Ego Kemasan Coklat

(EGOISME DI SEKITAR KITA : EGO KEMASAN COKLAT):kisspng-debate-group-discussion-5b162eb77d9de5-removebg-preview

Lonceng sekolah berbunyi, menandakan pelajaran akan segera dimulai. Hari ini akan di adakan kerja kelompok di kelas 11 Mipa 1, yang akan membahas rancangan suatu kemasan produk coklat. Pembagian Kelompok pun dilakukan secara acak oleh Pak Eman. Dimas, Sandra, Bayu, dan Astrid menjadi satu kelompok setelah pembagian acak dilkukan. Dalam keseharian di sekolah, Bayu dan Astrid tidak pernah akur. Mereka selalu saja bertengkar, sampai masalah sepele pun mereka tengkarkan.
Bayu dan Astrid tidak ingin di jadikan satu kelompok. “Haduhhh…Kenapa harus sama lu sih, bosan banget gua liat muka lu” ujar Bayu dengan muka kesal. “Sok ganteng banget sih lu jadi orang, sapa juga yang mau sekelompok dengan lu…” ujarAstrid sambil memalingkan mukanya. Suasana di kelompok mereka serasa tidak nyaman. “Sudah-sudah…,sekarang kita satu kelompok.Kalian jangan bertengkar terus , fokus di tugas yang di berikan Pak Eman” ujar Sandra menenangkan mereka berdua.
“Kita buat kemasan dari bahan apa ya yang bagus?Tapi bahannya mudah di dapatkan” tanya Sandra. Mereka saling memikirkan ide yang akan di gunakan. Saat sedang memikirkan ide, Bayu dan Astrid tetap saling cuek-cuekan. “Kalian ini kenapa sih?Sudah kayak orang pacaran yang lagi tengkar” ujar Dimas sambil melihat Bayu dan Astrid yang saling cuek. “Diam lu…,nggak sudi gua pacaran sama dia. Sudah sok kecakepan… dekil pula, haduh nggak deh!” ujar Astrid sambil menatap Bayu dengan muka jijik. “Lu kira gua suka samalu?mimpi lu” ujar Bayu sambil ketawa menghina. Dimas dan Sandra hanya bisa geleng-geleng kepala meliat tingkah mereka yang seperti anak-anak.
Mereka lanjut memikirkan ide buat rancangan kelompok mereka. Bayu pun mendapatkan ide buat rancangan kemasan produk coklat. “Gimana kalau kita mengemas coklat itu dengan plastik, terus di masukin di kotak biar lebih menarik?” ujar Bayu. “Bagus juga tu, jadi coklatnya lebih aman” ujar Dimas. “ Wahh…, benar juga tu. Pasti bagus ntar jadinya” ujar Sandra yang setuju dengan rancangan tersebut. Astrid merasa kesal karena rancangan Bayu di terima Dimas dan Sandra.
Astrid memikirkan ide lain agar ide dari Bayu tidak di pakai dalam tugas ini. “Jangan-jangan, sudah banyak yang pakai kemasan seperti itu. Gimana kalau kita buat dengan bentuk kecil, supaya pembeli lebih muda memakannya. Setelah itu kita kemas dalam stand up pouch kraft window + zipper” ujar Astrid menyaingi ide Bayu. “ Bagus tu, jadi lebih unik nantinya”ujar Sandra. “Iya dong, namanya juga ide gua nggak kayak idenya itu…” ujar Astrid sambil melirik ke Bayu.
Lagi-lagi mereka bertengkar karena masalah ide. “ Maksud lu apa? Lu pikir ide gua jelek?iya?” ujar Bayu sambil melihat Astrid. “Menurut lu…?” ujar Astrid sambil tersenyum. “Nggak-nggak, ide gua yang akan di rancang di tugas ini” ujar Bayu dengan kesalnya. “Lu kira ide lu tu bagus,haa? Idemu tu jelek kayak lu” ujar Astrid sambil menatap Bayu. Dimas dan Sandra semakin pusing melihat tingkah mereka yang dari tadi nggak ada hentinya. “Sudah-sudah, kalian jangan egois! Kita satu kelompok, nggak perlu sampai bertengkar kayak giu” ujar Dimas dengan muka kesal meliat tingkah mereka. “Iya, kalian bisa nggak sih kalau nggak bertengkar sebentar aja?” ujar Sandra menatap ke arah Astrid dan Bayu.
Bayu dan Astrid hanya terdiam. “Sekarang kita fokus! Jangan bertengkar lagi, kita ini satu kelompok” ujar Sandra. “Oke…gua minta maaf, semua gara-gara tu” ujar Bayu sambil melirik Astrid. “ Lah…kok gue sih?” ujar Astrid. “Sudah…kalian berdua tu sama aja, sama-sama egois nggak mau ngalah” ujar Dimas kepada mereka . “Sekarang kalian maafan deh, dari pada tengkar mulu! Nggak enak tau diliat” ujar Sandra. “Iya, aku minta maaf karna ego ku ini” ujar Bayu sambil melihat Astrid. “Iya, aku juga minta maaf. Seharusnya gue juga nggak egois, karna ini kelompok” ujar Astrid. Mereka akhirnya saling menyadari ke egoisan mereka masing-masing. “Cieeee…,hahaha” ujar Sandra sambil ketawa. “Apaansih lu San?” ujar Astrid tersipu malu. “Sudah…, sekarang kita fokus lagi ya…” ujar Dimas dengan bahagianya. Akhirnya mereka melanjutkan diskusi kelompok mereka dan tidak bertengkar kembali.