Berdamailah dengan Jiwa dan Raga

Kudapati seseorang yang sedang merenung, meratapi, bahkan mengutuk dirinya sendiri. Terdengar suara isakkan tangis yang menderu-deru bagaikan gemuruh bertempur dengan petir. Emosi, rasa kesal, patah semangat bahkan semuanya di rasa sudah tak berguna. Otak dan hati pun kian sudah tidak bisa berjalan beriringan. Tidak sinkron. Bahkan ia sampai takut untuk bergerak dan melakukan aktivitas, karena hati dan otak sudah tidak sejalan dan ia takut ketika ia bergerak sedikit akan mengacaukan segalanya. Bingung, marah, membenci dirinya sendiri. Itulah yang hanya bisa dilakukannya saat itu. Ia merasa hidup seorang diri, tidak ada orang yang perduli. Bahkan ia merasa tidak satupun bertanya akan keadaannya saat itu. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan saat itu. Ketakutan akan diri sendiri semakin menjadi-jadi. Kepercayaan dirinya bahkan lama-kelamaan luntur. Hatinya merasa tidak damai dengan dirinya sendiri. Merasa tidak mempunyai kenyamanan dengan dirinya sendiri. Akan tetapi hebatnya dia, dia tidak pernah membenci sang pencipta akan keadaannya sekarang. Ia cukup mengutuk dirinya sendiri dan ia tidak ada keberanian mengutuk Allah dengan keadaannya saat ini.

Kita hanyalah manusia biasa, yang tidak lepas dari salah maupun khilaf. Ada kalanya kita melakukan akhlak yang tercela, yang di benci Allah. Bahkan diri kita seperti di kuasai oleh setan. Bahkan saat melakukan perbuatan tersebut kita seperti lupa akan dosa. Lupa dengan murka Allah. Iya! Di saat itulah kita benar-benar sedang dikendalikan dengan setan. Bahkan hati yang suci berusaha berkata “wahai manusia, ingatlah kepada Allah. Sadarlah bahwa yang kamu lakukan membuat murka Allah”, tetapi entah kenapa setan sangat pintar untuk membisikan di telinga manusia dengan segala bujuk rayunya, sehingga kita tidak menghiraukan apa kata hati.

Ketika kita sedang berada di jeratan setan, mungkin kita merasakan bahagia saat itu. Tetapi percayalah bahwa tidak akan kita mendapatkan kenyamanan di hati dan di diri kita sendiri ketika kita tidak melibatkan Allah dalam suatu urusan. Pada suatu saat nanti, Allah cemburu dengan kita, karena kita tidak mengingatNya, maka Allah akan mencabut kebahagiaan yang membuat kita menutup hati kita yang tanpa sadar membuat kita sengsara. Bukan karena Allah membenci kita, tetapi dengan kehilangan justru akan membuat kita sadar bahwa selama ini kebahagiaan itu bukan datang dari Allah. Sampai akhirnya kita sadar bahwa apa yang kita lakukan membuat diri kita sengsara. Dengan cara itulah Allah mengembalikan jati diri kita yang dulu,yang memiliki akhlak yang baik, akan tetapi hadirlah sesuatu yang membuat kita terlena dan merusak jati diri kita dengan perbuatan yang berasal dari bujuk rayu setan.

Janganlah terpuruk akan suatu keadaan, ingat dengan firman Allah yang berbunyi

“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita.” (Q.S. Thoha:20).

Percayalah ketika kita mau bangkit Allah akan selalu membantu kita, Allah akan selalu membersamai kita, dan Allah dengan senang hati menerima permintaan maaf dari kita. Sesungguhnya Allah selalu menerima taubat hambaNya walaupun dosanya sebesar lautan dan seisinya. Jangan jadikan masa lalu sebagai tolak ukur hidup kita, karena jika kita melakukan itu, kita akan selamanya menjadi manusia yang merugi. Bangkit dan mengubah diri menjadi lebih baik adalah jalan yang sangat tepat. Allah sayang kepada kita, maka dari itu Allah memberikan ujian dengan tujuan untuk merubah kita menjadi pribadi yang lebih baik. Percayalah semua Allah ciptakan pasti memiliki kegunaan. Begitupun dengan suatu masalah yang Allah hadirkan di hidup kita. Hanya saja kita mampu untuk memetik sebuah hikmah di dalamnya atau malah meratapi nasib yang semakin lama membuat jiwa menjadi tidak sehat.

Jangan menganggap bahwa ketika Allah memberikan suatu masalah kepada kita, kita merasa Allah itu tidak adil. Allah itu adil dan sudah merencanakan semua itu. Allah masih memberikan sedikit iman di dalam diri kita yang mampu membuatnya bangkit. Iman yang masih di dapat di dalam hati seseorang mampu merobohkan semua hal yang tidak di kehendaki oleh sang pencipta.

Iya, segala sesuatu yang timbul atas bentuk yang tidak baik, seperti membenci diri sendiri, patah semangat, itu datangnya dari setan. Maka, Allah tidak rela ketika seorang hambaNya larut di kuasai oleh makhluk keji itu. Setetes demi tetes, Allah akan berbisik kepada hati melalui iman yang kita miliki, agar Allah kembali membukakkan pintu hati kita untuk kembali mengingatNya. Bukan hal yang sulit bagi Allah untuk membolak-balikkan hati hambaNya. Sebagaimana hadist yang di riwayatkan oleh Tirmidzi dan Hakim

“Wahai dzat yang maha membolak balikkan hati, teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu.”

Ketika kita selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta, percayalah ketika kita memiliki hati yang keras, maka hati yang keras akan menjadi lembut atas kehendakNya. Iman di diri kitalah yang menggerakkan kita untuk selalu berhubungan baik dengan Allah sebagai Tuhannya.

Iman juga tidak bisa berdiri sendiri. Iman di dasari dengan aqidah. Akan tetapi antara iman dan aqidah itu berbeda. Dimana iman adalah sesuatu hal yang harus di yakini. Sedangkan aqidah adalah ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Bisa kita katakan bahwa aqidah adalah keimanan yang sesuai kenyataan, tidak menerima keraguan ataupun prasangka bagi orang yang meyakininya. Dengan aqidah kita akan bisa kembali meraih kepercayaan diri. Kita mampu memutuskan suatu perkara tanpa keraguan, karena dengan keyakinan kita percaya ada hal baik yang menyertai kita.

Iman dan aqidah akan membuahkan sesuatu yang baik jika diiringi dengan akhlak. Sangat erat hubungannya antara aqidah dan akhlak, karena aqidah merupakan landasan dan dasar pijakan untuk semua perbuatan, sedangkan akhlak adalah segenap perbuatan baik dari diri seseorang, baik dalam hubungan dengan Allah sebagai Tuhannya, dengan sesama manusia maupun dengan alam lingkungan hidupnya. Dengan aqidah yang sudah tertanam dengan baik akan menunjukkan syariat yang lebih baik, sebagai hasilnya kita akan berperilaku lebih baik. Dengan aqidah kita dapat mempercantik akhlak diri kita sendiri. Aqidah dan akhlak adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat di pisahkan, sama halnya dengan jiwa dan raga. Dengan landasan yang benar kita mampu mewujudkan perangai yang baik pula.

Satu kalimat yang ingin aku katakan, “Kamu tidak hancur, kamu sedang dibentuk. Iya! Bersabarlah untuk saat ini, Allah sedang merencanakan kebahagiaanmu.” Ketika kita ditinggalkan oleh orang-orang atas perbuatanmu, maka Allah dengan sendirinya akan mengurusmu. Biarlah Allah dan diri kita sendiri yang tahu tentang ketulusan dan kesungguhan taubat kita. Percaya atau tidak, ketika kita bertekad menjadi orang yang lebih baik,maka Allah akan mendatangkan orang-orang biak didalam hidup kita untuk menemani dalam setiap langkah.

Akhlak itu di bentuk dari diri kita sendiri, ketika kita ingin memiliki akhlak yang mulia, cobalah mulailah perubahan dan jangan meratapai masa lalu. Akhlak itu melekat pada jiwa seseorang. Ketika kita hanya fokus kepada perbuatan di masa lalu maka jangan salahkan, lama kelamaan jiwapun akan gila. Maka dari itulah mulai pergerakan dan perubahan untuk mempunyai akhlak yang mulia agar jiwa kita selalu mendapat ketenangan atas kehendakNya.

2 Likes