Faktor-Faktor apa saja yang menghalangi Keberkahan ?

Berkah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah dan tidak bisa terhitung (dalam semua kehidupan, baik bersifat materi maupun non materi)

Faktor-faktor apa saja yang menghalangi Keberkahan ?

1 Like

Hanya Allah Swt sumber keberkahan dan kebajikan, karena semua jenis keberkahan dan kebajikan yang terdapat pada makhluk adalah berasal dari Allah swt. Hanya Allah SWT yang maha berkhendak untuk memberikan berkah dan kebaikan kepada siapa pun yang Dia pilih, atau menghapus dan mencabut keberkahan tersebut.

berikut beberapa faktor yang menghalangi keberkahan, diambil dari buku “15 sebab di cabutnya berkah” karya Abul Hamdi

1. Tidak Bertakwa

Kebaikan dan keberkahan terletak pada kertakwaan seseorang karena dengan beretakwa kita akan selamat dari berbagai persoalaan dan menjadikan mudah untuk menghadapinya, sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur‟an:

Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar (Q.S Ath-Thalaaq/65:2)

Ayat di atas menjelaskan bahwasannya orang yang bertakwa, pasti Allah SWT akan membalasnya dengan berbagai aneka kebaikan kepada mereka, dari arah mana saja yang tidak di duga, baik berupa rezeki, maupun dengan mencukupkan segala kebutuhannya dan memudahkan dari setiap kesusahan dalam baik di dunia dan di akhirat.

Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur‟an:

“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (Q.S th-Thalaaq/65:2)

Ketakwaan adalah landasan utama untuk mendapatkan keberkahan dan kebaikan serta menyelamatkan dari setiap kesusahaan. sehingga, mereka bisa dengan tepat membedakan hal-hal yang dapat membawa keselamatan dan hal-hal yang membahayakan. Oleh karena itu, mereka tidak akan kebingungan dan tersesat.

2. Tidak ikhlas dalam beribadah

Allah tidak akan memberkahi suatu ibadah yang tidak diiringi dengan keikhlasan. Sehingga mengurangi nilai hasil kenikmatan dalam ibadah. Allah akan memberkahi ibadah seseorang jika seseorang itu melakukan dengan ikhlas dan semata-mata mencari keridhaan Allah.

Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur‟an:

“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya”. (Q.S az Zumar/39:2)

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada hamba-Nya agar menyembah Allah dengan ikhlas dan memurnikan ketaatan kepada-Nya, tanpa ada kesyirikan riya atau pamrih. Dengan ikhlas akan membawakan seseorang kepada kejayaan, kebajikan dan keberkahan.

Orang yang melaksanakan ibadah tidak dinaungi dengan keikhlasan dan diiringi dengan hawa nafsu, maka akan berakibat baik dengan meninggalkan kewajibannya. Seperti seseorang yang melaksanakan shalat tidak diniatkan semata-mata karena Allah berarti dia telah menyalahi perintah-Nya, dengan demikian shalatnya tidak sah dan telah merusak amal perbuatannya karena timbangan kebaikan dan keburukannya didalam jiwanya bergoyang bersama hawa nafsu, dan tidak berpedoman kepada Rabaniyyah.

3. Memakan harta yang haram

Allah memerintahkan semua hamba-hambanya untuk memakan yang datang dari sumber yang halal, dan baik, dan melarang memakan-makanan yang haram karena makanan yang haram merupakan makanan yang tidak baik sehingga tidak ada nilai kebaikan dan keberkahaan di dalamnya. Sebagai mana dalam al-Qur‟an Allah berfirman:

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Q.S al- Baqarah: 168)

Allah membolehkan manusia untuk menikmati yang baik-baik dari rezekinya dan tidak dituntut apa pun kecuali berpegang teguh pada aturan yang Allah halalkan, dan menjauhi segala larangan Allah. Allah tidak menghalalkan kepada manusia kecuali setiap yang baik dan tidak mengharamkan kecuali setiap yang kotor.

Mengkonsumsi makanan-makanan yang halal tidak mengenyangkan saja. Akan tetapi, bisa meguatkan dan menyehatkan daya tubuh. Sehingga, bisa melaksanakan ibadah dengan baik. Namun sebaliknya, orang yang mencari rezeki dengan cara yang haram sampai memakannya, maka akan terhalangi kebajikannya baginya.

4. Tidak mau menginfakan hartanya

Allah tidak akan memberkahi orang yang mempunyai sifat kikir, karena perbuatannya yaitu perbuatan setan, dan sama saja tidak meyukuri nikmat Allah serta tidak mempercayai balasan Allah. Sebagaimana dalam al-Qur‟an Allah berfirman:

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia.Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (Q.S. al-Baqarah/1:268)

Ayat ini menjelaskan untuk orang muslim agar menginfakan sebagian hartanya. Setan selalu menakuti-nakuti orang yang berinfak dan membujuk mereka agar bersifat bakhil dan kikir, setan akan mempengaruhi orang-orang bahwa berinfak atau bersedekah akan menghabiskan harta benda dan akan menyebabkan mereka menjadi miskin dan sengsara. Oleh sebab itu harta benda harus disimpan untuk persiapan di hari depan.

Jikalau kita menginfakan barang yang jelek, oleh Allah disebut sebagai suatu kejahatan, karena orang yang bersifat demikian tidak menyukuri nikmat Allah serta tidak percaya akan kekayaan Allah dan kekuasaan-Nya untuk memberi tambahan rahmat kepadanya. Allah menjanjikan kepada hamba-Nya yang berinfak akan memperoleh ganti dari harta yang diinfakannya. Di dunia dia akan memperoleh kemuliaan dan nama baik di kalangan masyarakat karena keikhlasannya dalam berinfak atau bertambahnya harta yang masih tersisa, di akhirat kelak dia akan menerima pahala yang berlipat ganda.

5. Memutus tali silaturahmi dan hubungan kekerabatan.

Menjalankan silaturahmi merupakan sangat penting dalam kehiudpan sehari-hari karena mempunyai banyak kebaikan dan kemuliaan baik itu untuk kebaikan di dunia terlebih untuk kebaikan di akhirat. Oleh karena itu, Allah melarang bagi hamba-Nya untuk tidak menjalin hubungan silaturahmi dengan kaum kerabat dan saudara kandung. Bahkan Allah akan melaknat orang yang memutuskan tali silaturahmi. Sebagaimana dalam al-Qur‟an Allah berfirman:

“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka”. (Q.S Muhammad/34:22-23)

Ayat ini menjelaskan bagi orang-orang yang sibuk mencari kesenangan dan kemewahan hidup di dunia yang mementingkan dirinya sendiri dengan memperlihatkan kemewahannya dan memutuskan hubungan silaturrahim yang sangat dianjurkan untuk disambung, sikap tersebut merupakan orang-orang munafik yang telah dijauhkan Allah dari rahmat-Nya dan akan mendapatkan laknat dari Allah, karena mereka tidak dapat memanfaatkan mata dan telinga yang telah dianugrahkan oleh Allah.

Untuk mendapatkan rezeki yang lancar dan umur yang berkah, kita harus memperbanyak silaturahmi dengan siapaun dan dimanapun. Sebab, dalam kehidupan sehari-hari setiap individu selalu membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri.

Dalam sebuah hadis Rasulullah sallallahu „alaihi wa sallam bersabda:

Dari Abu Hurairoh r.a: Rasulullah bersabda barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya, dan di panjangkan umurnya, hendaklah dia menyambungkan silaturahmi (H.R. Bukhari).

6. Tidak bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya.

Apabila manusia tidak mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan- Nya, maka tidak akan bertambah kebajikan. Sebagaimana dalam al-Qur‟an Allah berfirman:

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Q.S. Ibrahim/14:7)

Dalam tafsir Kemenag ayat ini menjelaskan bahwa Allah mengingatkan kepada hambanya untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkannya. Bila mereka melaksanakannya, maka Allah akan menganugerahkan kenikmatan yang berkah. Sebaliknya jika, orang-orang mengingkari nikmat Allah dan tidak bersyukur kepadaNya, maka azab-Nya yang sangat pedih menimpa pada mereka.

Ketika rasulullah melakukan shalat sampai kakinya bengkak, maka ada yang bertanya pada beliau, mengapa engkau teruskan shalat sedangkan Allah telah mengampuni dosamu, baik yang lama maupun yang baru? Maka beliau menjawab, apakah aku tidak bisa menjadi seseorang yang pandai bersyukur. Bahkan ucapan syukur telah Allah jadikan sebagai kalimat pertama yang diucapkan sebagai penghuni syurga, sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur‟an:

“Dan mereka mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki.” Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal”. (Az Zumar/39:74)

Oleh karena itu, Iblis selalu berusaha dan berjuang untuk mencegah manusia agar meningkari nikmat dan tidak bersyukur kepada Allah. Disebabkan, kedudukan yang tinggi dan mulia di sisi Allah bagi orang- orang yang bersukur atas nikmat Allah.
Jadi, dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang selalu bersyukur, maka akan Allah tambahkan keberkahan dan kebaikan- Nya.

7. Berbuat kerusakan dan keburukan dimuka bumi

Orang yang membuat kerusakan dibumi tidak akan pernah mendapatkan kebaikan dan keberkahan dalam hidupnya, dan tidak akan mendapatkan rahmat Allah. Allah melarang dan mewanti-wanti kepada hamba-hambanya agar tidak membuat kerusakan dimuka bumi, sebagaimana Allah berfirman

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. ( Q.S al- A‟raaf:56)

Ayat diatas mengingatkan manusia agar jangan membuat kerusakan dimuka bumi ini. larangan ini mencakup semua bidang, seperti merusak pergaulan, jasmani dan rohani, kehidupan dan sumber-sumber penghidupan (pertanian, perdagangan, dan lain-lain), merusak lingkungan dan lain sebagainya. Kareana Allah menciptakan bumi dan isinya dengan segala kelengkapan seperti gunung, sungai, lautan, daratan dan lain-lain, yang semuanya ditunjukan untuk keperluan manusia, agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan mereka. Oleh karena itu manusia dilarang membuat kerusakan dimuka bumi.

Dalam al-Qur‟an Allah telah menyebutkan beberapa kisah tentang orang-orang yang membuat kerusakan dimuka bumi ini, misalnya kisah orang Yahudi, kisah Qorun, kisah kaum Tsamud dan masih banyak lagi kisah yang lainya.

8. Tidak berbakti kepada kedua orang tua.

Tidak ada kebaikan dan keberkahan dalam kehidupan jika seseorang tidak berbakti kepada orang tuanya. Bahkan Allah melarang keras kepada hamba-hamba-Nya agar tidak berkata-kata kotor dan kepada orang tuanya, sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur‟an:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (al-Israa‟/17:23)

Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar berbuat baik terhadap kedua orang tua. Janganlah mengucapkan kata kotor dan kasar meskipun hanya berupa kata “ah” kepada orang tua. Jangan membentak kedua orang tua sebab, bentakan itu akan melukai kedua orang tua dan hendaklah menghormati dan mengucapkan kata-kata yang mulia terhadap orang tua. Sebab, sifat tersebut gambaran sebagai adab sopan santun dan berperilaku baik kita terhadap kedua orang tua.

Sebagai mana rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “ dari Abdullah bin Mas‟ud r.a. ia berkata: “ Saya bertanya kepada Nabi saw: amal apakah yang paling disukai oleh Allah Ta‟ala?” beliau menjawab: “ shalat pada waktunya. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berbuat baik kepada kedua orang tua. “ saya bertanya lagi: “ kemudian apa?” beliau menjawab: “ berjihad(berjuang) di jalan Allah.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Rasullah mengingatkan umatnya agar berbuat baik kepada kedua orangtua karena betapa besar jasa dan perjuangan seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya, sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas. Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk mendurhakainya.