Bagaimanakah Kisah Nabi Nuh?

Bagaimanakah kisah Nabi Nuh alaihissalam?

Nabi Nuh A.S. adalah rasul Allah yang merupakan keturunan kesepuluh dari nabi Adam A.S. Diutus oleh Allah S.W.T. di negri Armenia. Beliau mengajarkan kaumnya untuk menyembah kepada Allah dan melarang kaumnya memperhambakan diri kepada selain Allah.

Mulai usia Nabi Nuh A.S 40 tahun hingga 950 tahun beliau mengembangkan ajaran-ajaran agama Allah S.W.T. akan tetapi manusia diwaktu itu tidak memperdulikan seruan dan ajaran agama Allah tersebut. Bahkan sebaliknya mereka memperolok dan bahkan membenci kepada Nabi Nuh A.S. sehingga hanya sedikit sekali yang mau beriman kepada Allah S.W.T.

Untuk hal itu Nabi Nuh A.S. menangis karena sedihnya atas keingkaran kaumnya tersebut. Selama ratusan tahun beliau menjalankan tugas kerasulan, hanya sedikit sekali yang mau beriman kepada Allah S.W.T. karena itulah Allah menyuruh Nabi Nuh A.S. untuk membuat perahu, karena Allah bermaksud untuk menenggelamkan kaum yang durhaka itu.

Tidak lama setelah selesainya kapal kayu besar Nabi Nuh A.S. berhembuslah angin taufan yang sangat dahsyat. Hujan turun dengan lebat, mata air bersemburan dari mana-mana yang terus menerus tak henti-hentinya selama berhari-hari. Air pun bertambah tinggi dan bumi berubah menjadi lautan yang sangat luas.

Nabi Nuh A.S. melaksanakan perintah Tuhan, naiklah beliau dengan orang-orang yang beriman keatas bahtera sehingga selamatlah mereka dari banjir yang sangat dahsyat. Ditengah kapal sedang berlayar, tampaklah oleh Nabi Nuh A.S. anaknya yang hampir tenggelam. Maka berserulah Nabi Nuh A.S. “Hai anakku! naiklah ke kapal bersama kami, dan janganlah engkau menjadi manusia yang ingkar terhadap Allah!”.

Akan tetapi anak Nabi Nuh A.S. menolak seruan bapaknya dan berusaha berenang ke arah gunung. Namun air bah segera menenggelamkannya. Menyaksikan hal itu Nabi Nuh A.S. sangat sedih, begitu sedihnya sehingga Nabi Nuh A.S. menyeru kepada Allah S.W.T. “O, Tuhanku! anak ku telah mati tenggelam, sedangkan ia termasuk keluarga ku, padahal Tuhan telah berjanji akan menyelamatkan kami!”

Allah berfirman :“Hai Nuh! sesungguhnya orang-orang yang durhaka itu bukanlah termasuk keluarga mu!”

Setelah menerima firman Tuhan tersebut, Nabi Nuh A.S. dengan sangat takutnya meminta ampun kepada Allah karena telah berkata dengan tak tahu apa yang dilarang oleh Allah, yaitu meminta agar anaknya diselamatkan, padahal anaknya termasuk golongan orang yang durhaka. Setelah orang kafir ditelan oleh air, tinggallah orang-orang yang beriman yang mulai menempuh hidup baru dibawah bimbingan Nabi Nuh A.S.

Nabi Nuh A.S. wafat pada usia 950 tahun, akan tetapi selama beliau melaksanakan tugas kerasulannya hanya sedikit sekali umat yang mau beriman.

Nabi Nuh As, sebagai Rasul, berhadapan dengan suatu masyarakat yang berangsur-angsur melupakan ajaran agama. Beliau berada pada masa-masa “Fatrah” kekosongan sebagai Nabi ke empat sesudah Adam, Syith dan Idris. Nabi Nuh as merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam.

Kondisi masyarakat pada saat itu, meninggalkan ajaran Nabi sebelumnya lalu menjadi syirik, meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan. Berhala-berhala dipertuhankan dipercayai memiliki kekuatan gaib yang mampu menolong mereka. Mereka menyembah “waad, suwaa, yaghuts, ya’ng dan nasr” QS-Nuh (71):23

Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan- tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr.

Mereka mendorong kemungkaran, mencegah kebaikan, mereka kikir, lupa kepada Allah padahal kuat fisik dan banyak harta. Firman Allah swt,

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (67)

Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (68)

(keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin) adalah seperti keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan anak-anaknya dari kamu. Maka mereka telah menikmati bagian mereka, dan kamu telah menikmati bagian kamu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya. Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat; dan mereka itulah orang-orang yang merugi. QS. At-Taubah (9):67-69.

Mereka termasuk golongan menentang Nabi Nuh dalam melaksanakan dakwahnya dan menganiaya dirinya sendiri. Firman Allah swt,

Belumkah datang kepada mereka berita penting tentang orang-orang yang sebelum mereka, (yaitu) kaum Nuh, 'Aad, Tsamud, kaum Ibrahim, penduduk Madyan dan negeri-negeri yang telah musnah?. Telah datang kepada mereka rasul-rasul dengan membawa keterangan yang nyata, maka Allah tidaklah sekali-kali menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. QS at-Taubah (9):70.

Pembangkangan yang dilakukan merupakan simbol-simbol kehebatan dan kepongahan diantara mereka, terutama dari kelompok yang merasa mampu mengeksploitasi orang lain, mereka malah tidak segan-segan memandang hina orang lain, mereka lupa bahwa sikap seperti itu terhadap Rasul Allah tidak menambah atau mengurangi sedikitpun kemahakuasaan Allah.

Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS an-Nisa (4):170

Nuh As hidup di tengah-tengah kaumnya selama 950 tahun, dia dikenal sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah. QS. Al-Ankabuut (29):14

Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.

Kisah Nabi Nuh dapat ditemukan dalam Alquran minimal 28 surah. Kisah itu bervariasi ada kalanya diungkapkan dalam beberapa ayat secara berturut-turut misalnya, pada surah al-Qamar (54) dari ayat 9 sd 17, surah al-A’raf (7) dari ayat 59-64, surah asy-Syu’araa (26): 105 sd 122, surah Yunus (10): 71 sd 73, surah Hud
(11): 25 sd 49, surah ash-Shafaat (37): 75 sd 82, dan surah al-Mukminiin (23): 23 sd 31 selain itu diungkapkan pada satu surah secara khusus yakni surah yang ke 71 sebanyak 28 ayat.

Selain itu kisah-kisah Nuh terdapat pada ayat-ayat dibeberapa surah yang diungkap secara terpisah-pisah. Berikut ini akan dikemukakan kisahnya secara berturut-turut dan pelajaran yang dapat diambil.

Kisah-kisah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, dan para Nabi lainnya, adalah perumpamaan hakikat-hakikat masa para Nabi lainnya. Alquran tidak menyebutkan kisah-kisah hanya sekedar hiburan atau penguat peristiwa-peristiwa sejarah. Tetapi lebih dari itu, Alquran menyebutnya perumpamaan hakikat-hakikat serupa yang terjadi. Masa yang dilalui oleh risalah Islam. Perumpamaan yang sama berlaku pada hukum-hukum syari’ah, Akhlak Islam, Sejarah dan peristiwa-peristiwa alam, seluruhnya berbicara tentang kebenaran teori-teori ilmiyah, bahkan peristiwa yang terjadi disetiap masa dan zaman.

Kisah Nabi Nuh As didalam Al Quran


Kisah Nabi Nuh As Pada QS. Al-Qamar (54): 9-17

  1. Ditenggelamkan dan tidak mendapat pertolongan selain Allah.

  2. Kaumnya mendustakan Nabi Nuh, mereka katakan bahwa Nuh adalah seorang gila dan diancam

  3. Awal kehancuran karena turunnya hujan yang keras

  4. Bumi pancarkan mata air (bertemulah) air hujan dan air terpancar dari bumi (terjadi banjir). QS. 54: 12

    Dan kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, Maka bertemu-lah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh Telah ditetapkan.

  5. Nuh diperintahkan naik bahtera yang berlayar dengan pengawasan Allah sebagian orang yang dingkari.

  6. Kejadian kaapal itu adalah suatu pelajaran bagi orang au mengambil pelajaran.

  7. Betapa dahsyatnya adzab dan ancaman Allah

  8. Dan sesungguhnya kami mudahkan Alquran untuk pelajaran adakah orang yang mengambil pelajaran?

Kisah Nabi Nuh As dalam QS. Al-A’raf (7): 59-64

  1. Renungan kebesaran Allah swt

  2. Pemuka kaumnya memandang Nuh sebagai orang yang sebat

  3. Nuh menjawab

    • Aku bukan orang gila
    • Aku adalah utusan Tuhan semesta alam
  4. Nuh menyampaikan amanat Tuhand dan menasehati kaumnya (karena Nuh menerima wahyu dari Allah) QS. Al-A’raf (7): 62

  5. Nuh mendakwai kaumnya dengan bujukan agar mereka bertakwa dan mendapat rahmat

  6. Tetapi kaumnya tetap mendustakan Nuh, akhirnya Allah tenggelamkan mereka , Nuh bersama orang-orang beriman dengannya diselamatkan dari orang-orang yang tenggelam, mereka termasuk orang-orang yang buta mata hatinya ﻗﻮﻣﺎﻋﻤﻴﻦ

  7. Kaum Aad dilebihkan postur tubuhnya oleh Allah dibandingkan dengan postur tubuh kaum Nabi Nuh as.

Kisah Nabi Nuh As yang terdapat pada QS. Asy-Syuuraa (26): 105-122.:

  1. Ajakan/ seruan Nabi Nuh

    • Nuh didustakan kaumnya
    • Seruan terhadap kaumnya untuk bertakwa
    • Nabi Nuh adalah seorang Rasul
    • Nabi Nuh tidak meminta imbalan dari kaumnya atas ajakan- ajakannya.
  2. Sikap kaum Nabi Nuh

    • Mereka tidak mau mengikuti Nabi Nuh karena orang yang mengikutinya adalah orang hina (menurut) persepsi mereka

    • Mereka bermaksud merajam Nabi Nuh QS. Qsy-Syuraa (26): 116

    Mereka berkata: “Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti Hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam”.

  3. Sikap Nabi Nuh dalam menghadapi kebringasan kaumnya.

    • Sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang beriman dengannya sebagaimana permintaan kelompok pembangkang, meskipun orang- orang beriman dipandang hina oleh mereka. QS. 26: 114

      Dan Aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman.

    • Dalam berdakwah Nuh tidak meminta sesuatupun dari kaumnya karena ia mengharap upah dari Allah.

    • Nabi Nuh tidak lain selain dari pemberi peringatan

    • Optimismenya kuat untuk selalu doakan agar selamatkan umatnya. Terutama yang beriman, termasuk memahami keputusan Allah terhadap dirinya beserta orang-orang beriman dengan mereka yang mengingkarinya.

    • Keputusan Allah terhadap kaum pendusta adalah ditenggelamkan QS. 26: 120

      Kemudian sesudah itu kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal.

    • Kejadian itu merupakan tanda kekuasaan Allah bagi kebanyakan orang beriman QS (26):121

    • Allah Maha Perkasa lagi Maha Penyayang QS. (26): 122

Kisah Nuh dalam surah Yunus (10): 71-73

  1. Nuh berkata kepada kaumnya, jika terasa berat bagimu tinggal bersamaku, peringatanku (berupa ayat-ayat Allah), maka kepadaku bertawakkallah, atas itu maka, bulatkanlah keputusanmu dan sekutu-sekutumu dan jangan keputusanmu itu dirahasiakan dan lakukanlah terhadap diriku jangan tenggelamkan terhadapku.

  2. Jika kaum Nuh berpaling dari peringatan, Nuh tidak minta upah sedikitpun karena upah tidak lain hanya dari Allah semata, (bentuk kepasrahan Nuh semata kepada Allah), QS. Yunus (10): 72

    Jika kamu berpaling (dari peringatanku), Aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan Aku disuruh supaya Aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)".

  3. Mereka dustakan Nuh, nabi Nuh diselamatkan oleh Allah dan orang yang beriman bersamanya dalam air secara tegas dinyatakan bahwa air bah dan penenggelaman kaum Nuh sebagai tindakan Tuhan terhadap mereka yang membangkang meskipun bukan seluruh bumi. Alquran tidak menetapkan kapan terjadinya air bah tersebut sebagaimana tidak juga menjeaskan berapa lama dia berlangsung. Bahtera Allah tenggelamkan orang yang mendustakan ayat-ayat-Nya. Perhatikalah akibat orang-orang yang diberi peringatan. QS. Yunus (10): 73

    Lalu mereka mendustakan Nuh, Maka kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka perhatikanlah bagaimana kesesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu.

Kisah Nuh dalam QS. Huud (11): 25-49

  1. Nuh pemberi hidayah yang nyata kepada kaumnya sebagai Rasul Allah

  2. Agar kaumnya tidka menyembah sesuatu selain Allah

  3. Pemuka kaumnya yang kafir menyatakan Nuh tidak lain kecuali manusia biasa saja, orang yang ikut degannya adalah orang-orang yang hina dan mereka mendustakan Nuh.

  4. Dakwah Nuh disamarkan oleh kaumnya

  5. Nuh tidak minta sesuatupun dari kaumnya

  6. Mereka minta dipercepapt adzab jika Nuh memang benar

  7. Allah menjawab adzab itu akan datang dan kalian tidak dapat melepaskan diri.

  8. Bagi mereka tidak berguna nasehat

  9. Bahkan Nuh dutuduh sebagai oran yang membuat-buat, akhirnya Nuh berlepas diri dari apa yang mereka perbuat.

  10. Nuh As diteguhkan hatinya oleh Allah untuk tidak bersedih hati tentang kezaliman kaumnya.

  11. Jangan kecil hati atas ejekan kaumnya. Misalnya karena dia membuat bahtera di atas gunung dilihat siapa yang akan ditimpa adzab

  12. Anak Nuh lebih percaya kepada gunung ketimbang pesan Ayahnya, karena menganggap bahwa gunung yang dapat memelihara dia dari air bah ketimbang dengan percaya kepada Allah. QS. Huud/11: 43

  13. Kisah Nabi Nuh menjadi pelajaran bagi Nabi-nabi berikutnya QS. Huud (11): 89

Kisah Nabi Nuh dalam Surah Ash-Shaafat /37: 75-82

  1. Allah kabulkan permohonan nabi Nuh

  2. Allah selamatkan nabi Nuh dan pengikutnya dari bencana

  3. Anak cucunya melanjutkan keturunan

  4. Pujian yang baik bagi Nabi Nuh buat generasi yang lain

  5. Kesejahteraan ditujukan kepada Nabi Nuh dan seluruh alam

  6. Demikianlah Allah memberi balasan terhadap orang-orang yang berbuat baik

  7. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba kaum yang beriman

  8. Kemudian kami tenggelamkan orang-orang yang lain

Kisah Nabi Nuh terdapat pada QS. Al-Mu’minun (23): 23-31. Dari 9 (sembilan) ayat yang mengisahkan Nabi Nuh intinya adalah cemoohan:

  1. Penghinaan keEsaan Allah

  2. Cemoohan pemuka kaumnya bahwa Nuh adalah tidak lain manusia biasa yang hendak menjadi orang yang lebih terhormat. Mengapa Tuhan utus seperti dia bukan dari malaikat, hal itu tidak pernah kami dengar dari nenek kami dulu.

  3. Nuh tidak lain kecuali dia seorang gila.

  4. Perintah membuat perahu untuk ditenggelamkan kaumnya meskipun tidak semuanya harus dihancurkan (sebagian kecil).

  5. Terjadi generasi baru sesudah tenggelam (peremajaan generasi). QS.23: 31

    Kemudian, kami jadikan sesudah mereka umat yang lain

  6. Kejadian itu merupakan adzab yang ditimpakan (penengggelaman) kepada kaum Nuh.

Ibrah Terhadap Kisah Nabi Nuh As


Kapal Nabi Nuh

Tentang keimanan

Kontrak antara Allah dan para Rasul-Nya berupa keimanan. Hal ini dapat dipahami ketika Allah SWT mengambil perjanjian dari para Nabi-nabi dan Rasul-Nya (Muhammad SAW) dan Nuh As serta Ibrahim As misalnya firman Allah. QS. Al-Ahzab (33): 7

Dan (Ingatlah) ketika kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan kami Telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.

Maksud dari perjanjian yang teguh adalah kesanggupan para Rasul menyampaikan amanat keimanan kepada umatnya masing-masing.

Tidak ada paksaan dalam soal iman. QS. Yunus (10): 99

Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?

Jangan memuja selain Allah. QS. Huud (11): 26

Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan".

Hanya memberikan penjelasan tidak memaksakan iman. QS. Huud (11): 28

Berkata Nuh: “Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika Aku ada mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya Aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tiada menyukainya?”

Nuh tidak mau mengusir orang-orang beriman. QS. Huud (11): 30 dan surah (26): 144

Dan (Dia berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah jika Aku mengusir mereka. Maka Tidakkah kamu mengambil pelajaran?

Dan Aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang beriman. QS. (26): 114

Tidak mengenal dispensasi dalam iman. QS. Huud (11): 43

  1. Nuh memanggil anaknya QS. Huud (11): 42

    Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.”

  2. Anak Nuh menolak panggilan ayahnya QS. Huud (11): 43

    Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari Ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha penyayang”. dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; Maka jadilah anak itu termasuk orang- orang yang ditenggelamkan.

  3. Nuh mengadu kepada Tuhan tentang anaknya QS. Huud /11: 45

    Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.”

  4. Istri Nuh tiada beriman. QS. At-Tahrim /66: 10

    Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): “Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)”.

  5. Nuh menyesal tentang pengaduannya kepada keselamatan anak dan istrinya. Dan Allah perkenankan do’a Nabi Nuh sebagai suatu kesatuan agama dan aqidah seluruh Nabi. Lihat juga QS. Huud (11): 47

    Nuh berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang Aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya Aku akan termasuk orang-orang yang merugi."

Sikap pembangkangan kaum Nuh sama dengan kaum sesudahnya.

QS. Mu’min (40): 31, misalnya Aad, kaum Nabi Hud, Tsamud, Kaum Nabi Shaleh, Madyan, Kaum Nabi Syuaib dan sebagainya.

Mereka adalah orang-orang fasik QS. Adz- Dzariyat (51): 46 paling dzalim dan paling durhaka. QS. An-Najm (53): 52

Cobaan Nabi Nuh As yang paling besar adalah menghadapi pendusta

Kaum nabi Nuh as menyatakan bahwa Nabi Nuh adalah gila, hal itu sebagai bentuk tipu daya dan makar yang yang besar QS. Nuh (71): 22

Dan melakukan tipu-daya yang amat besar".

Keputusan Allah terhadap kaum Nabi Nuh berupa siksaan QS. Hud (11): 39

Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal."

Intisari Kisah Nabi Nuh. As


Nabi Nuh. As

Dalam pandangan keyakinan Islam sejak Adam As, hingga Nabi-nabi dan Rasul sesudahnya, kesemuanya telah datang mengajarkan tentang keEsaan Allah Tuhan seru sekalian alam, ini dipertegas seperti dalam QS. Almu’minuun (23): 23

Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Maka Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?”

Bahwa sesungguhnya Nuh As mengajak kaumnya menyembah Allah semata, sebagaimana direkam oleh QS. Al-A’raf (7): 65 begitu pula ajaran Nabi Syuaib As dalam QS. Huud (11): 84, kesemuanya menyatakan

Sembahlah Allah sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia

Demikian ucapan Nabi Nuh AS, Hud As, Saleh AS dan Syuaib As yang diabadikan di dalam Alquran berturut-turut dalam QS. Al-A’raf (7): 59, 65, 73 dan 85, QS.
Al-Mu’minun (23): 23, QS. Hud (11): 84, QS. Al-Mu’minun (23): 32 yang ditujukan kepada umat Nabi Hud buat kaum Aad sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas dan itulah yang diperpegangi oleh jumhur mufassair. Seorang Rasul hanya melaksanakan kewajiannya memberi peringatan.

Agama-agama samawi meskipun beragam, tetapi pada hakekatnya memiliki esensi yang sama semenjak Rasul pertama diutus oleh Allah SWT hingga Rasul terkhir Muhammad SAW. Ajaran-ajaran agama samawi yang beragam adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi dan Rasul-Nya, QS. Asy-Syu’araa (42): 13.

Oleh sebab itu agama samawi memiliki aqidah dan pokok ajaran yang sama. Menyangkut pokok-pokok aqidah, syari’ah dan akhlak, tidak akan mengalami perubahan, karena agama tersebut bersumber dari satu sumber yakni Allah SWT yang Maha Mengetahui. Terhadap kebenaran tersebut siapapun yang berpegang teguh dengannya akan selamat, dan siapapun yang enggan akan tenggelam. Rasul menggambarkan perumpamaan akan kebenaran aqidah adalah seperti perahu Nabi Nuh. Siapa yang meyakininya akan selamat dan siapa yang enggan akan tenggelam.

Referensi :

  • M. Baqir Hakim, Ulum al-Qur’an, yang diterjemahka oleh Nashirul Haq, dengan judul Ulum al-Qur’an, Cet I, (Jakarta; Pustaka Firdaus, 2006)
  • M. Quraish Shihab, Mujizat al-Qur’an (ditinjau dari aspek Kebahasaan Isyarat Ilmiyah dan Pemberitaan gaib) ,Cet III, (Bandung; Mizan, 1997).