Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan penyakit pada tanaman?

Pengetahuan mengenai apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman akan membuka pemahaman mengenai bagaimana pencegahan penyakit pada tanaman.

Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan penyakit pada tanaman?

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu ; Faktor Lingkungan dan Faktor yang Dapat Menular

Faktor Lingkungan

Bila penyebab penyakit adalah faktor lingkungan fisik atau kimia maka biasanya penyakit menjadi makin berat dengan pertambahan waktu, sedang kecepatan perkembangan tersebut beragam menurut jenis pohon, jenis faktor penyebab penyakit serta seberapa jauh penyimpangan kondisi faktor penyebab tersebut dari kondisi yang cukup baik untuk perkembangan pohon yang bersangkutan. Makin besar penyimpangan jenis pohon tertentu, makin cepatlah dan mungkin makin beratlah penyakit yang ditimbulkannya.

Tiap jenis pohon memerlukan syarat mengenai faktor fisik atau kimia tertentu untuk pertumbuhannya yang optimal, oleh karena itu suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia tertentu mungkin sekali cukup baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang satu tetapi tidak baik untuk pertumbuhan jenis pohon yang lain. Demikian pula pada suatu kondisi lingkungan fisik atau kimia tertentu, suatu jenis pohon yang semula pada umur- umur tertentu tidak menunjang gejala suatu penyakit, pada umur-umur lebih lanjut dapat menjadi sakit.

  • Pengaruh Suhu
    Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC, kebanyakan jenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC. Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada tingkat prtumbuhan yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan lebih keras akan lebih tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah muda. Jaringan atau organ berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin sangat bervariasi kesensitifannya (kepekaannya) terhadap suhu rendah yang sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka) dibanding daun dan sebagainya.

  • Pengaruh Suhu Tinggi
    Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu minimum. Pengaruh suhu tinggi pada pertumbuhan berhubungan dengan pengaruh faktor lingkungan yang lain, terutama kelebihan cahaya, kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin kencang bersamaan dengan kelembaban relatif yang rendah.

    Suhu tinggi biasanya berperan dalam kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis bawang dan umbi kentang. Hari dengan sinar matahari terik dan panas maka suhu jaringan buah yang terdapat di bawah sinar matahari langsung mungkin jauh lebih tinggi dibanding dengan jaringan buah dari sisi yang terlindung dan dikelilingi udara. Hal tersebut menghasilkan perubahan warna, kelihatan basah berair, melepuh, dan keringnya jaringan di bawah kulit, yang menyebabkan permukaan buah lekuk.

    Suhu tinggi juga terlibat dalam kekacauan air biji (water core) pada apel dan penurunan oksigen yang menyebabkan terjadinya blacheart pada kentang.

  • Pengaruh Suhu Rendah
    Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah tiitik beku menyebabkan berbagai kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik meristematik muda atau keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun upas yang membunuh tunas pada persik, cherry, dan pepohonan lain, dan membunuh bunga, buah muda dan kadang- kadang ranting sukulen sebagian pepohohonan.

    Kerusakan yang terjadi bervariasi tergantung pada tingkat penurunan suhu dan lama suhu rendah tersebut berlangsung. Kerusakan awal hanya mempengaruhi jaringan vaskular utama yang lebih meluas yang berselang-selang pada umbi akan menghasilkan nekrosis seperti jaring. Tingkat kerusakan yang lebih umum, sebagian besar umbi menjadi rusak, menghasilkan nekrosis yang disebut blotch-type (tipe bisul).

  • Pengaruh Kelembaban
    Pengaruh kelembaban dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

    • Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah
      Gangguan kelembaban di dalam tanah mungkin bertanggung jawab terhadap lebih banyaknya tumbuhan yang tumbuh jelek dan menjadi tidak produktif sepanjang musim. Kekurangan air mungkin juga terjadi secara lokal pada jenis tanah tertentu, kemiringan tertentu atau lapisan tanah yang tipis yang dibawahnya terdapat batu atau pasir. Tumbuhan yang menderita karena kekurangan kelembaban tanah biasanya tetap kerdil, hijau pucat sampai kuning terang, mempunyai daun, bunga dan buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan berlanjut tumbuhan layu dan mati.

      Walaupun tumbuhan setahun jauh lebih rentan terhadap periode pendek kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan juga dapat rusak dengan periode kering yang berlangsung lama dan menghasilkan pertumbuhan yang lambat, daun menjadi kecil dan hangus, ranting pendek, dieback, defoliasi (pengguguran daun), dan akhirnya layu dan mati. Tumbuhan yang lemah karena kekeringan juga lebih rentan terhadap serangan patogen dan serangga tertentu.

    • Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi
      Akbat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau drainase yang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk, mungkin karena menurunnya suplai oksigen ke akar. Kekurangan oksigen menyebabkan sel-sel akar mengalami stres, sesak napas dan kolapsi. Keadaan basah, an-aerob menguntungkan pertumbuhan mikroorganisme an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuk substansi seperti nitrit, yang beracun bagi tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akar yang dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen akan kehilangan permeabilitas selektifnya dan dapat memberi peluang terambilnya zat-zat besi atau bahan-bahan beracun lain oleh tumbuhan.

      Drainase yang jelek menyebabkan tumbuhan tidak vigor, seringkali menyebabkan layu dan daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan. Banjir selama musim tanam dapat menyebabkan kelayuan tetap dan kematian tumbuhan semusim sukulen dalam dua sampai tiga hari. Pepohonan juga dapat mati karena tergenang air, tetapi biasanya muncul kerusakan lebih lambat yaitu selama beberapa minggu jika akar tergenang terus-menerus.

  • Kekurangan Oksigen
    Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang berdaging di lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu tinggi, atau pada penyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang besar sekali. Contoh dari kasus ini adalah berkembangnya penyakit yang disebut blackheart pada kentang, yang dalam suhu cukup tinggi merangsang pernapasan dan reaksi enzimatik yang abnormal pada umbi kentang.

    Suplai (penyediaan) oksigen sel pada bagian dalam umbi tidak mencukupi untuk mendukung peningkatan pernapasan, dan sel tersebut mati karena kekurangan oksidasi. Reaksi enzimatik yang diaktivasi oleh suhu tinggi dan kurang oksidasi berjalan sebelum, selama dan sesudah kematian sel. Reaksi tersebut secara abnormal mengoksidasi penyusun tumbuhan yang normal menjadi pigmen melanin hitam. Pigmen tersebut menyebar ke sekitar jaringan umbi dan akhirnya menjadikan umbi tampak hitam.

  • Cahaya
    Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan, dan gugurnya daun bunga secara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan etiolasi. Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila ditanam di bawah pohon atau benda lain.

    Kelebihan cahaya agak jarang terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi yang menyertai intensitas cahaya tinggi.

  • Polutan Udara
    Hampir semua polutan udara yang menyebabkan kerusakan pada tumbuhan berbentuk gas, tetapi beberapa bahan yang berupa partikel atau debu juga mempengaruhi vegetasi. Beberapa gas kontaminan seperti etilen, amoniak, klorin dan kadang-kadang uap air raksa, menyebarkan pengaruh buruknya melewati daerah tertentu. Seringkali tumbuhan atau hasil tumbuhan yang disimpan dalam gudang dengan ventilasi yang tidak baik dipengaruhi oleh polutan yang dihasilkan oleh tumbuhan itu sendiri (etilen) atau dari kebocoran sistem pendingin (amoniak).

    Beberapa kerusakan yang disebabkan oleh polutan udara sebagai berikut :

    • Klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak, menyebabkan daun terlihat keputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun, tepi daun nampak seperti hangus.
    • Etilen (CH2CH2) yang berasal dari gas buangan automobil, menyebabkan tumbuhan tetap kerdil, daun berkembang secara abnormal dan senesen secara prematur.
    • Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari asap pabrik, pada konsentrasi menyebabkan klorosis umum dan pada konsentrasi tinggi menyebabkan keputihan pada jaringan antar tulang daun.
  • Defisiensi Hara pada Tumbuhan
    Tumbuhan membutuhkan beberapa unsur mineral untuk pertumbuhan yang normal. Beberapa unsur, seperti nitrogen, posfor, kalium, magnesium dan sulfur dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar yang disebut unsur makro, sedangkan yang lain seperti besi, boron, mangan, seng, tembaga, molibdenum dan klorin dalam jumlah kecil yang disebut unsur mikro.

    Jenis gejala yang dihasilkan oleh defisiensi hara tertentu trutama tergantung pada fungsi unsur tersebut di dalam tumbuhan. Fungsi-fungsi tersebut mungkin menghambat atau mengganggu apabila unsur-unsur tersebut terbatas. Gejala tertentu biasanya sama pada defisiensi beberap unsur, tetapi ciri-ciri diagnostik lain biasanya berhubungan dengan defisiensi unsur tertentu.

    Gejala yang ditimbulkan tumbuhan sebagai akibat defisiensi hara adalah sebagai berikut :

    • Nitrogen, apabila terjadi defisiensi menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek dan berwarna hijau muda. Daun bagian bawah berubah kuning atau coklat muda dan batang pendek dan kurus.

    • Posfor, apabila terjadi defisiensi menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek dan daun hijau kebiruan. Daun bagian bawah kadang-kadang berubah menjadi karat muda dengan bercak ungu atau coklat.

    • Kalium, apabila terjadi defisiensi menyebabkan tumbuhan mempunyai tunas kecil yang pada keadaan ganas timbul mati-ujung. Daun yang lebih tua memperlihatkan gejala klorosis dengan kecoklatan pada ujung pinggirnya mengering dan biasanya banyak bercak coklat di pinggirnya.

    • Besi, apabila terjadi defisiensi menyebabkan daun muda mengalami klorosis berat, tetapi tulang daun utamanya tetap hijau seperti biasa. Kadang-kadang berkembang bercak coklat. Sebagian atau keseluruhan daun mungkin mati.

    • Seng, apabila terjadi defisiensi menyebabkan terjadinya gejala klorosis antar pertulangan daun yang akhirnya menyebabkan nekrosis dan menghasilkan pigmentasi ungu. Jumlah daun sedikit dan mengecil, ruas pendek dan tunas berbentu roset, dan produksi buah rendah. Daun gugur dengan cepat.

Faktor yang Dapat Menular

Bagi penyakit yang disebabkan oleh faktor yang dapat menular, berhasil atau tidaknya suatu penyakit berkembang pada suatu pohon atau pertanaman tergantung pada tiga faktor yaitu sifat genetik pohon, keganasan (virulensi) patogen dan keadaan lingkungan.

  • Sifat Genetik Pohon
    Dalam populasi tiap jenis terdapat ketahanan pohon terhadap suatu jenis patogen. Beberapa individu, galur, atau tanaman yang berasal dari tempat tumbuh tertentu mungkin lebih tahan terhadap suatu jenis patogen, dibandingkan dengan individu, galur, atau yang berasal dari tempat tumbuh lain. Ketahanan ini dapat terjadi karena kemampuan pohon untuk membentuk struktur-struktur tertentu yang tidak menguntungkan perkembangan patogen pada pohon tersebut, seperti kurangnya jumlah stomata per satuan luas daun, pembentukan lapisan kutikula yang tebal, pembentukan jaringan dengan sel-sel yang berdinding gabus tebal segera setelah patogen memasuki jaringan tanaman atau produksi bahan-bahan toksik di dalam jaringan yang cukup banyak sebelum atau sesudah patogen memasuki jaringan tanaman, sehingga patogen mati sebelum dapat berkembang lebih lanjut dan gagal menyebabkan penyakit pada pohon.

    Ketahanan suatu jenis pohon terhadap serangan suatu jenis patogen tidak selalu sama pada semua umur. Contoh yang khas adalah penyakit lodoh yang disebsbkan oleh Pythium spp., Phytophthora spp., Fusarium spp. dan Rhizoctonia spp. yang hanya terjadi pada kecambah.

  • Keganasan Patogen
    Penyakit yangt disebabkan oleh patogen seperti jamur, bakteri, virus, mikoplasma, nematoda dan sebagainya, mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dan termasuk kemampuannya dalam menyebabkan penyakit pada suatu jenis pohon.

    Berbagai galur atau asal (isolat) suatu jenis patogen dapat beragam keganasannya (virulensinya), tergantung pada gen yang terkandung di dalam inti atau bahan yang bertindak sebagai inti. Mengingat susunan gen karena berbagai proses dapat berubah, maka demikian pula virulensi pada suatu jenis patogen dapat berubah dari waktu ke waktu. Perubahan itu bisa terjadi karena hibridisasi, heterokariosis dan paraseksualisme. Pada bakteri dikenal adanya konjugasi, transfusi, dan transduksi. Di samping itu perubahan keganasan virulensi dapat terjadi karena mutasi dan adaptasi sitoplasmik.

    Itulah sebabnya mengapa suatu jenis patogen yang sama, dan yang memiliki bentuk serta cara perkembangbiakan yang sama, tetapi yang berasal dari berbagai daerah atau berbagai jenis pohon, dapat berlainan keganasannya. Demikian pula suatu galur tertentu patogen yang semula memiliki suatu taraf keganasan tertentu sesudah beberapa waktu dapat berubah memiliki taraf keganasan yang lain atau terpecah menjadi beberapa galur dengan berbagai taraf keganasan.

  • Keadaan Lingkungan
    Faktor lingkungan dapat dipisahkan antara yang biotik (hidup) dan yang abiotik (mati). Sebagai contoh untuk biotik adalah jasad-jasad renik yang ada di sekitar patogen. Pengaruh faktor lingkungan biotik yang jelas adalah pada patogen yang bertahan hidup dan berkembang di dalam tanah, yang biasanya menyerang akar. Jasad yang berkembang di sekitar patogen adalah yang secara langsung berpengaruh terhadap daya tahan hidup patogen dengan bertindak sebagai parasit, vektor, saingan dalam memperoleh makanan atau dengan melalui antibiosis. Unsur- unsur biotik yang lain dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap patogen. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara jasad renik di sekitar patogen. Interaksi dapat mengakibatkan berkembangnya atau turunnya populasi jasad renik yang menguntungkan atau merugikan patogen. Dengan demikian maka unsur-unsur biotik lingkungan dapat berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap perkembangan penyakit pada pohon.

    Kelompok faktor lingkungan yang lain adalah unsur-unsur abiotik (tidak hidup) seperti suhu, kadar air tanah, kelembaban udara, pH tanah dan bahan-bahan kimia di dalam tanah. Suatu faktor abiotik tertentu dapat menyebabkan pohon mengalami tekanan hingga penyakit yang ditimbulkan oleh patogen menjadi lebih berat dibandingkan dengan bila pohon hanya terserang oleh patogen.

    Faktor lingkungan fisik atau kimia dapat bekerja sendiri dan menyebabkan pohon menjadi sakit tanpa adanya serangan suatu patogen, dan dapat pula mempengaruhi perkembangan penyakit yang ditimbulkan oleh patogen.