Gaya Hidup Hustle Culture, Produktif atau Menyesatkan?

WhatsApp Image 2021-07-04 at 12.31.01 PM

Hustle Culture merupakan istilah yang seringkali didengar khususnya pada dunia kerja. Istilah tersebut diartikan sebagai gaya hidup yang dijalankan oleh seseorang dengan menghabiskan waktunya untuk terus menyelesaikan pekerjaan setiap waktu tanpa meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan produktif lainnya. Hal itu karena mereka menganggap bahwa dengan bekerja keras mereka akan lebih cepat untuk sukses, sementara orang yang tidak memiliki kesibukan dianggap malas. Gaya hidup hustle culture memaksa kita untuk multitasking dimana hal tersebut akan mempengaruhi kualitas dari hasil pekerjaan kita, selain itu terlalu banyak bekerja juga dapat menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Workforce Institute terhadap 3.000 pekerja di delapan Negara, membuktikan bahwa hampir 50% dari mereka merasa perlu waktu 5 jam saja untuk bekerja per hari. Percobaan pengurangan waktu kerja tersebut dilakukan pada sebuah perusahaan di New Zealand yang menghasilkan bahwa dengan hanya bekerja 4 hari dalam seminggu, performa karyawan naik 24 persen.

Berdasarkan hal tersebut, apakah gaya hidup hustle culture adalah sesuatu yang produktif atau menyesatkan?

Referensi

https://www.nytimes.com/2018/07/19/world/asia/four-day-workweek-new-zealand.html
Pict from pinterest

8 Likes

Menurut saya, apapun yang dilakukan secara berlebihan itu kurang baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Hustle Culture merupakan suatu fenomena yang dapat “memaksa” seseorang di dalam suatu komunitas untuk ikut bekerja secara terus menerus karena adanya ancaman tersebut (dicap sebagai orang malas jika sedang beristirahat). Padahal, studi yang telah disebutkan menunjukkan bahwa dengan mengurangi jam kerja justru dapat meningkatkan performa karyawan. Dengan demikian, menurut saya budaya bekerja secara berlebihan cenderung menyesatkan karena manusia hidup tidak hanya untuk bekerja. Masih banyak kegiatan bermanfaat yang dapat dilakukan seperti beribadah, menekuni hobi, maupun meluangkan waktu bersama keluarga.

2 Likes

Hustle Culture menurut saya merupakan sesuatu yang menyesatkan. Melakukan pekerjaan secara berlebihan tentunya tidak baik bagi kesehatan, kemudian pelaku juga mungkin jarang memiliki waktu bersosialisasi dengan orang-orang sekitarnya. Hidup ini hanya sekali, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya dan secara seimbang. Kita tidak boleh lupa bahwa ada kehidupan lain setelah kita mati. Apakah hasil pekerjaan kita selama ini bisa membawa kebahagiaan bagi kita setelah kita mati? Belum tentu. Maka dari itu, kegiatan ibadah juga harus berimbang dengan pekerjaan kita.

1 Like

Saya sependapat dengan teman-teman. Disamping itu masih banyak yang salah mengartikan bahwa “produktivitas” itu hanya sekedar mencari kesibukan. Padahal nyatanya produktivitas itu merupakan seberapa efisien production input yang dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu. Selain itu, bekerja dalam waktu terlalu lama juga akan mengurangi tingkat produktivitas, apalagi selama bekerja sering terjadi distractions. Sehingga bekerja keras belum tentu bekerja secara efisien.

2 Likes

Gaya hidup hustle culture – kesibukan yang sangat padat dan dilakukan terus-menerus banyak dilakukan oleh kalangan anak muda hingga dewasa agar terus mencapai produktifitas tinggi demi mencapai tujuan atau kesuksesan. Namun, hal ini dapat memberikan dampak negatif baik pada kesehatan jasmani maupun rohani karena kurang memperhatikan pola tidur, pola makan, dan tidak ada waktu untuk refreshing. Jadi, tetaplah produktif bekerja namun tetap diseimbangkan dengan kegiatan lainnya dan memperhatikan pola makan dan tidur untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psiskis.

1 Like

Ya saya setuju dengan pendapat Angga dan Yusril, dimana Hustle Culture itu merupakan sesuatu yang menyesatkan. Dan saya setuju dengan pernyataan di atas bahwa dengan gaya hidup hustle culture yang memaksa kita untuk multitasking dapat mempengaruhi kualitas dan hasil pekerjaan, serta menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan. Menurut saya mengerjakan dua hal atau lebih secara sekaligus atau secara bersamaan bukan hal yang mudah, dan tidak semua orang dapat melakukannya. Dengan mengerjakan banyak hal secara bersamaan pastinya fokus yang dimiliki pun dapat terpecah, sehingga hasil yang diperoleh dapat yang kurang maksimal. Dari artikel yang saya baca, otak manusia pada dasarnya tidak tercipta untuk untuk multitasking, dan berdasarkan penelitian dari David Strayer dan Jason Watson pada tahun 2010, terungkap fakta bahwa hanya 2,5% dari populasi mampu melakukan beberapa hal dalam kurun waktu yang sama dengan baik. Selain itu dengan mengerjakan sesuatu secara bersamaan juga pastinya melelahkan karena kita melakukan perpindahan dari pekerjaan satu ke pekerjaan lainnya dalam waktu cepat, dimana hal tersebut dapat menguras energy dalam tubuh kita. Hustle Culture juga membuat seseorang untuk terus bekerja, sehingga hal lain mungkin dapat terbengkalai, seperti untuk bersosialisasi, refreshing, beristirahat, beribadah, dll. Sehingga pada intinya, Hustle Cukture tidak baik untuk dilakukan, dimana hal ini dapat merugikan diri sendiri dan juga orang di sekitar.

2 Likes

Betul banget, disamping itu gaya hidup hustle culture dapat menimbulkan kecemasan karena seperti yang saya amati di lingkungan sekitar, banyak sekali orang khususnya kalangan generasi milenial yang seringkali celebrate kesibukan mereka melalui sosial media atau sekedar bercerita kepada rekan-rekannya, sehingga jika kita tidak sibuk atau melakukan banyak hal dianggap sebagai suatu hal yang salah. Padahal menurut saya hal itu ga ada yang salah selama kita masih dapat meningkatkan kualitas dari hasil pekerjaan kita. Jadi, kualitas lebih penting dibandingkan dengan kuantitas.

3 Likes

yap, “Work life balance” atau kondisi dimana seseorang dapat berhasil menyeimbangkan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi sehingga hal itu dapat menjaga kesehatan mental seseorang.

1 Like

Saya mau mengutip slogan Robert Owen yang dirumuskan pada 1817, pada masa Revolusi Industri di Inggris.

Eight hours labour, Eight hours recreation, Eight hours rest

Ada tiga poin disana yaitu produktivitas, rekreasi dan istirahat. Ini mau menunjukkan kalau overworking bukanlah sesuatu yang baik. Tubuh manusia juga perlu istirahat, dan mental manusia juga perlu refreshing.

Oh ya, ada satu lagi slogan dari Indonesia yang mirip-mirip

Work hard, play hard, istirahard

1 Like

menurutku hustle culture juga merupakan sesuatu yang menyesatkan. kita boleh menyibukkan diri untuk mecapai target dalam hidup kita karena target diperlukan untuk meningkatkan kualitas diri. disinilah diperlukannya time menagement, jika kita memiliki time management yang baik, semua target kita akan tercapai secara maksimal sesuai dengan keinngan kita insyaallah. tapi, tidak semua orang memiliki time management yang baik. adakah tips untuk memiliki time management yang baik?

Gaya bekerja seperti ini justru membuat seseorang menjadi tidak produktif. Setiap orang memiliki batasan masing-masing dalam berktivitas, kalau dipaksakan tanpa batas justru mengakibatkan hal hal yang fatal seperti kelelahan atau pekerjaan menjadi tidak optimal karena terburu-buru. Mutitasking itu baik tetapi ditempatkan pada tempatnya. Seorang ibu juga multitasking kalau sedang mengurus rumah, hahaha.

Yang terpenting, kita sebagai manusia juga harus mengalokasikan waktu pada aktivitas yang lain terutama istirahat. Bekerja cukup dialokasikan 5-6 jam per hari tetapi konsisten. Kita butuh juga hari libur untuk merefresh pikiran kita dari pekerjaan. Justru dari istirahat dan refreshing akan menyiapkan stamina yang cuku untuk kita bekerja esok harinya.

Tips management waktu berdasarkan pengalamanku yaitu dengan membuat to do list pada buku agenda setiap harinya. Kemudian kategorikan aktivitas kita antara penting, tidak penting, mendesak, dan tidak mendesak. Untuk kategori mendesak lakukan sesegera mungkin, untuk yang mendesak tapi penting tentukan tanggal dan waktu yang pas, untuk yang tidak penting namun mendesak dapat ditunda, dan yang tidak penting dan tidak mendesak mungkin gaperlu dilakuin.

Summary

Tips Manajemen Waktu agar Lebih Produktif

1 Like

Sependapat dengan teman teman yang lain, hustle culture dapat terbilang menyesatkan. Profesional itu perlu, namun bukan berarti kita mengerahkan seluruh waktu kita untuk bekerja. Terkadang seseorang mengesampingkan kesehatan, bahkan hubungan dengan manusia lain hanya untuk memenuhi goals dari pekerjaannya. Hendaknya, antara pekerjaan dan kehidupan pribadi bisa balance. Tidak terlalu menyepelekan dan juga tidak terlalu keras kepada diri sendiri. Cukup dilakukan dengan bijak dan tanggung jawab.

seperti pendapat yang sudah diutarakan sebelumnya, jika melihat dari definisi di atas, hustle culture merupakan hal yang buruk. Sebagai manusia pada umumnya masih perlu untuk melakukan hal-hal lain daripada bekerja produktif secara berlebihan. Memang jika dilihat dengan jangka pendek pekerjaan menjadi cepat selesai, namun jika terus menerus dilakukan tanpa adanya kegiatan lain, ini yang menjadi buruk hingga dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Namun di beberapa kondisi manusia mungkin terpaksa harus melakukan itu. Misalkan diberikannya pekerjaan yang banyak sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikannya. Jika kondisi demikian, kita tidak punya pilihan lain selain harus mengerjakan pekerjaan dengan waktu yang lama. Tapi sebaiknya jika kondisi tersebut terjadi, usahakan untuk tidak terlalu berlebihan dalam bekerja.