih.
  12. Sonde difiksasi dengan plester.

PEMASANGAN REKTAL TUBE

Indikasi :

  1. Dekompresi
  2. Klisma
  3. Pemeriksaan radiologi dengan kontras (barium)

Alat yang diperlukan:

  1. Kapas sublimate
  2. Plester
  3. Rectal tube : bayi no 8Fr, anak no 9-12Fr
  4. Bejana berisi air bersih
  5. Vaselin
  6. Pinset

Cara :

  1. Anak tidur telentang atau miring
  2. Paha difleksikan pada sendi pangul
  3. Membersihkan daerah anus dengan kapas sublimate
  4. Ujung tube diberi vaselin
  5. Pangkal cerobong dimasukkan dalam bejana berisi air
  6. Memasukkan ujung tube perlahan-lahan sedalam 5-7 cm
  7. Tube difiksasi dengan plester

Annang Giri Moelya, Ismiranti Andarini, Fadillah Tia Nur, Evi Rokhayati, Heteroanamnesis dan pemeriksaan fisik anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi Surakarta