Benarkah orang kaya lebih mudah untuk bahagia?

image

Masih ingat nggak dengan keributan di twitter akibat statement kontroversial Nadin Amizah di podcast Om Deddy beberapa waktu yang lalu? Saya ingat sekali dengan potongan statement-nya yang menimbulkan kericuhan. Nadin bilang “saat kita miskin, rasa benci kita terhadap dunia itu sudah terlalu besar, sampai kita nggak punya waktu untuk baik ke orang lain”. Frasa rasa benci itu buat saya menggambarkan ketidakbahagiaan yang besar yang dialami orang msikin. Well, meskipun sangat banyak yang tidak setuju, saya lihat tidak sedikit juga netizen yang sependapat dengan Nadin. Dalam sebuah pembahasan di tongkrongan, saya ingat teman saya pernah bilang “uang nggak bikin bahagia, tapi bahagia butuh uang”. Saya jadi penasaran, benarkah orang kaya lebih mudah untuk bahagia? Bagaimana menurut Anda?

3 Likes

Aku juga sependapat dengan Nadin Amizah, orang miskin bisa jadi sulit merasa bahagia karena mungkin kesulitan memenuhi beberapa hal yang mendatangkan kebahagiaan. Karena, kebahagiaan yang katanya tidak bisa diukur menurut Muskinul Fuad dalam jurnalnya Psikologi Kebahagiaan Manusia, kebahagiaan itu dapat diidentifikasi secara objektif ke dalam beberapa hal. Di antaranya, terpenuhinya kebutuhan fisiologis (material), misalnya makan, minum, pakaian, kendaraan dan rumah. Orang yang merasa lapar dan haus cenderung lebih sulit merasa bahagia bukan?. belum lagi, sesekali orang yang kekurangan juga tidak bisa memenuhi kebutuhan emosional seperti adanya perasaan damai, tentram, nyaman dan aman. Karena bisa jadi, terbebani oleh pemikiran seperti khawatir tidak bisa membayar cicilan, gelisah atau bahkan depresi. Tapi tentunya gak semua orang miskin tidak bahagia, karena mungkin mereka mampu memuhi kebutuhan spiritual dan kebutuhan sosial yang juga menjadi komponen kebahagiaan.

2 Likes

Perlu disepakati apa definisi bahagia itu sendiri. Ada dua kata yang sering terjadi kerancuan, yaitu senang dan bahagia. Kalau mengacu di KBBI, senang bisa diartikan sebagai berbahagia, sedangkan bahagia bisa diartikan keadaan senang. Itulah mengapa terjadi kerancuan diantara keduanya, sehingga terjadi juga kerancuan apakah kaya identik dengan bahagia.

Saya bedakan dulu antara senang dan bahagia, walaupun definisi saya bisa salah. Tujuan pembedaannya biar lebih enak aja diskusinya.

Senang adalah kenikmatan yang dirasakan oleh panca indera, sedangkan bahagia adalah kenikmatan yang dirasakan oleh hati.

Kalau mengacu pada makna tersebut, senang selalu identik dengan kaya. Kesenangan panca indra selalu membutuhkan biaya untuk memenuhinya. Semakin besar kesenangan yang didapat, maka semakin besar biaya yang dibutuhkan.

Pilih naik mobil atau angkot, pasti memilih naik mobil, karena lebih enak. Naik mobil avanza atau mercy, pasti milih mercy, karena lebih nyaman. Pilihan-pilihan itu didasari oleh apa yang dirasakan oleh panca indra. Angkot identik dengan panas (desak-desakan), sedangkan mobil identik dengan dingin (AC). Avanza dengan mercy pasti jauh dari sisi kenyamanan, baik kursinya, audionya dsb. Begitu juga dengan makan, nginap di hotel, wisata ke luar negeri, pakaian dsb. Kesenangan-kesenangan itu sangat bergantung dengan materi.

Tetapi bahagia beda. Bahagia munculnya dari hati seseorang, yang terkadang tidak terlalu membutuhkan materi. Banyak orang-orang yang kurang beruntung dari sisi finansial, tetapi hidupnya lebih bahagia dibandingkan dengan yang lebih beruntung dari sisi finasial. Kunci kebahagiaan adalah rasa syukur. Mensyukuri yang dipunyai sekarang.

Ada kasus orang kaya tetapi bunuh diri. Apakah orang bahagia akan bunuh diri ? Ngga kan! Ada juga kasus orang kaya yang depresi, dimana depresi adalah gangguan kejiwaan.

Kalau dilihat dari kasus tersebut, jelas bahagia tidak identik dengan kekayaan. Oleh karena itu, orang yang paling bahagia adalah orang yang pandai bersyukur atau orang yang tidak banyak keinginan yang bersifat material. Contoh lainnya adalah anak-anak, betapa karena keinginan merka yang tidak terlalu tinggi, sehingga mereka jauh lebih mudah untuk bahagia. Coba lihat gambar dibawah, tidak semua orang kaya bisa tersenyum dan tertawa selepas ini.

senyum bahagia

Selain itu orang yang bahagia adalah orang yang sering membantu orang lain. Membantu disini tidak perlu harus dalam bentuk materi, tetapi bantuan-bantuan dalam bentuk immaterial juga bisa.

Sebagai contoh, berbagi ilmu yang bermanfaat-pun juga bisa membuat bahagia, karena ada kepuasan batin yang dirasakan ketika apa yang kita sampaikan bermanfaat buat orang lain. Itulah kenapa saya berusaha meluangkan waktu untuk menulis di dictio.

Bagi saya kebahgiaan itu murah, sedangkan kesenangan itu yang mahal. Disitulah letak keadilan Tuhan, bahwa kebahagiaan bukan hanya milik orang-orang kaya saja, tetapi seluruh makhluk-Nya bisa merasakan kebahagiaan.

3 Likes

Standar kebahagian tiap individu berbeda-beda, karena cara tiap manusia dalam mensyukuri hidup juga berbeda-beda. Hidup akan terasa bahagian ketika kita pandai bersyukur dan tidak terpaku melihat yang diatas kita. Ketika manusia dapat melihat kebawah dia akan bertambah nikmat syukurnya, ketika manusia melihat keatas ia akan bekerja keras untuk menjadi yang terbaik.

Jika ada pertanyaan apakah bahagia itu?
Sejatinya selama manusia hidup pasti mendambakan kebahagiaan, namun kebanyakan orang pada umumnya memandang bahagia hanya dari segi material saja. Namun material tidak menjamin kebahagiaan seutuhnya. Ada orang yang dia kaya raya dan memilki segalanya namun ia tidak menemukan ketenangan dan kebahagiaan batinnya. Jadi tidak selamanya bahagia bersumber dari material.

Aristoteles pada dua ribu tahun yang lalu ia telah mengemumakan teori kebahagiaan. Menurutnya kebahagiaan adalah tujuan akhir yang ingin dicapai setiap manusia dalam hidupnya. Nmaun kebahagiaan itu tidak mungkin dicapai dengan aktivitas-aktivitas instan seperti meraup uang banyak, mendengar musik, bercinta, atau meraih jabatan.

Jadi inti kebahagiaan menurut Aristoteles adalah “Manusia yang bahagia adalah dia yang sepanjang hidupnya dilalui dengan cara yang sesuai dengan nilai kebaikan”

1 Like