Berapa jumlah penari dalam tari jemparingan?

Penari adalah seorang seniman yang kedudukannya dalam seni pertunjukan tari sebagai penyaji. Kehadiran penari dalam sebuah pertunjukan tari merupakan bagian pokok yaitu sebagai sumber ekspresi jiwa dan sekaligus bertindak sebagai penyampai isi (Maryono, 2015).

Tari Jemparingan merupakan tari berpasangan dengan jumlah penari dua orang. Tari Jemparingan biasanya ditarikan oleh penari berjenis kelamin laki-laki, dikarenakan kebutuhan ungkap kualitas gagah yang ditunjukkan dengan pola-pola geraknya sehingga memberikan kesan maskulin dalam terapannya. Dalam tari Jemparingan pemilihan postur tubuh kedua penari harus sama atau seimbang karena konsep sajiannya yang berpasangan. Tidak ada syarat khusus dalam menarikan tari Jemparingan, karena tidak diperuntukkan sebagai ritual yang mengharuskan syarat tertentu untuk menarikannya.

Penari tradisi khususnya tari tradisi Surakarta harus paham dan dapat membawakan konsep beksa yang disebut Hasthasawanda, meliputi: pacak, pancat, lulut, luwes, ulat, wiled, gendhing, dan irama, yang masing-masing memiliki aturan dan karakteristik tari yang dibawakan (Sunarno, 2007). Pacak, pancat, dan luwes dapat dikategorikan sebagai wiraga (tekhnik), yang berkaitan dengan ketubuhan seorang penari. Gendhing dan irama merupakan kategori wirama (irama), yang berkaitan dengan kepekaan terhadap musik tari. Ulat, wiled, lulud merupakan kategori wirasa, yang berkaitan dengan penyampaian rasa. Penyampaian rasa yang dimaksud merupakan konsep dan makna tarian yang dikomunikasikan kepada penonton atau penghayat melalui sebuah tarian. Penari yang baik adalah yang dapat menyampaikan atau berkomunikasi tentang esensi yang terkandung dalam sebuah pertunjukan tari (Didik B.W., 2016).