Gadget = Metode Belajar Bahasa Asing yang Cepat, Mudah, dan Menyenangkan

https://i2.wp.com/warstek.com/wp-content/uploads/2015/04/good-study-habits.png?w=555&ssl=1

Kita telah mempelajari bahasa Inggris sejak bangku sekolah dasar (kelas V) hingga ke tingkat universitas (8 tahun belajar bahasa Inggris), tetapi mengapa kita masih belum menguasai bahasa inggris semudah kita berbahasa Indonesia?

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cummins tahun 1996, “Kelancaran berbahasa asing menggunakan bahasa sehari-hari (sederhana) dapat dicapai dalam jangka waktu 2 tahun sejak pertama kali belajar (paling banyak secara statistik atau paling banyak dicapai oleh orang dengan kecerdasan rata-rata). Sedangkan untuk bisa seperti native speaker (seperti penduduk Negara yang memakai bahasa inggris sebagai bahasa utamanya, sangat fasih) dengan penggunaan bahasa yang lebih kompleks (dalam taraf akademik), dibutuhkan waktu 5 tahun.

Berdasarkan penelitian Chinta tahun 2013, dengan judul penelitian yang sangat menarik, Goodbye Textbook, Hello Ipad: Accelerating Effective Language Learning Strategies for English Language Learners. Kegiatan belajar mengajar di kelas lebih ditekankan pada penggunaan buku (textbook), bukan pada kemampuan siswanya. Banyak guru yang mengasumsikan, ketika textbook bahasa inggris siswanya telah terisi semua, maka siswanya telah mampu belajar bahasa inggris sesuai dengan level yang dibebankan. Kelas adalah batas dan textbook adalah diktator. Chinta dalam papernya secara tegas menyalahkan metode pembelajaran bahasa tersebut. Bahasa lebih mudah dipelajari karena keterlibatan emosional dan aktif melibatkan sebanyak mungkin indra indra bukan hanya berfikir secara logika dan timpang pada beberapa indra saja. Hanya mengisi buku teks (textbook) sama sekali tidak melibatkan emosi siswa. Selain itu, pengajaran bahasa inggris melalui buku sudah merupakan hal yang kuno, karena hanya menekankan 2 aspek saja, yakni membaca dan grammar.

Kemampuan berbahasa biasanya diukur melalui metode LSWR (listening, speaking, reading, dan writing). Selain parameter tersebut, terdapat parameter lain seperti ketepatan pemilihan kata, kesesuaian penyusunan kalimat, kelancaran dalam berbahasa dan penekanan kata (correctness, accuracy, fluency, word power).

Bahasa bukanlah sesuatu yang statis, melainkan terus berkembang mengikuti perkembangan zaman. Kosakata yang dulu sering dipakai, bisa jadi sekarang sudah tidak lagi dipakai dan usang. Dengan adanya globalisasi, tidak ada batasan dalam berkomunikasi, sehingga tercipta banyak kosakata baru yang bisa jadi merupakan gabungan dari beberapa bahasa. Dikarenakan interaksi berbagai masyarakat dengan gaya bahasa berbeda, tercipta gaya bahasa baru. Textbook tidak bisa memenuhi hal tersebut, ikut berkembang dengan berkembangnya bahasa.

Dengan berkembangnya teknologi, sudah sewajarnya jika metode konvensional dalam belajar bahasa harus segera dirubah. Dengan adanya gadget mobile, seperti smartphone, dapat menjadi metode baru dalam mempelajari bahasa dengan lebih cepat, mudah, dan menyenangkan. Terdapat banyak aplikasi-aplikasi yang sangat bermanfaat dalam mempelajari bahasa, seperti berikut: (aplikasi-apalikasi berikut adalah aplikasi pada iPad)

Melalui aplikasi-aplikasi diatas, menjadikan siswa bebas dalam mendengarkan native speaker, membaca teks secara online, merekam suara, mengecek ejaan, mengutip sumber lain, menulis dan dapat didiskusikan, serta yang paling penting adalah melihat filosofi kata melalui kamus thesaurus, dll. Guru yang ideal adalah guru yang mampu membantu siswa dengan menyediakan materi-materi yang sejalan dengan yang siswa pelajari.

Emosi dapat dilibatkan pada pembelajaran melalui gadget, karena siswa dapat berbagi pengalaman dengan teman-temannya akibat menirukan pelafalan dari native speaker, dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya. Berdasarkan survey yang dilakukan di Vardhaman College of Engineering, Shamshabad, Hyderabad. Terdapat 96% lulusan yang menggunakan gadget, dan 48% dari mereka menggunakan gadget untuk membantu mereka meningkatkan kemampuan berbahasa asing.

Sumber:

  • Cummins, J. (1996). Language proficiency, bilingualism and academic achievement. In P. A. Richard-Amato, Making it happen: Interaction in the second language classroom: From theory to practice (pp. 429-442). White Plains, NY: Longman.
  • Chinta Praveen Kumar. (2013). Goodbye Textbook, Hello Ipad: Accelerating Effective Language Learning Strategies for English Language Learners. International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 3, Issue 6, June 2013 ISSN 2250-3153