Benarkah Anak Sulung dan Anak bungsu Merupakan Pasangan Ideal?

081952300_1524132747-iStock-508921860
Setiap insan diciptakan oleh Tuhan berpasang-pasangan. Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-lakinya.
Menurut Primbon Jawa, pernikahan anak sulung dan anak bungsu merupakan pernikahan ideal karena memiliki karakter yang saling melengkapi. lalu juga dipercaya akan menjadi rumah tangga yang bahagia, karena anak sulung yang menalah dengan anak bungsu dan juga dipercaya mampu menyelesaikan masalah dengan baik karena karakter anak sulung yang memimpin.
jika itu dipercaya semua orang, lalu bagaimana dengan anak tengah? karena menurutku anak tengah memiliki karakter yang double. anak tengah menjadi kakak untuk sang adik yang harus mengalah, memberi perhatian dan lainnya, dan menjadi adik untuk anak sulung yang harus menghargai sang kakak, sabar menghadapi egoisnya kaka. Maka dari itu dia bisa menyesuaikan diri dengan menjadi seorang kaka atau pun adik.
Jika itu dipercayai semua orang bukankah kita menghalang jodoh dari Tuhan?

menurut Youdics, bagaimana pendapatmu akan kepercayaan sebagian orang tentang anak sulung dan anak bungsu merupakan pasangan ideal?

Setiap orang memiliki karakteristik dan kepribadian yang berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor contohnya seperti latar belakang, masa lalu, didikan orang tua, lingkungan sosial dan faktor-faktor lainnya yang membentuk kepribadian seseorang. Sehingga menurutku tidak bisa selalu dibenarkan bahwa anak pertama adalah anak yang paling dewasa dan dapat memimpin, kemudian anak bungsu adalah anak yang paling manja dan tidak bisa mandiri. karena faktanya yang aku lihat, banyak sebagian orang yang terlahir sebagai anak bungsu namun ia bisa lebih mandiri dibandingkan dengan kakaknya. Jadi, menurutku pasangan ideal itu tidak ditentukan dari anak ke berapa, namun lebih kepada faktor kepribadian mereka yang menjadikan mereka sebagai pasangan yang ideal.

Kalau boleh berpendapat ya, menurut saya pasangan ideal bukanlah dilihat dari silsilah dari masing-masing keluarganya, tapi pasangan yang ideal adalah pasangan yang saling menerima apa adanya dan bersedia untuk melewati sisa hidup mereka dengan suka dan duka bersama-sama. Memang sih kalau menurutku anak sulung seringkali dicap sebagai “ujung tombak” keluarga, karena mereka dituntut untuk bisa bekerja terlebih dahulu agar bisa membantu membiayai kebutuhan keluarganya, terutama adik-adiknya. Sedangkan untuk anak bungsu seringkali dicap sebagai anak manja yang kebutuhannya dapat terpenuhi oleh orang tua dan kakak-kakaknya. Namun, apabila anak sulung dan anak bungsu bisa menjadi pasangan, menurutku mereka akan bisa memiliki pengalaman dan sudut pandang berbeda yang didapatkan dari silsilah mereka.

Aku ga pernah pikir kalau hal ini benar. Menurutku, ideal atau ga-nya pasangan itu ya sesuai kenyamanan dan penerimaan masing-masing, ga selalu bisa sesuai dengan anggapan umum tentang karakter anak sulung dan bungsu (maksudku, ga semua anak sulung itu adalah pemimpin yg baik dan ga semua anak bungsu adalah orang yang maunya terus diperhatiin). Jadi yah ga bisa dipatokin cuma berdasarkan anak ke berapa dia di keluarganya.

Aku sih juga ga mempermasalahkan keyakinan orang, termasuk soal karakteristik pasangan idealnya. Tapi tetep aja, menurutku lebih baik kepercayaaan tentang hal-hal begitu jangan dijadikan patokan yang memang wajib. Artinya begini, jadikan suatu kriteria itu sebagai saran yang boleh diikuti/terapin, tapi kalau ternyata ketemunya dan punya perasaannya justru sama orang yang ga sesuai kriteria tadi, ya jangan langsung “aku ga bisa sama dia karena kami sama-sama anak bungsu.” Bisa jadi ya emang orang itu jodohmu, kenapa mesti menghindar?

Secara umum anak sulung lebih bertanggung jawab dan berprestasi. “Mereka bertanggung jawab serta mampu mengasuh dan merawat orang lain. Anak sulung juga cenderung keras kepada dirinya sendiri” katanya.

Michael Grose, ahli pola asuh dan penulis Why First Borns Rule the World dan Last Borns Want to Change It pun mengatakan, “Anak sulung cenderung suka mengatur dan perfeksionis.”
beberapa faktor yang mendukung bahwa anak sulung dan anak bungsu adalah pasangan ideal.

  • Saling Melengkapi
    Karakter anak sulung yang suka mengatur dipercaya cocok dengan karakter anak bungsu yang suka diatur atau diurus. Kekakuan dari anak sulung juga bisa dicairkan oleh sikap spontan si anak bungsu.

  • Mengalah dan si mau menang
    Karena terbiasa bertanggung jawab terhadap adiknya, anak sulung bisa mengalah dan meredam egonya.
    Hal ini akan cocok dengan karakter si bungsu karena dia lebih suka menang, selalu diperhatikan, dan enggan diremehkan.

  • Saling mendukung
    Anak sulung cenderung lebih punya banyak pengalaman. Sedangkan anak bungsu tidak demikian.
    Ketika si anak bungsu butuh pertimbangan dalam mengambil keputusan, anak sulung bisa membantu.
    Apabila anak sulung stres terhadap risiko dari keputusannya, anak bungsu bisa menyemangati dan memberikan hiburan agar mood -nya baik lagi.
    Ketika anak pertama berpasangan dengan anak terakhir, kecocokan itu akan terjadi dengan sendirinya.

Menurut saya sih pernyataan di atas tidak bisa menjadi pegangan dalam mencari pasangan. Sebab setiap orang punya karakter masing-masing tergantung pola asuh, lingkungan, dan perjalanan hidup. Malah cenderung tidak cocok sih, karena anak pertama yang berjiwa pemimpin dan hobi memerintah tanpa mau disalahkan. sedangkan anak bungsu yang cenderung manja dan tidak mandiri. Jika keduanya bertemu dalam satu pernikahan maka ada kemungkinan lebih besar terjadi banyak kesalahpahaman.

Jadi dalam mencari pasangan sebaiknya tidak hanya melihat dari satu sisi kebetulan yang dianggap baik secara peruntungan. Sebab banyak hal yang akan mempengaruhi kelanggengan sebah hubungan. Mulai dari komunikasi, kepercayaan, komitmen dll.

saya rasa adanya kepercayaan seperti ini memang terdapat pengaruh dari posisi mereka di keluarga. bisa jadi mereka telah terbiasa mengikuti peran mereka di dalam keluarga sehingga terbawa/terbentuk menjadi karakter yang sesuai dengan steriotipe yang ada. namun, tetap karakter seseorang itu kompleks dan tidak bisa ditetapkan hanya menggunakan dia sulung atau bungsu. jadi walaupun pernyataan tersebut bisa dikatakan tidaak sepenuhnya salah. tetapi juga tetap tidak bisa dikatakan benar.

aku tidak terlalu percaya dan gak ngaruh sih perihal urutan dalam keluarga menentukan kecocokan atau tidak, menurutku cocok atau engga ya tergantung dari nyambung atau tidaknya suau pasangan, bisa saling mengerti atau tidak, bisa saling menerima atau tidak, dan hal hal yang lainnya yang memang hanya pasangan itu saja yang paham.