Generasi Millenial Sulit Punya Rumah?


Sejak beberapa tahun lalu sudah banyak sekali ahli-ahli finansial yang berpendapat bahwa generasi millenial akan kesulitan untuk memiliki rumah. Hal ini tak sulit dipahami jika menyandingkan harga investasi properti rumah dengan penghasilan dan gaya hidup para millenial.
Benarkah millenial akan sulit memiliki rumah? Mengapa demikian?

Hmm… jika melihat dari trend dan hasil survey yang ada, saya sepertinya menyetujui jika milenial yang sekarang akan sulit untuk memiliki rumah mengingat harga - harga properti yang semakin melambung ditambah dengan kesulitan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Menurut laporan dari Urban Institute mengenai berapa banyak generasi milenial yang sudah siap membeli rumah dan yang belum, perbandingannya ternyata cukup besar yang dimana hanya sebanyak 52 persen generasi milenial yang siap untuk membeli rumah, sementara 48 persen lainnya tidak siap untuk membeli rumah, terutama karena terkendala harga - harga rumah yang semakin mahal.

Setidaknya seperti yang dilansir dalam berkeluarga.id, ada beberapa alasan yang melatarbelakangi kesulitan generasi milenial dalam memiliki hunian sendiri diantara adalah karena kenaikan upah yang rendah mengingat indeks Harga Properti Residensial mengalami kenaikan tiap tahunnya terutama di kota kota besar dengan presentase mencapai hampir 40 persen di bulan Desember 2020, sementara kenaikan UMR hanya berkisar 10 persen saja setiap tahunnya. intinya adalah kenaikan harga properti seperti rumah tinggal tidak berimbang dengan kenaikan upah minimum masyarakat. Selain itu, hal lain yang melatarbelakangi kesulitan generasi milenial untuk memiliki rumah sendiri adalah gaya hidup konsumtif.

Ya, tidak dapat dipungkiri memang jika generasi milenial cenderung memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi, terutama untuk sesuatu yang lebih bersifat rekreasional ketimbang yang esensial. Hal ini bukan karena mereka meremehkan harga rumah yang semakin tinggi tiap tahunnya. Justru karena generasi milenial merasa jika harga rumah sangat mahal, maka skala prioritasnya dialihkan ke hal lain, misalnya tiket konser atau liburan. Selain itu, kebutuhan untuk tetap eksis di media sosial menjadi pengaruh juga.

Selain kedua hal di atas, ada beberapa hal lain yang menjadi latar belakang kesulitan generasi milenial dalam memiliki rumah sendiri seperti mindset yang belum menggangap sepenuhnya rumah sebagai kebutuhan pokok, maraknya ranah industri kreatif, dan jarangnya bank yang menerapkan skema bunga fixed rate yang membuat generasi milenial enggan melakukan cicilan rumah karena tidak mau repot dengan bunga floating yang akan terus naik ketika melakukan cicilan.

Namun sepertinya generasi milenial sekarang bisa bernafas lega karena mereka bisa memiliki hunian tempat tinggal dengan harga, cicilan dan bunga yang rendah. Bahkan bunganya diberikan fix (tetap) sampai masa kredit selesai. Cara itu tak lain adalah melalui program rumah subsidi yang disediakan oleh pemerintah. Di mana harga rumah yang dijual kisaran Rp 150 juta hingga Rp 160 juta dengan tipe bangunan 36 meter persegi. Tentunya cara ini bisa dijadikan salah satu solusi dalam mengatasi problematika milenial yang kesulitan untuk memiliki rumah. ketentuan lebih lanjut bisa di cek disini : Milenial Bisa Punya Rumah? Bisa Banget!

Referensi :

Menurut saya, jika untuk sekedar memiliki rasanya tidak sesulit itu yaa… kecuali jika seseorang memutuskan untuk membangun mulai dari awal atau membeli rumah dengan segala perlengkapannya, itu berbeda lagi. Kalau saya amati dari teman-teman dan orang-orang sekitar saya, sebagian besar dari mereka memilih untuk membeli atau membangun hunian baru yang jauh dari tempat tinggalnya sekarang. Hal tersebut yang mendorong mereka mati-matian bekerja keras untuk menabung.

Namun, faktanya seringkali di masyarakat kita beranggapan bahwa rumah yang ditempati sekarang nantinya juga akan jadi rumah keturunannya. Rumah dijadikan suatu hal yang bisa dipindahtangankan dari pemilik awal ke orang lain. Tidak jarang kita temui bahwa rumah seseorang merupakan hasil warisan dari orang terdahulunya. Dari sini, saya berpendapat bahwa untuk sekedar memiliki rumah nyatanya tidak sesulit itu. Kecuali jika memutuskan untuk membangun/membeli yang baru, seperti yang saya sampaikan di awal.

Kalaupun ingin membangun atau membeli yang baru, saya rasa bisa dicicil sedikit demi sedikit. Jika concernnya adalah yang penting punya rumah, maka rumah dengan lahan dan fasilitas terbatas masih bisa dijadikan pilihan, tentunya dengan tawaran harga yang ramah di kantong. Namun, jika pandangan memiliki rumah dengan segala kelengkapan, estetika, dan fasilitasnya, saya rasa perlu dipertimbangkan lebih jauh lagi.

Memang benar bahwa semakin lama harga properti akan semakin naik, mengikuti naiknya nilai jual tanah, NJOP dan laju inflasi. Karena inilah properti dikatakan sebagai investasi yang menjanjikan karena semakin naik nilai jualnya.

Namun jika dikatakan bahwa generasi milenial lebih sulit memiliki rumah saya kurang setuju. Sebenarnya tidaklah sesulit itu. Direktur Rumah Umum dan Komersial Kementerian PUPR Fitrah Nur mengatakan pada dasarnya tidak sulit bagi kalangan milenial untuk mendapatkan rumah. Paling penting adalah adanya kemauan terlebih dahulu, sebab pemerintah sudah memberikan fasilitas khusus agar generasi ini bisa membiayai kepemilikan rumahnya. Pemerintah hingga kini masih menyediakan rumah subsidi, karena dari sekitar 157.000 rumah subsidi yang disiapkan, hanya sekitar 67% yang sudah terserap. Jadi, masih banyak rumah murah subsidi pemerintah yang tersedia. Harganya juga cukup terjangkau, sekitar 150-300 juta rupiah. Banyak milenial yang mampu membeli mobil dengan rentang harga sama, masa rumah tidak mampu?

Yang kedua, mungkin mereka yang bilang bahwa milenial sulit punya rumah hanya melihat mahalnya harga rumah di daerah Jabodetabek dan kota-kota besar lainnya. Padahal, jika mereka mau membeli/membangun rumah di daerah yang lebih sepi, saya yakin harganya pasti lebih murah.

Jadi, apakah milenial bisa memiliki rumah? Tentu saja bisa, dengan tekad yang kuat, beli rumah subsidi saja yang murah, atau milikilah rumah di daerah/kampung. Oh saya lupa, ada satu cara terakhir milenial memiliki rumah: warisan.

Referensi

Wareza, M. (2021). Bener Ga SIh Milenial Susah Punya Rumah? Cek Jawabannya. Diambil dari Bener Ga Sih Milenial Susah Punya Rumah? Cek Jawabannya