"Child Free" : Why?


Bagi sebagian orang anak merupakan anugerah yang indah dalam sebuah bahtera rumah tangga, bahkan beberapa orang rela merogoh kocek hingga puluhan juta untuk mendapatkan seorang anak. Namun, dewasa ini banyak dari pasangan milenial yang memutuskan untuk bahagia tanpa kehadiran seorang anak salah satunya influencer Gita Savitri.

Menurut Youdics kenapa banyak pasangan milenial yang akhirnya memilih untuk child free?

Mungkin ada beberapa orang atau pasangan di luar sana yang berfikiran bahwa dalam hubungan suami istri, kebahagiaan tidak selalu harus datang dari pihak ke-3 (anak). Kebahagiaan dapat diciptakan dan diperoleh hanya dari dua belah pihak, yaitu suami dan istri. Apalagi melihat keadaan dunia yang semakin tua dan semakin buruk keadaannya, mereka mungkin berfikir jika mereka punya anak, mereka akan takut jika nantinya malah menyusahkan atau membebankan sang anak. Atau ada alasan lainnya yang membuat suatu pasangan suami-istri memilih dan memutuskan untuk childfree yaitu karena masalah financial rumah tangga, belum siap menjadi orang tua atau secara emosional belum stabil, luka masa kecil yang dapat menjadikan seseorang trauma sehingga takut tidak bisa menjadi orang tua yang baik untuk anaknya, jumlah penduduk di bumi sudah banyak, agar lebih leluasa dalam menjalani karier, dan sebagainya.

Referensi

https://www.beautynesia.id/berita-wedding/bukan-egois-ini-alasan-kenapa-pasangan-memilih-untuk-childfree/b-232216c

Child-free bukanlah merupakan fenomena baru. Di masa lalu, child-free sering kali disebabkan oleh kemiskinan, penyakit, ketidaksuburan, gizi buruk, dan tingkat perkawinan rendah yang disebabkan oleh perang. Tren saat ini yaitu child-free melibatkan wanita sehat, berpendidikan, aktif secara seksual, dan sering berpasangan dalam masyarakat Barat yang makmur, mungkin merupakan varian baru dari tema tersebut. Menurut data CDC, pada tahun 2015, 7,4 persen wanita berusia 15-44 tahun secara sukarela memilih child-free (Psychology Today, 2019).

Motif untuk memilih child-free bervariasi. Tetapi dalam kebanyakan kasus, melibatkan interaksi antara kekuatan makro-sosial—seperti ketersediaan alat kontrasepsi, penurunan angka perkawinan, dan peningkatan partisipasi angkatan kerja perempuan—dan pertimbangan tingkat mikro, termasuk keinginan untuk mendapatkan kesempatan yang lebih besar, kebebasan pribadi, pemenuhan diri sendiri, dan mobilitas (Psychology Today, 2019).

Sumber

Psychology Today. (2019, December 29). Why So Many Are Satisfied Being Childless by Choice | Psychology Today . Why So Many Are Satisfied Being Childless by Choice | Psychology Today