"Berbudi Agami, berwawasan Resolusi"an Resolusi

Di era globalisasi dan modernisasi dengan perkembangan teknologi yang pesat, pertumbuhan pendapatan perkapita, tingginya indeks angka harapan hidup, taraf kesejahtraan sosial yang membaik, adalah realita yang nyata tak ada unsur setting belaka.

Hal tersebut adalah seperempat dari hasil perkembangan kemajuan teknologi yang berdampak positif. Namun, setengah dari hasil tersebut menjadikan lemah dan lunturnya karakter generasi bangsa. Mengapa, demikian? Globalisasi dan modernisasi yang cenderung bersifat universal. Tak ada batasan ruang dan waktu dan kurangnya kesadaran dalam memfilter pengaruh budaya yang masuk.

Pengaruh yang bersifat negatif berimbas pada karakter, budi pekerti, akhlak atau tabiat dari generasi yang cenderung dapat merugikan diri generasi bahkan ke generasi yang akan mendatang.

Makadarinya, bangsa indonesia memerlukan generasi yang berkarakter.
Pemuda berkarakter yang dimaksud adalah yang bermartabat (“bermanfaat bagi bangsa dan umat)”.

Bagi orang yang mempercayai dan memahami pada agama, yaitu ajaran islam, ketauhidan Allah SWT akan menyatakan bahwa untuk mencetak dan membangun bangsa harus diimbangi dengan pembenahan karakter atau akhlak dari generasi ke generasi. Tepatnya berakhlak mulia (mahmudah).

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling baik akhlaknya”. (HR. Ahmad Tirmidzi no 1162)

Berakhlak mulia, berbudi agami, ialah berprilaku dengan baik sesuai ajaran islam, berakhlak qur 'ani, istilah tersebut sudah tak asing lagi di degar oleh kita yang mempercayai akan pentingnya memiliki akhlak mulia. Agama islam telah memiliki figur akhlak yang sempurna. Beliau adalah baginda nabi Muhammad SAW. Sebagaimana terukir cantik dalam mozaik al qur’an.

“Sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah SAW itu, suri tauladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah”. (Q. S Al-ahjab [33]: 21)

Dari qalam qodim tersebut bahwa Allah telah menegaskan kepada hambanya untuk senantiasa memiliki akhlak mulia. Hikmah akhlak mulia tersebut adalah dapat mewujudkan ketentraman hati dan jiwa. Kita renungi bahwa orang islam meyakini sepenuh hati bahsanya"seseorang yang menyandang status 'SUKSES ’ jika dipresentasikan 25 % ikhtiar atau usaha, dan sisanya adalah hakikat dari Allah SWT, orang tua, dan guru.

Kesuksesan yang diraih tersebut membuktikan bahwa kekuatan terbesar adalah ridha Allah SWT, orang tua, dan guru. Untuk mendapat ridha Allah SWT diperlukan dengan beriman dan bertakwa. Sama halnya untuk mendapat ridha orang tua dan guru dengan bertakwa dengan pengaplikasian slalu berbakti, mematuhi perintahnya, serta menanamkan kebaikan(akhlak mulia).

Namun, tidak menutup kemungkinan ‘setiap’ orang ‘sukses’ memiliki akhlak mulia. Karena pada nyatanya tanpa akhlak mulia mereka yang kuat menindas yang lemah ,mereka yang kaya menindas yang miskin, mereka yang pintar mengakali yang bodoh, penguasa yang tak berakhlak mulia berbuat semena-mena. Padahal, dengan kelebihan tersebut dijadikan untuk melindungi mereka yang lemah, miskin, dan bodoh, menolong sesama demi tegaknya keadilan, ketentraman dan mewujudkan kesejahtraan.

Berakhlak mulia atau berbudi agami juga dapat diartikan untuk senantiasa mensucikan jiwa dan raga dari penyakit dzahiriah dan bathiniah. Penyakit bathiniah (akhlak tercela) yang amat bahaya sulit mengobatinya. Seperti halnya suudzon, hasad, ujub, riya, takabur, sum’ah yang mana akan mendatangkan rasa gelisah dan ketidaknyamanan terhadap diri pribadinya.

Dari persoalan tersebut dapat diambil natizah dan kesimpulan bahwa untuk membangun bangsa, salah satu kuncinya dengan menjadikan penerus generasi berbudi Agami, berwawasan Resolusi pengaplikasian melalui taawun dan toleransi.

"Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah tolong menolong kamu dari berbuat dosa dan pelanggaran ". (QS. Al-maidah[5]:2)

Tolong menolong yang dimaksud adalah yang disertai ikhlas karena Allah SWT dan tentu tidak pandang hulu. Baik yang setara atau sebaya,baik yang kaya atau jelata, baik sebangsa, seagama, maupun non seagama. Agar terciptanya bangsa yang aman dan sentosa, negara yang menyandang status “Baldatun toyyibatun warobbun gofur”.

Aamin…

Sumber unggahan foto