Benarkah Layanan Pesan Antar Menjatuhkan Pedagang Kecil?

Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, banyak aspek kehidupan kita yang mulai berubah. Salah satunya adalah interaksi jual beli. Masifnya perkembangan teknologi ini menyebabkan jual beli konvensional mulai sedikit demi sedikit ditinggalkan karena gaya hidup masyarakat yang menginginkan akses serba cepat. Oleh karena itu, banyak pedagang yang mulai memberlakukan sistem layanan pesan antar untuk lebih menarik konsumennya karena menawarkan fasilitas yang mudah dan praktis. Layanan pesan antar merupakan sebuah layanan yang diberikan oleh pihak penjual kepada calon pembeli atau pelanggannya agar dapat melakukan pemesanan dengan cara menghubungi nomer yang disediakan oleh pihak penjual, kemudian barang yang dipesan akan segera diproses dalam beberapa waktu dan dikirim ke alamat pembeli atau pelanggan dengan kesepakatan pembayaran di awal ataupun dibayar setelah barang dikirim.

Layanan pesan antar makanan (food delivery) menjadi salah satu service yang paling banyak digunakan, terutama saat pandemi 2 tahun kebelakang. Namun, sayangnya layanan ini tidak serta merta memerdekakan usaha-usaha kuliner, khususnya bagi para pedagang gerobak atau pedagang kaki lima yang sangat bergantung pada konsumen yang datang langsung ke tempat mereka. Dikutip dari Kumparan, salah satu pedangang martabak manis di Kota Malang mengaku sudah mendaftarkan produknya di GoFood atau GrabFood namun tetap kalah karena bersaing dengan industri atau restoran lain yang jauh lebih besar. Belum ditambah lagi dengan modal untuk iklan/promosi dan pemotongan tiap transaksi yang dianggap memberatkan bagi pedagang kecil.

Berdasarkan fenomena di atas, bagaimana menurutmu mengenai food delivery yang marak dilakukan sekarang ini? Benarkah layanan tersebut justru secara tidak langsung dianggap sebagai ancaman bagi pedagang kecil, seperti pedagang kaki lima atau pedagang keliling?

Referensi

Agustinus, M. & Latif, A. (2021). Layanan Pesan Antar Tak Serta Merta Membantu Pedagang Kecil saat PPKM. Diakses melalui https://kumparan.com/kumparanbisnis/layanan-pesan-antar-tak-serta-merta-membantu-pedagang-kecil-saat-ppkm-darurat-1w92Js1NNpk/3
Novianty, D. & Utami, L. S. (2020). Kalah Saing dengan Layanan Pesan Antar, Begini Curhatan Pedagang Keliling. Diakses melalui Kalah Saing dengan Layanan Pesan Antar, Begini Curhatan Pedagang Keliling

Menurut saya tidak mematikan usaha-usaha kecil, Kak. Malah membuat mereka seharusnya berpikir lebih maju dan memanfaatkan situasi ini. Bagaimana? Misalnya dengan menetap di suatu tempat dan mendaftarkan dagangannya di merchant-merchant online tersebut.

Selain itu, meskipun mereka tidak mengikuti arus dan tetap ingin berjualankeliling atau seperti biasanya, pasti tetap dicari oleh orang. Karena jujur saja, tidak semua orang pengguna ojek online secara aktif. Masih ada orang yang lebih memiliih makan di tempat atau secara tiba-tiba memanggil abang-abang jualan lewat.

Kalau makanan menurut saya semua bergantung pada rasa, Kak. Meskipun tidak menggunakan ojek online, tapi kalau makanan tersebut memang enak dan cocok dengan lidah masyarakat pasti akan tetap dicari. Begitu pula sebaliknya.

Tidak juga karena saya melihat masih banyak orang yang lebih memilih membeli langsung ketimbang menggunakan layanan pesan antar, alasannya adalah biaya ongkir yang lumayan mahal dan tambahan biaya lainnya. Selain itu di sebuah lingkungan pastinya banyak di jumpai pedagang maupun tempat makan yang dekat dengan harga yang terjangkau dan kualitas rasa yang tidak kalah enak. Layanan pesan antar menjadi pilihan ketika sedang sibuk dengan banyak pekerjaan sehingga tidak memiliki waktu untuk membeli diluar. Saya rasa hal itu juga sangat relate dengan korea selatan yang memiliki budaya kerja yang berbeda, orang disana harus serba cepat dan begitu sibuk sehingga layanan pesan antar disana sangat diminati oleh para pekerja disana.

Jadi di indonesia sendiri karena budaya kerjanya yang berbeda dan lebih santai sehingga banyak pekerja yang lebih memilih untuk membeli makan di tempat makan terdekat.

Kalau menurut saya layanan pesan antar sangat membantu bagi orang yang sibuk dan tidak bisa menyempatkan untuk membeli makanan. Memang betul orang jadi lebih prefer memesan daripada datang langsung, untuk pedagang kecil sekarang setau saya juga bisa mendaftar agar tokonya juga bisa pesan antar. Tapi masih banyak kok yang masih mau membeli makanan langsung ke tempat dan justru peluang ini harus bisa dimanfaatkan sedemikian rupa oleh para pedagang.

menurut saya tidak, karena saat ini banyak usaha-usaha kecil yang juga mendaftarkan dagangan mereka ke layanan pesan antar. meski tidak seramai toko besar namun layanan pesan antar untuk usaha kecil sudah cukup membantu dimasa pandemi seperti saat ini, atau saat kita sedang malas memasak kita bisa pesan mekanan yang kita suka lewat aplikasi layanan pesan antar membuat kita tidak perlu repot-repot pergi keluar untuk membelinya, tinggal pesan lewat aplikasi makanan yang kita pesan akan diantar sampai ke depan rumah kita

Menrutu saya tidak, justru itu malah membantu mereka sebab dagangannya dibantuin promosiin jadi para konsumen yang mau membeli tapi malas untuk datang ke tempat tinggal memesan dan diantarkan oleh kuris. Lagipula untuk mendaftarkan toko atau usahanya kelayanan ini gratis tinggal menaikkan harga dagangan sehingga tidak akan merugikan.

Betul sekali. Sebab layanan seperti itu dijamin sekarang ini sangat memudahkan untuk para konsumen untuk tetap diam dirumah tanpa keluar rumah, menunggu antrian untuk membeli sesuatu. Dan tidak bisa pungkiri juga jika pada saat sekarang ini yang serba digital segala sesuatu lebih dipermudah saja dengan satu genggaman.

Menurut saya, pada beberapa keadaan layanan pesan antar ini akan seolah menjatuhkan para pedagang. Selain pada pedagang kecil, pedangan yang baru mulai merintis usahanya akan sulit bersaing dengan industri yang sudah memiliki nama. Setahu saya juga, meskipun pendaftaran usaha ke layanan online ini gratis, namun pemotongan biaya tiap produknya dianggap terlalu memberatkan, apalagi bagi usaha-usaha kecil yang harga makanannya kecil.

Saya rasa pedagang-pedagang kecil ini dilema. Di satu sisi, meraka harus mengikuti perkembangan digitalisasi ini. Namun di sisi lain, cara mengatasi keuntungan yang tidak seberapa hingga harus menaikan harga produk, yang beresiko pada hilangnya konsumen. Beberapa pedagang tentunya terkenal dengan produk makanannya yang enak juga murah. Nah, ketika menaikan harga, tentu kecenderungan konsumen akan berkurang.