Bintang Akan Selalu Menemanimu

Melihat bintang yang menghiasi langit malam adalah impianku. Saat aku kecil aku sering sekali melihat langit malam bersama ayah, tapi sekarang tidak pernah kulakukan lagi. Bukan karna tidak bisa tapi aku takut, aku tidak mau keluar dari kamarku.

Dulu saat aku kecil keluargaku sangat harmonis, aku sangat mencintai keluargaku. Kini saat kuberusia 15 tahun aku sangat membencinya, berada disekitar mereka rasanya seperti neraka. Ayah ibuku sering sekali bertengkar, aku tidak tahu apa yang mereka ributkan aku tidak mengerti. Pernah suatu hari aku bertanya kepada ibu “Kenapa kalian bertengkar?” Ibu bilang “Rani ini urusan orang dewasa kau tidak perlu tahu.”

Dari tahun ketahun keadaan rumah semakin kacau, akhirnya ayah dan ibuku bercerai. Aku sangat kesal, hanya aku yang tidak mengerti apa-apa, Sejak bercerai dengan ayah, ibu juga sudah tidak peduli denganku dia hanya sibuk dengan pekerjaannya, aku seperti terbuang sendirian. Tidak seperti anak lain yang bernasib sama sepertiku yang melampiaskan kekecewaannya dengan bermain, nongkrong, merokok dan melakukan hal negative lainnya. Aku melampiaskannya dengan cara mengurung diriku dikamar sendirian, menghabiskan waktuku didalam kamar. Waktuku untuk keluar kamar hanya pada saat aku bersekolah, setelah pulang sekolah aku langsung masuk menuju kamarku dan menutup pintu seharian.

Aku melakukan itu karna ayahku pernah bilang padaku ‘Rani apapun yang terjadi, kamu harus tetap menjadi anak baik. Jangan pernah melakukan hal negative seperti itu’ aku sudah berjanji kepada ayahku, maka aku akan menepati janji itu. Tapi tetap saja sangat sulit melakukannya dalam keadaan yang seperti ini, ingin sekali memberontak tapi aku terus menahannya.

Ada satu hal yang aku sangat rindukan, kurindu dengan pemandangan langit malam, langit yang gelap dan luas dihiasi oleh bintang-bintang kecil yang bersinar terang. Aku sangat menyukainya. Sejak kecil ayah sering mengajak keluar rumah dan melihat bintang-bintang sampai aku tertidur dipundak ayah. Aku rindu momen itu, ingin kumerasakannya sekali lagi. Tapi sepertinya mustahil, dengan melihat bintang aku mengingat semua kenangan buruk pertengkaran ayah ibu. Jadi aku tidak pernah mengingat bintang lagi sejak saat itu.

Suatu hari dari dalam kamar aku mendengar ibu baru pulang dari kantor, tapi ibu tidak sendirian dia membawa seorang laki-laki bersamanya aku tidak mengenalnya. Ibu memanggilku untuk menemuinya, dan ibu tiba-tiba bilang “ini om Rendy, dia akan menjadi calon ayahmu” aku sangat terkejut mendengarnya, ini sangat menyakitkan “Hai Rani ini ada hadiah buat mu, kau tumbuh dengan cantik ya seperti ibumu” itulah kata-kata sok manis yang dikeluarkan om Rendy kepadaku. Aku hanya terdiam dan menatap om Rendy dengan tatapan tajam,

“Kau bukan ayahku” itulah yang kukatakan pertama kali kepadanya

“RANI!!” ibu membentakku,

“APA!! DIA BUKAN AYAHKU BU, AYAHKU HANYA SATU, ORANG YANG KAU TINGGALKAN DEMI LAKI LAKI INI. KENAPA IBU BERCERAI DENGAN AYAH? KENAPA IBU MENELANTARKANKU? IBU TIDAK PERNAH PEDULI PADAKU AKU BENCI IBU AKU BENCI SEMUANYA!!!” aku meluapkan semua kemarahanku yang kupendam selama ini,

aku berbicara tanpa berfikir. Lalu “PLAKK!!” ibu menamparku. Rasa panas akibat tamparan yang keras, dan rasa sakit dihati kini menyatu “Ibu tahu selama ini aku diam, tapi aku yang paling tersakiti” kata terakhir yang kuucapkan sebelum aku pergi memasuki kamar dan mengunci pintu.

Aku menangis didalam kamarku yang gelap sambil menyentuh pipiku yang masih terasa panas. Disaat seperti ini hanya ayah yang kuingat, akhirnya aku mencoba untuk menelpon ayahku, telpon berdering cukup lama, setelah menunggu beberapa saat ayah mengangkatnya

“Rani”

suara lembut dan hangat yang sangat kukenal terdengar dari balik telpon, aku sangat merindukan suara ini. Aku tak kuasa menahan tangis, tangisanku semakin kuat setelah mendengar suara ayah. Seperti mengerti apa yang kurasakan sekarang ayahku berkata “Rani tak apa jika kau ingin menangis, menangislah sampai kau merasa tenang. Ayah tau kau anak yang kuat tapi ayah juga tahu kamu selama ini menanggung beban yang sangat berat dipunggungmu. Maafkan ayah karna pergi meninggalkanmu, Berbuat baiklah kepada ibumu, walau ibumu tidak selalu ada untuk mu, Rani percayalah dia sangat menyayangimu, dia bekerja banting tulang untuk menafkahimu, mungkin sekarang kau sangat membenci ibumu tapi semua yang dilakukannya untuk kebahagiaanmu, ikutilah kemauannya karna itu yang terbaik buatmu, dia pasti punya alasan sendiri kenapa dia melakukan itu. Ayah akan disini untuk mendengarkan ceritamu, dan bintang akan selalu menemanimu saat kau kesepian. ayah akan menutup telponnya. Ayah menyayangimu Rani.” Ayah menutup telponnya dan tangisanku semakin menjadi. Akhirnya aku tertidur dengan keadaan mata sembab.

Pagi harinya aku terbangun karna mendengar ketukan pintu, ternyata yang mengetuk itu ibuku “Rani sudah bangun, boleh ibu masuk?” aku terdiam mendengar suara ibu, aku bingung apakah harus kubuka pintunya atau kubiarkan saja, lalu aku teringat kata ayah semalam dan akhirnya kubukakan pintu untuknya. Ibu masuk dengan membawa sarapan untukku, setelah menaruh nampan ibu duduk disebelahku “Maafkan ibu ran… ibu sangat egois tidak memikirkan perasaanmu. Mari kita memulai semuanya dari awal sekali lagi, kamu mau memaafkan ibu?” aku melihat ibu menatapku dengan sangat hangat, kali ini aku mencoba untuk mempercayainya “Iya ibu aku akan memaafkan ibu” ibu menggenggam kedua tanganku dan berkata “terimakasih ran, terimakasih sudah memberikan ibu kesempatan sekali lagi. Ibu akan membatalkan pernikahan ibu dengan om Rendy kalau kamu tidak menyukainya” lalu aku bilang “tidak ibu tidak perlu melakukan hal itu, ibu bisa menikahi om Rendy kalau itu memang untuk kebaikan kita. Tidak perlu cemaskan aku. aku menyetujuinya” Ibu sangat senang mendengarku berkata seperti itu, lalu ibu memelukku dengan erat dan berkali-kali mengucapkan terimakasih kepadaku.

“Ibu bolehkan aku meminta satu hal darimu?” Tanyaku “ya Rani, apa itu?” Jawab ibu “aku ingin melihat bintang bersamamu”. Tentu saja ibu tidak menolak permintaanku. Malam hari tiba aku dan ibu pergi kehalaman rumah untuk melihat bintang, semua bintang yang ada dilangit malam ini sangat cantik, masih sama seperti terakhir kali aku melihat bintang bersama ayahku saat aku masih kecil. Langit malam yang luas dan hitam ditaburi dengan bintang yang berkelap kelip, seperti melihat lukisan. Aku menikmatinya sambil berbincang dengan ibu. Sungguh momen yang tidak bisa terlupakan, akhirnya aku dapat membuka hatiku untuk ibu dan om Rendy. Kini aku sudah berhubungan baik dengan mereka, aku harap akan seperti ini selamanya.

Karya : Ajeng Diva Kusuma Wardani