Egoisme disekitar kita

Sebuah cerita yang kuangkat dari situasi genting saat ini. Saat virus corona menyebar ke seluruh penjuru dunia,tak terkecuali Indonesia. Disaat semua negera berbondong-bondong melockdown negaranya dan mengarantina warganya dirumah, hal ini sangat berbandng terbalik dengan situasi di Indonesia. Lockdown yang lambat dan sulitnya mengarahkan warga untuk tetap berada di rumah. Virus yang menyebar ini layaknya humor semata,banyak orang yang masih menyepelekan dan keluar ke pusat keramaian. Hal ini tentu saja mengganggu pemikiran saya,apalagi notabenya ayah dan ibu saya seorang perawat kesehatan yang membantu penanganan virus ini.
Banyak hal yang dilakukan para petugas medis untuk menyadarkan masyarakat,seperti membuat video tentang simulasi keadaan di rumah sakit,bahkan sampai tagar yang sedang tranding #stayathomeforus. Namun nyatanya hal ini hanya mampu mengurangi setidaknya 1.8% kegiatan masyarakat di luar ruangan.
Andai kita bisa berfikir lebih cepat,maka saya yakin penyebaran virus ini tidak akan mencadi separah ini. Faktanya masyarakat Indonesia yang susah diaturlah yang menjadi factor utama cepatnya proses penyebaran. Namun sekali lagi masyarakat merasa bodo amat dan semakin menyalahkan pemerintah atas penyebaran virus ini.
Tak hanya itu,di Indonesia kurangnya sosialisasi tentang virus ini juga membuat banyak warga yang mengalami gejala awal merasa takut untuk segera ke rumah sakit memeriksakan dirinya. Secara garis besar pemerintah telah melakukan hal terbaik,hanya saja hal itu tidak disadari banyak orang.

Seperti online school,yang digalakkan lebih dari satu bulan ini,entu saja sangat efektif untuk memutus rantai virus. Namun ada banyak pro dan kontra, diantaranya ada yang setuju dan sangat mendukung, namun tak sedikit yang mengeluh karna banyaknya tugas yang diberikan. Hal ini membuat banyak pejabat angkat bicara untuk membantu meringankan beban para pelajar. Tidak hanya pemerintah, banyak perusahaan swasta yang berperan besar mendukung hal ini, seperti contoh Indosaat yang saat ini memberikan paket data gratis sebesar 30Gb untuk dapat mengakses pelajaran online. Ada juga Ruang Guru yang menyediakan kelas online secara gratis selama masa karantina ini
Sebenarnya sudah ada banyak pihak yang membantu melancarkan proses pemutusan rantai virus. Dan pemerintah sudah mengerahkan semua usaha terbaiknya, Sekarang tinggal kita yang menentukan mau dibawa kemana nasib Virus ini di Indonesia. Egoisme yang membuat penyebaran virus ini semakin merata ke seluruh penjuru nusantara.
Selain itu ada hal yang cukup memprihatinkan, yaitu kurangnya apd(alat pelindung diri) banyak tenaga kesehatan yang memakai jas hujan seharga 5000 rupiah sebagai pengganti apd. Disini banyak negara yang berpartisipasi membantu menyalurkan apd. Seperti halnya negara china yang membantu dengan memberikan 15,000 alat apd, ada hal yang cukup memalukan disini,karan ternyata apd yang dikirmkan bertuliskan “made in Indonesia” tentu hal ini sangat membuat malu negara Indonesia.

Hal yang membuat resah selain kurangnya apd adalah karna banyaknya korban yang meninggal. Menurut banyak pakar kematian ini banyak terjadi karna imun tubuh berkurang sehingga perlindungan tubuh berkurang. Selain itu ada hal yang membuat resah yaitu kosongnya stok masker dan hand senitizer, hal ini disebabkan banyaknya warga yang mulai memborong,banyak juga oknum tak bertanggung jawab yang menjual barang tersebut dengan harga yang mahal.
Jadi seharusnya kita tidak panik dengan situasi saat ini, hal yang perlu kita lakukan adalah tetap berada dirumah, menjaga kesehatan,dan rutin berolahraga.  

karya: Shafa Ayuning Bakoro

						Malang,08-April-2020
1 Like