Food Estate Mengorbankan Hutan, Pantaskah Diteruskan?


sumber: geotimes.id
Food Estate atau lumbung pangan adalah program bentukan pemerintahan Jokowi yang diklaim mampun mengantisipasi ancaman krisis pangan akibat pandemi Covid-19.
Program ini juga ditempatkan sebagai salah satu agenda Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024 dengan anggaran sekitar Rp 356,5 triliun. Fantastis bukan?
Tak hanya masalah dana saja yang menyita perhatian publik, pasalnya ada hal lain yang lebih menghawatirkan dari diluncurkannya program food estate. Dengan dihadirkannya program tersebut, jelas sasaran pertamanya dimulai dengan membuka hutan di beberapa kawasan strategis seperti Kalimantan dan Sulawesi. Tentu hal ini akan menambah daftar panjang deforestasi yang terjadi di Indonesia. Lantas apa saja dampak yang terjadi jika deforestasi tidak segera dihentikan? Menghilangkan habitat satwa, menimbulkan bencana alam, serta merusak lingkungan adalah sebagian kecil akibat pembukaan hutan secara besar-besaran. Disisi lain kebutuhan pangan juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Populasi Indonesia yang semakin meningkat memperkuat kedudukan dibukannya lumbung pangan. Maka bagaimana nih pandangan temen-temen mengenai hal ini? Pantaskah jika food estate diteruskan dengan mengorbankan hutan? Atau justru harus dihentikan?

Referensi:

Hallo kak, wahh keren kak topik nya, topik ini memacu saya agar bisa berpikir lebih kritis sehingga saya mampu memberikan argumen terbaik dari versi saya sendiri kak. Food Estate Mengorbankan Hutan, Pantaskah Diteruskan? Menurut sudut pandang saya sebaiknya dihentikan, mengapa? karena telah kita ketahui bersama, hutan dan isi nya (Pohon) merupakan paru-paru dunia, dimana pohon mampu membantu memberikan oksigen kepada setiap makhluk hidup yang berada di dunia, sehingga jika food estate dijalankan lantas siapa yang mampu merubah C02 (karbon dioksida) menjadi 02 (oksigen) agar bisa kita gunakan bersama? tentu nya tidak ada yang bisa bahkan sampai saat ini alat nya pun belum diciptakan, jadi kesimpulannya saya ialah alangkah baiknya program ini dihentikan, jika negara membutuhkan dana dalam membantu proses perekonomian negara, tentunya negara masih memiliki tambang emas PT. Freeport yang menjadi pemasukan utama sekaligus pemasukan terbesar di Indonesia dimana Freeport harus membayar pajak sebesar Rp. 125 Trilliun kepada negara pertahunnya, dengan jumlah uang yang sebesar ini, tentu saja dapat membantu memulihkan perekonomian dalam negeri terutama di situasi pandemi seperti sekarang ini.

Source:

Pertanyaan tentang apakah Food Estate di Indonesia yang mengorbankan hutan pantas atau tidak memerlukan pertimbangan yang mendalam. Sebelum menjawab, kita perlu mempertimbangkan beberapa aspek, termasuk dampak lingkungan, keberlanjutan, kebutuhan pangan, dan dampak sosial.

Pertama-tama, Food Estate dirancang untuk meningkatkan ketahanan pangan Indonesia dengan memperluas lahan pertanian. Namun, ada kekhawatiran bahwa ekspansi ini dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem, terutama hutan. Hutan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologi, menyimpan karbon, dan mendukung keberlanjutan lingkungan. Oleh karena itu, langkah-langkah harus diambil untuk memastikan bahwa ekspansi pertanian tidak merugikan hutan dan lingkungan secara keseluruhan.

Selain itu, penting untuk mempertimbangkan kebutuhan pangan penduduk Indonesia yang terus meningkat. Food Estate mungkin dianggap sebagai solusi untuk meningkatkan produksi pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor. Namun, perlu dilakukan studi kelayakan menyeluruh yang memperhitungkan dampak ekologis dan sosial, serta alternatif lain yang mungkin lebih berkelanjutan.

Dampak sosial juga harus diperhatikan. Penggunaan lahan untuk Food Estate bisa berdampak pada masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka. Keterlibatan masyarakat lokal dalam proses perencanaan dan keputusan adalah kunci untuk memastikan bahwa proyek ini memberikan manfaat yang adil dan berkelanjutan bagi semua pihak terlibat.

Pemerintah harus memastikan bahwa Food Estate dijalankan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan, termasuk praktek-praktek pertanian yang ramah lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana. Penggunaan teknologi modern yang efisien dan ramah lingkungan juga dapat membantu mengurangi dampak negatif.

Keputusan apakah Food Estate harus diteruskan atau tidak harus didasarkan pada pendekatan holistik yang mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologis, dan sosial. Perlu melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, ilmuwan, dan organisasi lingkungan. Hanya dengan mengadopsi pendekatan yang berkelanjutan dan bijaksana, kita dapat mencapai keseimbangan antara ketahanan pangan, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial.