Benarkah Produk dengan Stok Terbatas Lebih Diminati Konsumen?

Daco_5010072

Melihat-lihat dan memilih produk merupakan kegiatan yang sudah sangat umum dilakukan oleh hampir semua orang saat ini. Kegiatan berbelanja tersebut dapat dilakukan secara fisik dengan datang langsung ke toko atau secara virtual melalui e- commerce. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah tentunya untuk mencari produk yang kita inginkan atau butuhkan.

Saat kita sedang melihat barang di toko offline maupun online , tidak jarang kita membaca keterangan bahwa stok atau ketersediaan produk tersebut tinggal sedikit lagi atau bahkan hampir habis. Tidak sedikit juga penjual yang menuliskan keterangan bahwa produk tersebut memang bersifat limited edition atau hanya tersedia dalam edisi terbatas. Tentunya kejadian seperti ini menjadi salah satu strategi pemasaran mereka meskipun dapat dibilang unik. Dan uniknya lagi, tidak jarang juga kita menemui kasus konsumen yang berebut produk limited edition hingga kita berpikir mengapa si penjual tidak memproduksi dengan jumlah yang banyak saja.

Nah, menurut Youdics benarkah produk dengan stok terbatas itu lebih diminati konsumen? Atau itu merupakan trik psikologis marketing saja yang sebenarnya hanya ilusi? Yuk bagikan pendapat kalian!

Sumber Gambar

https://www.vhv.rs/viewpic/hwhhxix_limited-edition-badge-png-limited-edition-logo-png/

1 Like

Kalo menurutku benar lebih diminati, karena ya ketika konsumen mendengar produk limited edition (LE), yang terbayang tentu barang-barang eksklusif yang terbatas jumlah ataupun pemiliknya, serta memberikan gambaran kualitas terbaik, sederhananya, bisa jadi kebanggan tersendiri lah bagi si pemakai, sepatu Compass misalnya :laughing:

Sebenarnya, bila dikaji lebih jauh, implementasi konsep LE setidaknya bisa memiliki fungsi sebagai media berpromosi. Pelabelan LE diharapkan bisa menimbulkan sensasi tertentu dan menarik konsumen. Konsumen diharapkan segera memburunya karena produknya terbatas, selanjutnya mereka bisa mengonsumsi atau mengoleksinya. Jadi, harapannya, ada peningkatan angka penjualan. Konsep LE lebih bisa dikatakan sebagai marketing gimmick sih, atau promotion gimmick aja dan bukan strategi pemasaran tapi, hanya taktik pemasaran yang bisa diambil produsen ketika melihat kenyataan produknya di lapangan agar menarik perhatian konsumen

1 Like

Dalam dunia bisnis, limited edition atau stok terbatas kerap kali dijadikan strategi untuk meningkatkan branding . Lavikka (2007) dalam Diarta, et al., (2016) menjelaskan bahwa Branding dapat dimanfaatkan untuk menciptakan image sebuah brand dari sebuah produk dalam benak konsumen sehingga diharapkan konsumen akan mengonsumsi atau memberli produk tersebut. Sedangkan produk limited edition memiliki arti bahwa produk atau barang tersebut hanya dibuat dalam jumlah tertentu dan apabila sudah habis, maka produk tersebut tidak akan diproduksi lagi. Produk limited edition ini diproduksi untuk menciptakan rasa kelangkaan pada konsumen sehingga strategi ini cukup menarik minat konsumen untuk memandang suatu barang sebagai produk eksklusif yang wajib dibeli.

Setuju dengan pendapat kak @dinarizki, produk dengan stok terbatas ini lebih diminati terlebih lagi untuk para kolektor karena konsumen akan melihat produk tersebut sebagai sesuatu yang rare dan eksklusif sehingga mereka merasa wajib membelinya yang mana strategi tersebut bisa saja dapat meningkatkan penjualan perusahaan.

Sumber

Diarta, I., Lestari, P., & Dewi, I. (2016). Strategi Branding dalam Promosi Penjualan Produk Pertanian Olahan PT. Hatten Bali untuk Pasar Pariwisata Indonesia. JURNAL MANAJEMEN AGRIBISNIS (Journal Of Agribusiness Management) , 4 (2), 170–187.

2 Likes

Mendengar kata limited edition, kita langsung terbayang akan suatu barang yang diproduksi dan dijual secara eksklusif dan terbatas jumlahnya serta dapat menjadi gambaran kualitas terbaik dari sekian banyak produk produk yang sudah dikeluarkan. Saat ini, produk berlabel limited edition sudah semakin beragam, diantaranya mobil, barang barang collectable, bahkan sudah menjamah ke ranah fast moving consumer goods seperti smartphone, baju, jaket, sepatu, tas, dll. Banyak sekali bentuk limited edition seperti edisi ulang tahun perusahaan, edisi ulang tahun suatu tipe mobil, kolaborasi dengan artis dan penyanyi, kolaborasi dengan fashion ternama, kolaborasi dengan tokoh kartun dll. Sebagai contoh, ada Vespa x Sean Wotherspoon, ada Samsung S7 Edge “The Dark Knight”, ada Toyota Kijang Innova 50th anniversary edition, dll. Menjawab pertanyaan tersebut, menurut saya, jelas. Kenapa demikian? Produk yang dibuat oleh sebuah produsen secara limited memiliki “kesan”nya sendiri. Bayangkan, kita memiliki produk yang sama namun lebih eksklusif karena dijual secara terbatas. Produk ptoduk limited edition sejatinya juga bisa dijadikan sebagai collector’s item yang tentunya bisa memberikan “cuan” andai kita berniat menjualnya dikemudian hari.

Tidak selalu benar bahwa produk dengan stok terbatas lebih diminati konsumen. Beberapa faktor dapat memengaruhi preferensi konsumen, dan keberadaan stok terbatas hanyalah salah satu dari banyak elemen yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian.

Pertama, terdapat fenomena psikologis yang disebut sebagai “efek kelangkaan.” Konsep ini menyiratkan bahwa manusia cenderung menghargai dan menginginkan sesuatu yang sulit didapatkan atau terbatas. Dalam konteks bisnis, produk dengan stok terbatas dapat menciptakan persepsi bahwa barang tersebut memiliki nilai lebih tinggi atau eksklusivitas yang dapat menarik konsumen.

Namun, penting untuk diingat bahwa ini tidak selalu berlaku untuk setiap jenis produk atau segmen pasar. Efek kelangkaan mungkin lebih kuat pada produk-produk eksklusif atau premium daripada pada barang konsumen sehari-hari. Sebagai contoh, tas tangan desainer dengan produksi terbatas mungkin lebih rentan terhadap efek ini dibandingkan dengan produk-produk sehari-hari seperti sabun atau sampo.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah kebijakan pemasaran dan branding. Beberapa merek menggunakan strategi stok terbatas sebagai bagian dari kampanye pemasaran mereka untuk menciptakan antusiasme dan keinginan konsumen. Dalam kasus ini, stok terbatas dapat menjadi alat efektif untuk menarik perhatian dan menciptakan kegembiraan di antara konsumen.

Namun, ada risiko yang terkait dengan pendekatan ini. Jika stok terbatas digunakan terlalu sering atau tidak dielola dengan baik, dapat muncul kekecewaan di kalangan konsumen. Jika konsumen terus-menerus mengalami kesulitan mendapatkan produk yang mereka inginkan, hal ini dapat merugikan reputasi merek dan mengurangi kepercayaan pelanggan.

Dalam beberapa kasus, pembatasan stok mungkin juga disebabkan oleh faktor-faktor produksi atau persediaan yang tidak dapat dihindari. Misalnya, produk-produk musiman atau yang melibatkan bahan-bahan langka mungkin memiliki stok terbatas karena keterbatasan sumber daya.

Penting untuk diingat bahwa preferensi konsumen dapat bervariasi berdasarkan sektor industri, jenis produk, dan karakteristik target pasar. Produk dengan stok terbatas mungkin menjadi strategi yang efektif dalam konteks tertentu, tetapi tidak selalu berlaku universal.

Selain itu, perilaku konsumen juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti harga, kualitas produk, keberlanjutan, dan pelayanan pelanggan. Sebuah produk dengan stok terbatas yang dihargai oleh konsumen juga harus memenuhi harapan mereka terkait dengan aspek-aspek ini.

Dalam rangka mencapai keberhasilan, penting bagi bisnis untuk memahami dengan baik pasar mereka, mengidentifikasi elemen-elemen yang paling penting bagi konsumen, dan mengintegrasikan strategi stok terbatas ke dalam strategi pemasaran dan penjualan secara keseluruhan.

Sebagai kesimpulan, sementara efek kelangkaan dapat menjadi faktor yang memengaruhi preferensi konsumen terhadap produk dengan stok terbatas, hal ini tidak selalu berlaku secara universal. Strategi ini perlu diterapkan dengan bijaksana, dengan mempertimbangkan karakteristik pasar, merek, dan kebutuhan konsumen agar dapat mencapai hasil yang diinginkan.