Drg Dewi Pratiwi Putri : Perjuangan “Melawan” Dukun Diganjar Tenaga Kesehatan Teladan

image

Tentu saja, cara pengobatan dokter gigi dan dukun berbeda. Bahkan bertentangan.
“Dukun ini mengatakan kepada orang tersebut bila ingin sembuh jangan kena air. Jika kena air nanti hantunya (yang membuat bengkak) marah sehingga tak kunjung reda bengkaknya. Padahal menurut saya selain mengonsumsi obat, kondisi seperti ini baiknya dikompres dengan air hangat,” kata dokter Puput.

Setelah beberapa hari mengikuti saran Puput, bengkak di pipi pria ini mereda. Tak lama kemudian sembuh. Mulai muncullah kepercayaan satu pasien terhadapnya. “Bahkan tak lama, dia dan istrinya datang ke saya untuk minta dibersihakan karang gigi,” cerita Pipit.

Kepercayaan masyarakat yang begitu kuat kepada dukun, tak serta merta langsung ditentang oleh Puput. Ia menyadari butuh waktu secara perlahan-lahan untuk mengubah pola pikir masyarakat di area ini.

“Saya tidak boleh menolak dukun, yang saya dilakukan adalah perlahan-lahan masyarakat didekati. Saya mengatakan boleh pakai dukun, tapi tetap pengobatan dari saya,” kata wanita berjilbab ini.

Berbagai cara Puput lakukan agar mempercayai kemampuannya sebagai tenaga medis. Seperti aktif dalam kegiatan masyarakat seperti pengajian, berkumpul dengan ibu-ibu, para guru juga ia rangkul.

Misalnya saat ibu-ibu berkumpul ia akan menyelipkan informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Lalu jika terjadi sesuatu alangkah baiknya dibawa ke dokter gigi.

“Pelan-pelan saya masukkan tuh, bahwa menjaga kesehatan gigi dan mulut itu perlu,” katanya.
Puput pun tak mau diam duduk di Puskemas saja. Ia aktif ke enam desa yang masuk dalam cakupan Puskesmas Mendahara.

Kontur wilayah yang rawa-rawa, membuat Puput harus menggunakan speed boat atau nampak saat memberikan penyuluhan. Belum lagi harus memperhatikan kondisi pasang surut air.

Selain memberikan penyuluhan pada orang dewasa, Puput pun aktif memberikan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut di sekolah-sekolah. Penyuluhan yang diberikannya dengan bermain dan bernyanyi sehingga tidak seperti digurui.