Benarkah Wanita berpakaian Minim Tidak Mendapatkan Kekerasan Seksual?


Topik diatas selalu menuai pro dan Kontra. Di salah satu lokasi yaitu Shoes Art Installation mengungkapkan fakta yang mencengangkan. dimana pameran yang di gelar adalah pakaian korban kekerasan seksual. bisa kita lihat seksama, bahwa kebanyakan korban menggunakan paaian yang tertutup walaupun tidak tertutup semuanya.
Di Centre Communautaire Maritime di Brussels, Belgia juga diselenggarakan pameran pakaian korban pemerkosaan. sama dengan lokasi pameran sebelumnya, pakaian yang dipertunjukkan adalah pakaian sehari-hari yang tertutup hingga bercadar yang menjadi korban pemerkosaan.
Perempuan yang sudah menggunakan pakaian dengan menutup diri agar terhindar dari pandangan liar pria pun turut menjadi korban yang paling banyak.

Menurut Youdics, siapakah yang salah? apakah ini sebuah keistimewaan dari wanita yang menggunakan pakaian minim?

menurut aku pakaian itu bukan menjadi penyebab seseorang mengalami pelecehan, hal tersebut murni karena niat pelaku. Berdasarkan laporan survei nasional di ruang publik, pakaian yang dikenakan korban pelecehan yakni 18% rok dan celana panjang, 17% hijab, 16% baju lengan panjang, 14% baju sekolah dan celana panjang. Justru pakaian yang kita pakai sehari-hari lah yang rawan mendapatkan tindakan pelecehan. Untuk pernyataan sebuah keistimewaan dari wanita yang berpakaian minim juga saya tidak setuju karena pakaian sehari-hari saja mendapatkan tindakan pelecehan apalagi pakaian minim, justru itu malah mengundang niat pelaku untuk bertindak lebih.

Summary

Survei nasional ruang publik

1 Like

menurut ku kejadian ini melibatkan banyak pihak yang salah. pertama pelaku, tentu saja mereka bersalah karena tindakan yang dilakukan merupakan tindakan merugikan dan mendapatkan hukuman pidana. apakah pelaku tidak berfikir panjang? ia tentunya memiliki seorang ibu, bagaimana jika ibunya mendapatkan perlakukan yang sama? pasti tidak terima. tentu saja pelaku tidak menggunakan akal dan pikirannya dengan baik dan benar. kedua, korban. walaupun wanita yang menjadi korban merupakan wanita berpakaian tertutup, menurutku kita harus menjaga pergaulan kita untuk menjauhi pelaku. walaupun menurut penelitian bahwa kita berpapasan dengan pembunuh itu 16 kali dalam hidup. kita perlu menjaga pergaulaun kita, dengan siapa kita bermain, belajar, tinggal dan kegiatan lainnya jika itu kegiatan yang melibatkan pria maka libatkan juga teman perempuan di circle itu jika memungkinakan bertemanlah dengan pria sekedarnya saja. karena kita tidak tau apa yang dipikirkan mereka terhadap kita wanita. menurut penelitian juga otak pria bereaksi secara aktif pada bagian visual sehingga lebih mudah terangsang saat melihat lawan jenis. mereka menggunakan mata untuk mengamati daya tarik seksual yang dimiliki wanita. tentu saja berbeda dengan wanita. maka dari itu perlu untuk kita menjaga pergaulan. pergi kemana-mana diusahakan jagan sendiri dan juga jangan pulang kerumah larut malam untuk mencegah tindak kejahatan. jika menunggu seseorang, maka tunggulah ditempat yang ramai hindari tempat yang sepi.
menurutku mereka melakukan tindak kekerasan seksual terhadap wanita berpakaian tertutup atas dasar penasaran. ibaratnya permen tidak berbungkus yang jatuh ketanah pasti tidak kita ambil karna sudah ternodai. jika permen tersebut masih dalam keaadan berbungkus dan jatuh ketanah, pasti kita ambil karena masih tertutup dan bersih.

1 Like

Menurutku, wanita bercadar ataupun berpakaian minim sama-sama berpeluang untuk mendapatkan kekerasan seksual. Yang paling banyak bersalah yakni dari segi pelakunya. Kita tahu bahwa sekarang ini perkembangan media sosial, media informasi dan media komunikasi sangat pesat. Setiap orang dapat mengakses media tersebut kapanpun dan dimanapun. Pelaku kekerasan seksual ini bisa jadi mereka yang awalnya terpengaruh pada tontonan bebas yang beredar. Pelaku kekerasan seksual mencari tau kelemahan wanita sampai pelaku kekerasan seksual ini melakukan tindakan ancaman. Kasus kekerasan seksual sangat miris terjadi. Mengenai cara berpakaian akan lebih baik berpakaian sopan dan tidak mengundang perhatian sebagai upaya preventif dari wanita.

Terkait keistimewaan dari wanita yang menggunakan pakaian minim tidak mendapatkan kekerasan seksual, menurutku belum tepat. Semua wanita berpeluang mendapatkan kekerasan seksual. Hal ini tergantung atmosfer lingkungannya juga. Apabila atmosfer lingkungannya baik maka kasus kekerasan seksual akan dapat diminimalisir.

1 Like

Sebuah survey dari perusahaan D-CYFOR yang dilakukan di United Kingdom menemukan 55% laki-laki percaya bahwa semakin terbuka pakaian seorang wanita, maka semakin besar kemungkinan dia dilecehkan sementara 41% wanita juga menganggap demikinan. Hal itu hanyalah asumsi dari hasil survey.

Berkebalikan dari hasil survey itu, pameran di Brussels, Eropa dan Bangkok, Thailand menunjukkan pakaian yang digunakan oleh korban pemerkosaan sebagian besar menggunakan pakaian sehari-hari yang tertutup bahkan ada juga pakaian anak kecil.

Dublin Rape Crisis Centre, yang menyediakan pelayanan hotline 24-jam untuk orang-orang yang mengalami pelecehan seksual, mengatakan budaya victim-blaming sudah sangat mengakar dimasyarakat. Rape Crisis, mendeskripsikan pemerkosaan lebih pada tindakan kekerasan dan kontrol, bukan karena korban dianggap menarik. Dr Hannah Bows, dari Centre for Research into Violence and Abuse di Universitas Durham, menambahkan bahwa berbagai penelitian menunjukkan adanya kesalahpahaman mendasar pada kasus pemerkosaan. Hal itu bukannya disebabkan karena kebutuhan biologis, namun lebih pada kekerasan dan kontrol pada wanita maka dari itu kebanyakan kekerasan seksual terjadi dirumah oleh orang yang dikenal, bukannya karena pakaian yang dipakai. Pernyataan itu juga didukung oleh seorang jurnalis the Independent, Sufiya Ahmed dengan pernyataan yang sama. Pelaku merasa layak untuk melakukan hal itu. Federal Commission dalam Crime of Violence melaporkan bahwa kebanyakan pemerkosa bahkan tidak ingat apa yang korbannya pakai pada saat mereka melakukan aksinya. Mereka juga menemukan bahwa “tindakan mengundang” yang dilakukan oleh korban hanya 4,4 % dilaporkan terjadi saat pemerkosaan.

Dari data-data diatas bisa bisa disimpulkan bahwa sebenernya pakaian entah terbuka maupun tertutup nggak mempengaruhi bagaimana seseorang menjadi korban pemerkosaan karena tindakan pelecehan itu seharusnya tida berfokus pada korban, tapi kepada pelaku yang melakukannya.

Sumber
1 Like

Para peneliti menemukan fakta yang mematahkan mitos tentang jenis pakaian korban dan waktu terjadinya pelecehan seksual. Kejadian pelecehan seksual justru banyak terjadi di siang hari (35%), diikuti dengan sore hari (25%), malam hari (21%), dan pagi hari (17%). Selain itu, jenis pakaian yang digunakan korban juga beragam, seperti rok dan celana panjang (18%), baju lengan panjang (16%), seragam sekolah (14%), hijab (17%), dan baju longgar (14%).

Kekerasan seksual bukanlah kasus yang asing lagi. Wanita hingga pria, tua hingga anakanak, memakai baju terbuka ataupun tertutup, semuanya tetap berpotensi menjadi korban kekerasan seksual. Kekerasan seksual adalah setiap tindakan, baik berupa ucapan ataupun perbuatan yang dilakukan seseorang untuk menguasai atau memanipulasi orang lain serta membuatnya terlibat dalam aktifitas seksual yang tidak dikehendaki.

Berbicara tentang bagaimana seharusnya pakaian wanita agar tidak dilecehkan, survei
membuktikan bahwa kekerasan seksual dapat terjadi pada siapapun dengan penampilan seperti apapun. Tidaklah peduli apakah ia berpakaian rok mini, kemeja, celana jeans, atau bahkan rok panjang, gamis, hingga hijab panjang. Di sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun sudah berbicara tentang pentingnya kepedulian laki-laki dalam masalah ini. “Kita hargai itu sebagai survei yang menggambarkan secara netral. Rupanya, pelaku tidak peduli pakaian apa yang dikenakan korban,”

1 Like