Hal apa saja yang Anda ketahui tentang Pisang Albaca?

Pisang

Pisang Abaca ( Musa textillis Nee) adalah tumbuhan yang termasuk dalam famili Musaceae yang berasal dari Filipina yang telah dikenal dan telah dikembangkan sejak tahun 1519 (Wibowo, 1998). Masyarakat di kepulauan Sangihe Sulawesi Utara, sangat akrab dengan tanaman ini. Banyak orang percaya Abaca berasal dari daerah tersebut bukan dari Filipina (Raharjo, 1999). Sebelumnya Heyne (1987) dalam Priyono (2000) melaporkan bahwa terdapat beberapa nama daerah tanaman Abaca yaitu pisang Manila (Menado), Cau Manila (Sunda), Kofo sangi (Minahasa) dan Manila Henep.

1 Like

Pisang Abaka ( Musa textilis Nee) merupakan tanaman tahunan, penghasil serat alam. Kekuatan serat kering abaka di atas rata-rata komoditas serat lainnya (Bledzki, 2007). Serat yang dihasilkan berasal dari pelepah batang yang ramah terhadap lingkungan dan berkelanjutan (Mwaikambo, 2006). Berikut ini gambar serat Pisang Abaka

Serat Abaca

Produksi serat abaka internasional sebesar 65.000 ton/tahun, sedang permintaan sudah mencapai 85.000 ton/tahun, sehingga masih kekurangan sekitar 20.000 ton/tahun. Serat abaka banyak digunakan untuk bahan baku pulp kertas (Manish Kumar dan Deepak Kumar, 2011). Pulp dan kertas yang berasal dari abaka mempunyai keunggulan di antaranya tahan sobek, kalau sudah menjadi kertas sulit dipalsukan atau kertas yang dihasilkan digunakan untuk kertas yang sulit ditiru, materai, kertas dukomen (segel, sertifikat, ijazah dan kertas pentinglainnya). Menurut Jose C. de Rio dan Ana Gutierrez (2006); dikemukakan bahwa serat abaka digunakan sebagai bahan baku pulp kertas berkualitas tinggi. Bank Indonesia (BI) mulai tahun 2014 lebih serius untuk menggunakan bahan baku serat kapas dan serat abaka dalam negeri.

Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Mata Uang N0. 7 Tahun 2011 pada pasal 9 (2) agar mengutamakan bahan baku dalam negeri (lokal) dengan menjaga mutu, keamanan dan harga yang bersaing dalam mencetak Uang Rupiah. Philipina dan Jepang menggunakan kertas uang campuran serat abaka (Suratos, 2001).

Hasil panen serat Abaka baru dapat dinikmati oleh petani dalam kurun waktu sekitar 18-20 bulan. Abaka tumbuh baik pada tanah subur, volcan atau alluvial, retensi air tinggi, curah hujan 2.000- 3.000 mm/tahun (tidak ada bulan kering, kelembaban udara 78-88%, suhu optimal 20 derajat C- 27 derajat C dan ketinggian tempat sampai 1.000 m di atas permukaan laut (Bande, 2012). Secara alami abaka tumbuh pada hutan tropis campuran dengan tanaman lain.

Pada budidaya Abaka diperlukan naungan agar tidak mendapat penetrasi matahari secara langsung. Bande, (2012) melaporkan pemberian naungan hingga 50% dapat menghasilkan serat abaka yang lebih tinggi dibandingkan tanpa naungan.

Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak diambil buahnya tetapi diambil seratnya untuk dimanfaatkan bahan pakaian. Karenanya pisang ini dinamakan pisang Musa tekstilis. Batangnya merupakan batang semu yang terbentuk dari upih-upih daun yang saling menutupi. Tingginya mencapai 7 meter dengan daun berbentuk lanset warna hijau. Pisang hias (heliconia indica Lamk) Tumbuhan ini memang bagus sekali ditanam dimuka rumah sebagai hiasan. Pisang hias dibagi menjadi dua, yaitu pisang kipas dan pisang-pisangan. Pisang Buah (Musa paradisiacal L.)

Pisang buah dapat dibedakan menjadi empat golongan. yaitu :

  1. Pohon pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak, misalnya pisang kepok, pisang susu, pisang hijau, pisang mas, pisang raja, dan sebagainya.

  2. Pohon pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu, misalnya pisang tanduk, pisang oli, pisang kapas, pisang bangkahulu, dan sebagainya.

  3. Pohon pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun diolah terlebih dahulu, misalnya pisang kepok dan pisang raja.

  4. Sedangkan golongan keempat adalah pisang yang dapat dimakan sewaktu masih mentah. Pisang ini adalah pisang klutuk (pisang batu) dan biasanya dibuat rujak sewaktu masih muda dan rasanya sepet.

Pohon pisang yang bagus untuk ditenun adalah jenis pisang serat (pisang manila / abaca) dan pisang buah. Pisang buah hanya terbatas pada pisang batu (Jawa: klutuk). Serat pisang abaca merupakan bahan baku utama kertas. Tanaman pisang abaca banyak dijumpai dikepulauan Mindanau, Filipina. Awalnya dibawa dari spanyol tahun 1521. oleh karena itu, sampai saat ini, Filipina masih menjadi produsen serat pisang abaca terbesar di dunia. Dari 300 ha tanaman pisang abaca di dunia, 250 ha berada di filipina”.

Pisang serat di panen apabila kuncup bunga telah mekar atau keluar, artinya siap dipotong untuk diambil seratnya, sedangkan pisang buah masa panen jika buahnya sudah masak baru dipotong untuk diambil seratnya atau diambil pelepahnya. Hal ini penting diperhatikan karena sangat berpengaruh pada keuletan atau kekuatan serat, jika pohon yang digunakan untuk serat belum masa panen maka keuletan dan kekuatannya akan berkurang. Potensi melimpah juga terjadi pada limbah gedebog pohon pisang. Selama ini gedebog pohon pisang masih minim pemanfaatannya oleh masyarakat, misal untuk bungkus pembuatan tempe yang sekarang sudah bergeser kepada daunnya ataupun plastik dan sebagai bahan kertas souvenir.

Dinegara seperti di Filipina, India, Brazil pisang sudah dibudidayakan secara intensif untuk keperluan tekstil, kertas yang bernilai tinggi, bahkan Mercedes Benz sudah merekayasanya untuk panel interior mobil sedan yang diproduksinya. Penelitian ini berusaha mencari serat pisang yang potensial memiliki kekuatan mekanik yang baik dan merekayasanya menjadi komposit untuk keperluan panel interior otomotif atau bahkan pesawat terbang.

Aplikasi struktur komposit sandwich ini sangat cocok digunakan sebagai partikel penyekat ruangan. Namun, aplikasi komposit selama ini baru terbatas pada komponen tanpa beban/beban rendah. Oleh karena itu, sangat diperlukan kajian riset pengembangan komposit sandwich yang mampu mengeliminasi komponen penahan beban tinggi dari material baru komposit yang direkayasa sendiri. Secara tidak langsung, penelitian ini dapat memperlancar pembangunan di bidang lain karena memiliki kriteria mereduksi import, menghemat devisa, meningkatkan kandungan produk lokal, dan menambah devisa jika produknya dieksport. Kajian ini juga mendukung program pemerintah untuk meningkatkan kemandirian membuat produk sendiri.