Beli Barang Branded: Perlukah?

Status sosial menjadi hal yang penting bagi sebagian orang, bahkan tak jarang kebanyakan dari mereka menganggap terlalu penting sehingga tak lagi masuk akal. Status sosial tersebut bisa ditunjukan dengan penampilan, dengan busana yang dipakai, sepatu, tas, perhiasan dan lainnya. Maka tak heran banyak yang rela merogoh kocek sedalam-dalamnya untuk mendapatkan barang-barang bermerek. Mereka meyakini dengan membeli barang bermerek dengan harga selangit dapat ternama guna meningkatkan status sosial mereka di depan umum. Tidak aneh lagi, sebagian orang terobsesi untuk menjadi orang kaya atau memiliki teman-teman orang kaya untuk memudahkan hidup mereka dan barang bermerk menjadi salah satu alat “pemersatu” antara si kaya satu dengan yang lainnya. Tak jarang yang beranggapan bahwa membeli barang bermerek ternama merupakan suatu pemborosan semata dan lebih baik digunakan untuk hal lain.

Lantas, perlukah kita memiliki barang branded? Tulis komentar kalian di kolom komentar yaa.

1 Like

sepertinya, bukan masalah perlu atau tidak perlunya. karena itu merupakan hak setiap orang mau mengeluarkan uangnya untuk membeli barang branded atau tidak. juga, prinsip hidup serta kebutuhan hidup tiap orang kan berbeda-beda. selama ia mampu, ekonominya tidak terganggu, dan tidak merugikan orang lain menurut saya sih tidak apa-apa. tapi kalau untuk keadaan saya saat ini, tidak perlu. namun kalau saya di posisi mereka (orang kaya) sepertinya akan membeli barang branded juga.

kalau menurut aku kembali kepada kebutuhan dan kemampuan sih,

seperti aku kalau membeli sepatu lebih suka membeli yang telah ada merk nya karena lebih awet juga menurut aku. berdasarkan pengalaman aku juga membeli sepatu dengan merk tertentu seharga jutaan masa pakainya lebih panjang dari aku membeli sepatu yang biasa-biasa saja tetapi sebentar saja sudah rusak entah terkelupas atau lemnya terbuka maupun warnanya menjadi pudar. jadi kalau dihitung-hitung membeli yang biasa-biasa saja tetapi berulang kali jadi mengeluarkan banyak biaya juga. selain itu mungkin karena aku tidak mengkoleksi sepatu jadi tidak terlalu membebani keuangan juga.

hal lain seperti baju maupun kerudung aku lebih suka membeli produk lokal bahkan usaha rumahan dari pada mementingkan merk ternama atau tidak.

perluu atau tidaknya kembali kepada si pembli atau peminat. sebab menurut saya itu berada di tolak ukur masing-masing individu, orang yang berkecukupan dan merasa ia perlu maka ia beli. tetapi ada juga individu yang berkecukupan tapi tidak merasa perlu. kalau saya pribadi, merasa itu tidak perlu, sebab menurut saya itu adalah suatu tindakan konsumtif, karena hidup dilingkungan yang status sosial tidak diperhatikan jadi membeli barang branded saya rasa tidak perlu sebab tidak ada yang tau yang saya beli asli atau bukan.

Walaupun ini merupakan pilihan masing-masing dan menyesuaikan juga dengan isi dompet dan faktor ekonomi, namun saya rasa tidak perlu beli barang branded hanya demi status sosial. Kenyataannya, membeli barang-barang branded terkadang selalu saja berakhir dengan gossip dari tetangga. Lagipula, mulai banyak produk lokal yang kualitasnya tak kalah dengan produk dari merk ternama. Intinya, bergayalah sesuai isi dompetmu.

Menurut saya juga tergantung pada masing-masing individu. Bagi beberapa orang mungkin barang branded termasuk kebutuhan tersier. Namun, siapa tahu bisa jadi bagi sebagian orang yang lain malah masuk dalam kebutuhan sekunder. Artinya, dalam menentukan perlu atau tidak itu kembali ke kebutuhan masing-masing. Bagi orang-orang yang kebutuhan primer, sekunder, dan primernya tercukupi dengan baik, mungkin barang branded akan dianggap layaknya benda-benda pada umumnya, tidak perlu pikir panjang untuk membelinya. Namun, bagi orang-orang yang belum mampu manduri secara finansial, sepertinya tidak perlu memaksakan diri untuk membeli barang-barang tersebut.

Dalam memenuhi barang kebutuhan, yang saya lihat pertama adalah harga lalu kualitas. Bagi saya yang masih berstatus mahasiswa, pastinya berusaha menghemat uang sebisa mungkin dan membaginya untuk keperluan yang lain. Saya juga tidak jarang membeli barang-barang diskon. Dengan kondisi yang demikian, saya jarang sekali terpikir untuk membeli barang-barang branded. Yang terpenting bagi saya sendiri adalah nyaman dan ramah di kantong.

Perlukah? Pertanyaan yang tepat adalah, kenapa tidak?

Kalau memang berkecukupan, kalau memang uang untuk beli barang mewah tersebut adalah “uang lebih” yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan primer, ya kenapa tidak? Sudah saatnya kita berhenti mempertanyakan hal-hal semacam ini. Setiap orang punya caranya sendiri untuk bahagia dan bagaimana mereka akan menghabiskan uangnya. Menurutku, kalau ada orang yang mengejek para pembeli barang mewah dengan sebutan buang-buang uang, itu tidak masuk akal. Kalau si pembeli mampu, kalau si pembeli ada uang lebih, lalu masalahnya di mana? Masalah perlu atau tidak itu urusan masing-masing. Bagi orang yang punya hobi lain, mungkin tidak perlu. Bagi orang yang kurang mampu, jelas tidak perlu. Bagi orang yang mampu tapi hemat, mungkin tidak perlu. Tapi kalau orangnya mampu plus memang hobi mengoleksi barang mewah plus belinya pakai uang sendiri… ya jawabannya mungkin perlu?

Dan lagi, zaman sekarang rasanya tidak ada yang tidak mungkin. Kalau memang “uang lebih”-nya kurang, kita bisa menabung untuk jajan barang mewah. Dan ini bukan masalah “memaksakan diri” karena kalau memaksakan diri artinya mau punya uang atau tidak akan tetap beli bagaimana pun caranya. Tapi kalau menabung, artinya si penabung memang bertekad untuk punya tapi masih sabar dengan cara menabung. Jadi kalau dibilang barang mewah itu sebagai pemersatu orang-orang kaya saja, itu kurang benar, sih.

Kalau menurut saya, perlu atau tidaknya membeli barang branded tergantung dari diri kita masing-masing. Jika hal tersebut memang dapat membantu menunjang produktifitas bukan hanya sekedar untuk kepuasan semata, menurut saya wajar-wajar saja jika membeli barang branded. Selain itu, jika kita memang sekiranya mampu membeli barang-barang branded juga tidak ada salahnya, yang salah ialah jika finansial kita tidak mencukup untuk membeli tapi malah memaksakan diri menuruti gengsi. Ujung-ujungnya ialah berhutang dan menggunakan kartu kredit. Mungkin jika melakukan hal tersebut sekali dua kali tidak menjadi masalah, yang salah yaitu ketika terus menerus memaksakan diri belanja barang branded setiap bulan sementara kemampuan finansial tidak mencukupi.

Saya pribadi hampir tidak memiliki barang yang benar-benar branded, mulai dari baju, sepatu, tas, celana, dan lain sebagainya. Saya membeli barang-barang tersebut jika memang diperlukan. Kalaupun harus membeli saya memilih yang berkualitas sangat baik agar bisa awet di kemudian hari. Saat ini saya lebih mengutamakan untuk membeli produk lokal yaitu buatan Indonesia, karena sekarang produk lokal juga tidak kalah bagus dengan produk-produk luar negeri. Selain kualitas yang bisa bersaing dengan produk luar negeri, tentunya juga karena harganya yang pastinya bisa lebih murah.

menurut saya hal tersebut tergantung dari diri kita masing-masing apakah perlu membeli barang branded, karena umumnya barang branded memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan barang lainnya. Misalnya dari sisi material, style, kontrol kualitas serta umur produk. namun Jika kita membeli barang branded hanya sekadar untuk memenuhi gengsi, maka hal ini dapat menjadi pemborosan karena tidak berhubungan langsung dengan penghasilan.