Diwarnai Pro dan Kontra, Haruskah Tengkulak Dihilangkan Dari Rantai Distribusi?

Salah satu permasalah utama petani di pedesaan adalah panjangnya mata rantai pengolahan dan distribusi. Kita mengetahui bahwa masih banyak petani khususnya petani kecil yang tidak dapat menjual hasil pertaniannya langsung kepada konsumen, tetapi melalui tengkulak terlebih dahulu, dimana harga yang dijual kepada tengkulak lebih rendah jika dibanding dengan harga yang dijual langsung kepada konsumen. Tentu hal ini menyebabkan gap yang cukup besar antara pendapatan petani dengan pendapatan tengkulak.

Tengkulak merupakan pihak yang membeli hasil panen dari petani baik berupa sayur maupun palawija. Kehadiran tengkulak di rantai distribusi pertanian pedesaan cukup menimbulkan pro dan kontra. Pihak pendukung menyetujui bahwa keterlibatan tengkulak memberikan peran besar dalam sistem pertanian sebab tengkulak bukan hanya sebagai pembeli, tetapi tengkulak juga memiliki peran penting sebagai penyedia modal bagi petani. Selain itu, jika tengkulak dihapuskan atau dihilangkan dari rantai distribusi, maka hal ini bertentangan dengan nilai/norma, dimana menghilangkan tengkulak sama halnya menghilangkan rezeki orang lain. 

Namun di sisi lain, peran-peran tengkulak yang beragam ini menyebabkan petani memiliki ketergantungan. Ketergantungan tersebut ditimbulkan oleh adanya hubungan sosial yang bersifat solidaritas dan bersimbiosis sehingga petani tidak dapat keluar dari ikatan tersebut. Diperkuat dengan hasil studi oleh Hasanuddin (2009) tentang “Akar Penyebab Kemiskinan Petani di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung” menjelaskan bahwa petani dapat jatuh miskin karena keterikatan dengan tengkulak. Akibat dari ketergantungan ini diantaranya hubungan bersifat lama dan langgeng, petani memiliki. sikap menggantungkan diri, menerima harga rendah, dan mudah dieksploitasi oleh tengkulak sebab tengkulak memberikan pinjaman kepada para petani dengan perjanjian setelah panen baru dilunasi dengan keuntungan mencapai dua hingga tiga kali lipat dari modal pinjaman.

Berdasarkan dua argumen di lapang tersebut, tentunya menimbulkan dilematis tersendiri bagi kita akan kehadiran para tengkulak ditengah-tengah rantai distribusi pertanian. Argumen pihak pro dan kontra pun sama-sama kuat. Tapi, jika dilihat dari sisi positif dan negatifnya, menurut Youdics, haruskah tengkulak dihilangkan dari rantai distribusi? Kita diskusi di kolom komentar, yuk!

Data Pendukung:

Hasanuddin, Tubagus. 2009. Akar Penyebab Kemiskinan Petani Hortikultura di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Bandar Lampung: Jurnal Agrikultura. Vol. 20, No. 3, pp : 164-170

Defan Agmu (Student Exchange Wageningen University & Research 2021 sekaligus Runner Up Putra Pendidikan Jawa Timur 2021), memberikan tanggapannya terkait hal ini. Menurut Defan, kehadiran tengkulak di rantai distribusi memang sudah seharusnya dihilangkan, meskipun kehadiran tengkulak memberikan dampak positif namun hal ini diikuti dengan dampak negatif yang lebih banyak daripada keuntungan yang diperoleh. Ia menambahkan, bahwa kehadiran tengkulak ini cenderung memberikan dampak yang negatif kepada petani kita. Sebenarnya kehadiran tengkulak ini dapat diganti atau diatasi dengan kerjasama yang baik dari berbagai pihak, mulai dari petani hingga pemerintah. Pemerintah dapat memberikan bantuan modal kepada para petani melalui koperasi, mendirikan kelompok tani di pedesaan sekaligus melakukan pendampingan, dan juga membuat regulasi secara tertulis dan berdasarkan hukum terkait harga dan distribusi utamanya. Selain itu, dari sisi petani diharapkan para petani mampu meningkatkan pengetahuan dan keahlian di bidang produksi hingga pemasaran produk. Hal ini akan menjadikan petani lebih mandiri. Dengan kerjasama dari semua stakeholder akan mampu mewujudkan kesejahteraan bagi petani di Indonesia, dan tentunya akan memutus “toxic relationship” hubungan ketergantungan petani terhadap tengkulak.