Bagimana syarat-syarat agar taubat Kita diterima oleh Allah SWT?

taubat

Taubat sebaiknya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Bersungguh-sungguh ialah taat terhadap perintah Allah dan menjauhi larangannya. Allah Maha Mengetahui hati manusia yang ihklas bertaubat dan yang tidak.

Bagaimana syarat-syarat agar taubat kita diterima oleh Allah SWT?

Di dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang menjelaskan mengenai wajibnya manusia bertaubat. Bertaubat bukan hanya saat kita telah melakukan kesalahan akan tetapi bisa kita lakukan setiap waktu, karena kita tidak pernah tau kesalahan atau dosa apa yang telah kita lakukan tanpa disadari.

Berikut adalah ayat-ayat yang berkenaan dengan perintah bertaubat.

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” QS An Nur : 31

Allah menyampaikan bahwa orang-orang beriman yang bertaubat adalah orang-orang yang beruntung. Artinya, kita akan diampuni oleh Allah dan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Tanpa ampunan dan keridhoan Allah tentu kita termasuk pada orang-orang yang merugi dan tersesat.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang benar (ikhlas)” QS At Tahrim : 8

Allah memerintahkan kita utnuk bertaubat kepada-Nya dengan sebenar-benar taubat dan ikhlas. Ikhlas artinya hanya untuk mengharapkan ridho Allah bukan sekedar taubat sebentar lalu diulangi kembali lagi. Tentu taubat yang sungguh-sungguhlah yang Allah terima, disertai dengan ikhtiar dan kesungguhan berubah.

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabb-mu dan bertaubat kepadaNya, (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu, hingga pada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sungguh aku takut, kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat. QS Hud : 3

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa Allah memberikan kenikmatan yang banyak jika kita benar-benar bertaubat dan termasuk pada orang-orang yang takut pada Allah. Sedangkan bagi mereka yang tidak benar-benar bertaubat maka sesungguhnya Allah membalas bukan hanya di dunia melainkan juga kelak di akhirat.

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuhaa (taubat yang semurni-murninya)” QS At Tahrim : 8

Ayat di atas menunjukkan bahwa manusia diperintahkan oleh Allah agar melaksanakan taubatan nasuha, yaitu taubat yang semurni-murninya atau semaksimal-maksimalnya. Taubatan nasuha benar-benar taubat yang menyesali segala kesalahan dan dosa kita dan berjanji untuk tidak kembali hingga tataran hijrah dari perilaku yang buruk tersebut.

Ayat-ayat diatas menunjukkan kita bahwa sejatinya Allah membuka peluang untuk kita bertaubat dan mengampuni dosa-dosa kita. Asalkan saja bukan dosa-dosa besar seperti syirik yang bisa menghapus pahala dan kebaikan kita.

Syarat atau Cara Untuk Bertaubat

Untuk bisa bertaubat, tentunya terdapat syarat-syarat atau cara yang harus dilakukan. Tentunya segala pertaubatan kita kembali pada Allah lah yang menerima atau tidaknya. Untuk itu kesungguhan dan keikhlasan kita dalam bertaubat tentu sangat dibutuhkan.

Berikut adalah syarat atau cara yang bisa manusia lakukan agar taubatnya bisa diterima oleh Allah swt :

  1. Menyadari terlebih dahulu apa yang menjadi kesalahan kita atau dosa kita.

  2. Menyadari dampak dari perilaku dosa atau kesalahan yang kita lakukan.

  3. Meminta maaf kepada orang atau pihak yang terkena salah atau akibat perilaku kita (karena Allah pun mengampuni jika kita juga mengakui kesalahan dan meminta maaf pada orang lain).

  4. Bersungguh-sungguh untuk tidak melakukannya atau mengulangi kembali salah dan dosa yaitu dengan istilah Taubatan Nasuha.

  5. Bersujud dan mengakui kesalahan dan dosa pada Allah SWT dalam Sujud atau Shalat kita

  6. Melakukan Shalat Taubat yang bisa dilakukan kapan saja di luar shalat wajib sesuai dengan tata cara shalat taubat.

  7. Mencari hal-hal yang bisa membuat kita kembali pada kesalahan atau dosa yang sama, agar tidak mengulanginya.

  8. Menjauhi segala sebab atau sumber masalah yang membuat kita mengulangi dosa dan khilaf.

  9. Tujuan taubat benar-benar karena Allah SWT bukan karena tujuan lainnya.

  10. Tujuan taubat adalah benar-benar ingin menjauhi dosa bukan akan mengulanginya lagi.

  11. Taubat karena didasari oleh keinginan dan kesadaran sendiri bukan paksaan orang lain apalagi rekayasa karena sesungguhnya Allah Maha Tau.

  12. Merendahkan diri serendah-rendahnya dan setunduk-tunduknya pada Allah SWT (bisa juga membaca Cara Meningkatkan Iman dan Taqwa Kepada Allah SWT) .

  13. Menyerahkan diri dan memasrahkan diri pada Allah SWT selayaknya seorang hamba atau budak yang mengikuti Tuhan-nya.

  14. Bertaubat didasari oleh keikhlasan hati dan juga kerendahan diri kita pada Allah bukan atas hal-hal yang berkenaan duniawi semata.

  15. Pertaubatan kita berorientasi pada ampunan Allah dan keselamatan di dunia dan akhirat.

Pada intinya, Allah mensyaratkan taubat kita adalah taubat yang sungguh-sungguh, bukan sekedar taubat yang akan diulangi kembali dan selalu berulang untuk dilakukan. Allah menilai bukan hanya sekedar hasil akhir perubahan kita, melainkan usaha dan proses perubahan kita. Tentunya proses perubahan bukan waktu yang sebentar. Untuk itu, dalam 15 syarat-syarat dalam bertaubat tersebut, yang paling terpenting adalah melakukan proses perubahan dan juga menyadari atas kesalahan atau dosa apa yang telah kita lakukan. Sampai kapanpun manusia tidak akan ada yang sempurna dan terbebas dari dosa.

Untuk itu, Allah memberikan kita akal dan pikiran agar bisa berpikir mana yang benar dan salah. Tidak hanya itu, diberikan juga petunjuk Al Quran yang bisa dipahami manusia agar tidak tersesat dalam hidupnya. Semuanya agar manusia bisa menjalankan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi agama .

1. Ikhlas karena Allah Ta’ala

Hal pertama yang harus dilakukan agar taubat diterima adalah taubat tersebut harus dilakukan dengan hati yang ikhlas karena Allah Ta’ala. Jadikan Allah SWT sebagai faktor utama untuk bertaubat, jangan bertaubat hanya untuk riya’ atau bahkan karena makhluk lain dan urusan duniawi yang ingin dicapainya. Bila orang tersebut melakukan taubat dengan ikhlas karena Allah maka faktor yang mendorongnya adalah ketakwaan kepada-Nya, takut akan siksaan-Nya, serta mengharapkan pahala dari-Nya.

2. Menyesali Perbuatan yang Telah dilakukan

Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan menjadi syarat kedua yang bisa membuat sebuah taubat diterima oleh Allah SWT. Ketika seseorang menyesali dan bersedih atas perbuatan yang telah dilakukan maka ia akan memandang bahwa perbuatan tersebut wajib untuk ditinggalkan.

3. Berhenti Total dari Perbuatan Dosa Tersebut

Syarat ketiga yang harus dipenuhi agar taubat seseorang itu diterima adalah berhenti total dosa tersebut. Ada orang yang ingin bertaubat namun masih saja melakukan perbuatan dosa tersebut. Padahal sebenarnya jika ia ingin benar-benar bertaubat, maka orang tersebut wajib meninggalkan dan berhenti dari perbuatan doa serta berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan ibadah kepada Allah SWT.

Jika dosa orang tersebut berupa tindakannya melakukan sesuatu yang diharamkan, maka ia harus segera cepat berhenti total dan menjauhinya. Berbeda dengan dosa yang berkaitan dengan makhluk, maka orang tersebut harus memberikan hal-hak mereka tersebut atau meminta dihalalkan darinya.

4. Bertekad untuk tidak Mengulanginya

Selain berhenti total dari perbuatan dosa itu, seseorang yang ingin bertaubat juga harus bertekad untuk tidak mengulanginya lagi di masa yang akan datang. Ia harus mampu menanamkan dalam hatinya bahwa tidak akan mengulangi perbuatan maksiat itu dan dia telah bertaubat darinya.

5. Sesuai Waktunya

Syarat terakhir untuk diterimanya taubat adalah hendaknya dilakukan pada waktu yang diperkenankan. Apabila lewat dari waktu tersebut maka taubat tidak akan diterima. Adalah ketika ajal sudah tiba maka tidak akan diterima lagi taubat orang tersebut.

Hal ini berdasarkan firman Allah.

“Artinya : Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang’, Dan tidak (pula diterima taubat) orang- orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. “[An-Nisa’:18].

Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi bagi seseorang yang hendak bertaubat pada Allah Ta’ala, di antara syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:

1. Islam

Jika ada orang kafir yang ingin bertaubat, maka hendaklah ia masuk islam terlebih dahulu. Karna Allah tidak akan menerima taubat seseorang yang masih dalam kekafiran. Allah berfirman:

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang “. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (An Nisaa: 18)

2. Ikhlas

Hanya taubat yang didasari keikhlasanlah yang di terima Allah Ta’ala, Taubat yang dikarenakan riya` atau tujuan duniawi, tidak dikatakan sebagai taubat dan tidak akan diterima taubatnya. Allah berfirman:

“Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (An Nisaa : 146)

3. Penuh Penyesalan

Dengan penyesalan yang begitu mendalam, karena dosa yang telah dilakukan, seseorang bisa diterima taubatnya. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda : Penyesalan adalah taubat. HR Ibnu Majah, (No. 4252)

Kesempatan untuk bertaubat sebelum sakaratul maut yaitu sebelum nafas berada di kerongkongan dan sebelum matahari muncul dari arah barat.

Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam telah menjelaskan dalam sebuah hadist:

“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum nafasnya berada di kerongkongan” Hadits Hasan Riwayat At Tirmidzi (No. 406)

Melakukan perbaikan atas perilakunya setelah bertaubat. Allah berfirman.

“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah “Salaamun-alaikum. Rabb- mu telah menetapkan atas diriNya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al An‟am/6 : 54)

Sedangkan menurut Ibn Qoyim al-Jauziyah ada tiga syarat yang harus terpenuhi dalam bertaubat. Yang pertama adalah menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan. Yang kedua, seketika itu membebaskan diri dari dosa yang diperbuat. Dan yang ketiga, bertekad untuk tidak mengulangi lagi dosa-dosa yang telah dilakukannya di masa mendatang.

Dalam kitab minhajul abidin karangan Al-Ghozali memaparkan empat syarat untuk menggapai Taubat yang sebenarnya (nasuha), yaitu:

  1. Meninggalkan dosa dengan sekuat hati dan berniat tidak akan mengulangi dosa-dosa yang pernah dilakukan.

  2. Menghentikan atau meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan, itu adalah menjaga, bukan disebut taubat. Contoh: tidak benar jika di katakan bahwa nabi taubat dari kekufuran, sebab Nabi tidak pernah kufur, yang benar adalah Nabi menghindari kekufuran. Tetapi terhadap Sahabat umar , tepat jika dikatakan sayyidina Umar r.a taubat dari kekufuran, karena beliau telah meninggalkan perbuatan-perbuatan jahiliyah.

  3. Perbuatan dosa yang pernah diperbuatannya harus setimpal dengan dosa yang ditinggalkannya sekarang. Misalnya ada seorang pizina atau pencuri ,cara dia bertobat adalah meninggalkan dosa yang setimpal dengan dosa zina dan mencuri.

  4. Meninggalkan dosa semata-mata karena mengagungkan Allah Swt. Bukan untuk yang lain. Taubat karena takut terhadap murka Allah, serta takut dengan hukumanm-Nya yang pedih. Tidak ada maksut keduniaan, seperti takut karena akan di penjarakan. Karena jika takut di penjara, berarti taubatnya bukan kepada Allah Ta’ala.