Bagaimanakah kisah Nabi Ibrahim a.s ?

Ibrahim merupakan nabi dalam agama Samawi. Ia bergelar Khalilullah atau Kesayangan Allah. Ibrahim bersama anaknya, Ismail, terkenal sebagai para pendiri Baitullah. Ia diangkat menjadi nabi yang diutus kepada kaum Kaldān yang terletak di negeri Ur, yang sekarang dikenal sebagai Iraq. Ibrahim merupakan sosok teladan utama bagi umat Islam dalam berbagai hal. Ibadah Haji dan penyembelihan hewan kurban pada Idul Adha merupakan beberapa perayaan untuk memperingati sikap berbakti Ibrahim terhadap Allah.

Bagaimanakah kisah dan mukjizat Nabi Ibrahim?

Nabi Ibrahim merupakan seorang nabi yang hidup di masa jahiliyah, masa dimana puncak dari berkumpulnya orang musyrik dan kafir. Beliau lahir pada tahun 2295 sebelum masehi di mausul. Nabi Ibrahim merupakan anak dari seorang pengrajin berhala yang termasyur pada jaman tersebut. Pada jaman beliau di mausul di perintah oleh Raja Namrud yang memerintahkan rakyatnya untuk menyembahnya sebagai tuhan.

Kelahiran Nabi Ibrahim

Pada saat Nabi Ibrahim lahir , Raja Namrud memerintahkan agar setiap bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh, ayah Nabi Ibrahim menyembunyikan Beliau di hutan untuk menyelamatkan bani Ibrahim dari pasukan Raja Namrud. Saat Nabi Ibrahim mulai tumbuh besar beliau mulai berpikir kenapa masyarakat menyembah berhala, padahal berhala hanya benda mati yang terbuat dari batu sehingga beliau tidak mau menyembah berhala.

Beliau melihat benda-benda di langit seperti bintang dan bulan kemudian beliau berpikir bahwa “ apakah benda-benda di langit itu lah tuhan?”, namun beliau melihat bulan, bintang dan matahari tersebut terbenam dan menghilang, sehingga beliau berkata “ aku tidak akan bertuhan kepada benda-benda seperti itu”. Hal ini telah dikisahkan dalam Alquran Surat Al An’am Ayat 76-79. Saat Nabi beranjak dewasa, Allah memberikan akal, pikiran yang luar biasa cerdas sehingga saat itu lah Nabi Ibrahim mulai mendakwah.

Masa dakwah Nabi Ibrahim

Dalam menjalankan dakwahnya Beliau dihadang dengan persoalan berat, masa jahiliyah adalah masa keserakahan, dan keburukan umat manusia terbesar. Berhala tersebar dimana-mana dijadikan tuhan yang disembah oleh Raja Namrud dan rakyatnya. Suatu hari pada saat orang-orang di Negara Nabi pergi dan meninggalkan kampungnya, Nabi Ibrahim memiliki akal untuk menghancurkan semua berhala-berhala itu, Beliau menghancurkan berhala-berhala itu dengan sebuah kapak, lalu beliau menyisakan satu berhala dan sengaja menaruh kapak sebagai kalung berhala tersebut.

Setelah Raja Namrud dan pengikutnya kembali ke negerinya, Raja Namrud sangat marah mengetahui kejadian tersebut, raja langsung menuduh Nabi Ibrahim sebagai pelakunya karena raja tahu bahwa Beliau tidak suka terhadap berhala-berhala itu, raja meminta agar Nabi Ibrahim dibawa ke hadapannya untuk di hukum.

Nabi Ibrahim tidak mengaku bahwa ia lah yang menghancurkan berhala-berhala itu, dengan kecerdasan nabi, Beliau berkata bahwa berhala besar yang berkalung kapak itulah yang menghancurkan berhala-berhala lainnya itu. Raja Namrud tertawa dan mengatakan bahwa tidak mungkin berhala batu bisa melakukan hal seperti itu. Dari situlah nabi lalu mengatakan bahwa berhala yang tidak bisa melakukan apa-apa, kenapa harus disembah?.

Mendengar perkataan Nabi Ibrahim tersebut para pengikut Raja Namrud tersadar bahwa berhala yang mereka sembah selama ini bukanlah tuhan. Raja Namrud semakin marah terhadap Beliau, raja memerintahkan pasukannya untuk membakar Beliau hidup-hidup. Nabi di ikat di tengah tumpukan kayu lalu raja memerintahkan untuk menghidupkan api untuk membakar Nabi Ibrahim.

Atas kuasa dan izin Allah Nabi Ibrahim diselamatkan dari kobaran api yang panas tersebut. Melalui surat An Anbiya ayat 69 Allah berfirman “ kami berfirman “ hai api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim”. Betapa terkejutnya Raja Namrud dan pengikutnya ketika api yang besar itu padam Nabi Ibrahim keluar tanpa luka sedikitpun.

Nabi Ibrahim Di Uji Untuk Mengorbankan Anaknya

Nabi Ibrahim mempunyai dua istri yang bernama sarah dan Siti Hajar, serta memiliki dua anak yang bernama Ismail dan Ishaq, Nabi Ibrahim saat lahir anak pertamanya yaitu Ismail, Allah memerintahkan Beliau untuk menyembelih anak nya tersebut, padahal Beliau telah menanti berpuluh-puluh tahun agar dapat dikaruniai anak, karena kkecintaan dan ketaqwaannya kepada Allah.

Nabi Ibrahim bersedia menyembelih anaknya ismail dengan tulus ikhlas, melihat ketaqwaan Beliau tersebut Allah kemudian mengganti ismail dengan seekor kambing. Untuk menghormati peristiwa tersebut umat Islam di setiap tanggal 10 dzulhijah melakukan penyembelihan hewan qurban. Nabi Ibrahim pada akhirnya wafat dalam usia lebih dari 200 tahun. Kemudian dakwahnya digantikan kedua anaknya yaitu Ismali dan Ishaq, keduanya pun juga diakui sebagai nabi.

Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau’ bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh a.s. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama “Faddam A’ram” dalam kerajaan “Babylon” yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama “Namrud bin Kan’aan.”

Pada masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting. Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung tersebut, lalu dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianuti oleh keluarganya itu.

Dalam alkitab (kitab kejadian) menceritakan tentang pencariannya dengan kebenaran. Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata:

“Inikah Tuhanku?”

Kemudian apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula:

“Aku tidak suka kepada yang terbenam hilang”.

Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit (menyinarkan cahayanya), dia berkata:

“Inikah Tuhanku?”

Maka setelah bulan itu terbenam, berkatalah dia:

“Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, niscaya menjadilah aku dari kaum yang sesat”.

Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan cahayanya), berkatalah dia:

“Inikah Tuhanku? Ini lebih besar”.

Setelah matahari terbenam, dia berkata pula:

“Wahai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya)”.

Inilah daya logika yang dianugerahi kepada beliau dalam menolak agama penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang sebenarnya.

Nabi Ibrahim Melihat Tanda Kekuasaan Allah


Nabi Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan penyembahan berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Ia memohon kepada Allah:

“Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati.”

Allah menjawab permohonannya dengan berfirman:

"Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?.”

Nabi Ibrahim menjawab:

”Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu.”

Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap empat ekor burung, lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian-bagian tubuh burung itu, ia memotongnya menjadi berkeping-keping, mencampur-baurkannya, dan kemudian tubuh burung yang sudah hancur-luluh dan bercampur-baur itu diletakkan di empat puncak bukit yang berbeda dan berjauhan. Setelah dikerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh setiap bagian tubuhnya itu.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya. Lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah keinginan Nabi Ibrahim untuk menenteramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau menentangnya, dan hanya kata “Kun Fayakun”, maka terjadilah apa yang Dikehendaki-Nya.