Come to your senses!

rokok

Pagi ini terasa begitu sejuk, matahari terbit dari ufuk timur dengan begitu indahnya. Burung-burung berkicauan dengan suaranya yang khas. Jarang sekali aku menikmati kota ini dengan suasana yang begitu sejuk. Aku harap kota ini akan terus begini selamanya, batinku.

Setiap pagi, aku harus pergi ke kantor. Aku harus berhadapan dengan jalan yang macet, hingga suara klakson yang seringkali membuat telingaku terasa sakit. Apalagi aku harus menggunakan angkutan umum untuk sampai ke kantor. Aku harus berdesak-desakan bahkan berebut kursi. Jika tidak seperti ini, aku tidak tahu lagi. Mungkin setiap harinya aku akan telat. Beruntungnya, hari ini aku dapat duduk dengan nyaman dikursi panjang angkutan ini, selama perjalanan seringkali aku memperhatikan sekitarku. Aku melihat seorang pria paruh baya yang duduk di pojok sedang asyiknya menghisap batang nikotin yang mematikan itu. Aku tidak habis pikir dengan orang-orang seperti itu, udah tahu lagi desak-desakan, kenapa dia begitu asyiknya menghisap sebatang rokoknya?, Batinku. Aku yang sudah muak terhadap kejadian ini, langsung saja menghampirinya.

“Maaf pak, apa bapak tidak tahu jika bapak merokok pada kendaraan umum Dapat membahayakan orang lain?” tanyaku. Seketika semua orang memperhatikanku.

“Kamu ini siapa? Apa hak kamu melarang saya, ” tanyanya yang semakin membuatku kesal.

“Tentu saja ada hak saya disini untuk melarang bapak, karena saya disini juga sebagai penumpang, ” jawabku. Tiba-tiba ada petugas yang menghampiri kami.

“Maaf, ada keributan apa ini, ” tanya petugas itu.

“Saya mohon kepada petugas disini, agar lebih ketat lagi dalam memperhatikan kenyamanan penumpang. Tolong Bapak ini diberitahu apa bahanya merokok dikendaraan umum seperti ini, apalagi situasinya sedang ramai, ” jelasku.

Aku memang sangat sensitif dengan hal-hal seperti ini, itu semua dimulai sejak aku pernah merasakan bagaimana sakitnya menjadi perokok pasif Bahkan dulu aku memiliki teman laki-laki yang sudah sangat kecanduan dengan rokok, setiap ia merokok pasti aku selalu memarahinya.

“DIMAS!!!” lo masih aja ngerokok ya, udah sering gua bilangin. Lo harus stop ngerokok!“ seruku.

Nadia, ini hidup gua. Lo gaperlu khawatirin gua. Lo liat sekarang gua baik-baik aja kan? Padahal udah lama gua ngerokok, ” Jawabnya yang semakin membuatku kesal.

“Bukan gitu, Dim. Apa salahnya gua khawatirin lo? Lo kan sahabat gua! Gua nggak mau sahabat gua sakit gara-gara benda nggak berguna itu!” Lanjutku. Tetap aja Dimas tidak menghiraukan ucapanku, ia malah asiknya menghisap sebatang rokoknya.

“Dimas bener-bener lo ya, lo mau bikin gua sesak nafas disini? terus gua mati gitu. ” Gerutuku pada Dimas. Tidak biasanya aku marah sampai seperti ini kepada Dimas.

Dimas masih aja tidak mengacuhkan, ia hanya mengangkat sebelah alisnya seolah-olah merasa apatis terhadap kegoisannya.

“Lo mau sampai kapan terus-terusan ngerokok seperti ini?“ tanyaku lagi, kali ini aku bertanya dengan hati-hati kepadanya.

“Nadia, udahlah. Lo gausah ngurusin hidup gua terus!” bantahnya. Entah aku harus menggunakan cara apalagi untuk menasehatinya, Dimas sudah benar-benar kecanduan dengan barang nikotin yang mematikan itu.

Tiba- tiba saja dadaku terasa sesak, nafasku terengah-engah seakan-akan aku habis berlari cepat tanpa henti, setelah itu aku terlelap.

“Gua dimana?” tanyaku, saat aku baru sadarkan diri.

“Di rumah sakit, Nad. Lo tadi pingsan, “ jawab Dimas. Saat itu hanya ada Dimas disebelahku, mungkin orangtuaku belum sampai di rumah sakit.

“Nad, maafin gua ya… Dokter bilang, lo terlalu lama menghisap rokok dan Dokter bilang kalau lo itu udah menjadi perokok pasif. Gua baru tahu perokok pasif itu lebih berbahaya dari perokok aktif. ” Dimas menunduk malu.

Aku hanya tersenyum melihat Dimas sudah sadar akan keegoisannya selama ini.

“Itulah kenapa gua selalu marah saat gua ngeliat lo ngerokok, ” jelasku.
“Lo ga perlu merasa bersalah seperti itu, Dim. Yang terpenting sekarang lo udah sadar akan semua kesalahan dan keegoisan lo. ” Bibirku tersenyum tipis. Dimas hanya membalas senyum tipisku.

Jadi itu lah alasanku, kenapa aku menjadi sensitif terhadap barang nikotin yang mematikan itu, aku tidak mau ada korban lagi yang merasakan sama apa yang kurasakan dahulu. Aku tidak mau orang-orang yang seharusnya menghirup udara bersih, justru asap rokok yang mereka hirup.

Aku sangat berharap masyarakat secepatnya sadar, bahwa merokok itu bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi dapat membahayakan orang-orang di sekitar. Buanglah semua keegoisan kalian, kalian masih bisa merokok di tempat-tempat khusus yang sudah disediakan, jangan merokok ditempat umum. Itu semua dapat merusak udara yang seharusnya segar justru menjadi udara yang dapat berbahaya bagi masyarakat.

#LombaCeritaMini #2.0 #dictiocommunity #EgoismediSekitarKita #CeritaDiRumahAja #DiRumahAja