Dibalik amarah nenekku

            DIBALIK AMARAH NENEKKU
    Oleh:UBBAI_KRW (Ubaidillah Bin Bahri) 

 Malam yang dingin,hujan masih saja menjatuhkan butiran-butiran kecilnya.Ditengah keramaian suara air hujan yang turun. Aku mengendap-endap menuju dapur yang gelap, kuambil segelas air minum untuk menghilangkan rasa dahaaku. Disaat aku mengambilnya,gelas itu sangat licin, airnya tumpah berceceran di lantai.

"Lah,kenapa gelas airnya dipecahkan!!"Tanya nenekku.
"Ya, nek tadi ihsan tidak sengaja memecahkan gelas itu,gelas itu sangat licin saat ihsan mengambilnya."Jawabku dengan penuh gemeteran.
Wajah nenekku nampak bersemu merah,marah. Melihat kejadian itu, histeris bagiku. Badanku menggigil ketakutan, nenekku masih saja mengomeliku. Aku membersihkan bekas-bekas pecahan beling. Aku hanya diam, rasa takut menyelimutiku.
Pagi hari yang cerah, dedaunan berserakan di depan halaman rumahku, nampak kehitaman di terap angin beraroma bekas air hujan semalam. Aku duduk termerenung di depan rumahku,mengapa dengan semua ini, aku tak mengerti dengan nenekku, hampir sepuluh tahun ia masih saja mengomeliku disetiap aku melakukan kesalahan. Aku tetap saja bersyukur dengan keberadaan nenekku di dunia ini. Karena dia sudah bersusah payah membesarkanku, kedua orangtuaku sudah meningalkanku semenjak kecil. Disaat kegelapan malam,ayah dan ibuku sedang menulusuri arah jalan pulang, dengan rasa kantuk yang tinggi,ayahku menabrak pohon besar. Diatas kejadian itu mereka meniggalkanku seorang diri bersama nenekku.
Hari demi hari kulalui, musim hujan masih saja belum berhenti, musim hujan masih saja menurunkan rintik-rintik kecilnya, yang perlahan semakin membesar, hujan deras tiba. Aku branjak menutup jendela dan pintu,lalu merintang penat raga ini di atas kasur.
“Uhuk,uhuk,uhuk.”
Kudapatkan nenekku terbaring diatas sofa. Badan nenekku sangat panas, segera kuambilkan obat paracetamol yang masih tersisa di lemari dan memberikannya pada nenek.
“Ini nek…obatnya di minum”. Pintaku pada nenek,
Nenek meraih obat itu dan segera meminumnya . Setelah minum obat ,nenekku kembali tidur.
Perjungan nenekku untuk membesarkan aku di dunia ini, tidak bisa terbalas oleh langit dengan seisiya. Ia seperti ibu asliku,dia merawat an mendidiku. Aku mulai menyadari sesuatu yang selama ini tidak pernah aku hiraukan . Ternyata amarah nenek semuanya bermakna. Memang dia sering mengomeliku , tapi itu semua mengajarkanku supaya aku menjadi laki-laki yang tiak cupu, supaya aku mempunyai keinginan untuk maju. Terima kasih nenek, perjanganmu sangat berarti bagi saya.