Bagaimanakah Awal Munculnya Antropologi Sastra?

image
Sastra dan antropologi adalah cabang keilmuan yang humanistis.

Bagaimanakah awal munculnya antropologi sastra?

Munculnya Antropologi Sastra

Munculnya antropologi sastra tampaknya memang sebuah keharusan zaman. Hal ini bukan tanpa alasan karena belakangan memang banyak karya sastra yang —sengaja atau tidak—berusaha menyembunyikan berbagai hal tentang sikap dan perilaku budaya suatu masyarakat. Kandungan sastra yang memuat aspek kultural ternyata tidak cukup dibongkar menggunakan kacamata sosiologi sastra, tetapi juga memerlukan antropologi sastra. Antropologi sastra adalah upaya memahami sastra lewat latar belakang budaya. Penciptaan sastra diasumsikan tidak akan lepas dari budaya yang mengitarinya.

Sastra dan antropologi adalah cabang keilmuan yang humanistis. Keduanya dipandang humanistis karena banyak terkait dengan kehidupan manusia. Banyaknya ahli sastra yang kuliah di Program Studi Antropologi juga akan memengaruhi kehadiran cabang ilmu antropologi sastra. Begitu pula orang-orang yang kuliah di Program Studi Sastra dan Antropologi yang menjadi sastrawan, juga sering memengaruhi munculnya antropologi sastra.

Keterkaitan antara antropologi dan sastra adalah salah satu ilmu yang banyak memperhatikan estetika seni. Ivan Brady menyebut sebagai ilmu pengetahuan artfisial, artinya ilmu yang penuh keindahan. Ini adalah wacana ketika keindahan dan tragedi dunia yang secara tekstual diterapkan dengan cermat serta pemahaman subjektif terhadap penulis.

Produknya adalah menyimulasikan situasi yang dikaji dengan semua keuntungan imajinatif yang secara puistis diciptakan dengan keahlian prosais. Ini adalah harapan saya bahwa antropologi sastra secara puitis tidak hanya akan memberikan kontribusi untuk kanon antropologi, tetapi juga akan berguna bagi interdisipliner.

Realitas interdisiplin keilmuan sastra dan antropologi dapat terjadi karena tiga alasan, yaitu:

  1. Sastrawan hidup dalam konteks budaya yang bermacam-macam, penuh tantangan, dan kadang-kadang juga menggoda;
  2. Sastrawan tidak mungkin steril dari pengaruh lingkungan hidup, peniruan budaya yang berpola;
  3. Sastrawan menjadi penyambung regenerasi budaya agar terjadi pewarisan.

Atas dasar tiga hal itu, interdisipliner penelitian sastra semakin tidak terhindarkan. Hubungan antropologi dan sastra semakin erat dan manis.

Antropologi dan sastra sudah menarik perhatian Benson (1993) yang berusaha menulis buku Anthropology and Literature. Dia berusaha menelusuri dan menyandingkan antropologi dan sastra. Lewat pengantar buku tersebut, dia menyatakan bahwa karyanya merupakan reinkarnasi dari edisi khusus Journal of the Steward Anthropological Society. Melihat judul jurnal ini, berarti ada keterkaitan pula antara sastra, antropologi, dan sosial. Kaitan sastra dan antropologi menumbuhkan antropologi sastra. Adapun kaitan antara sastra dengan keadaan sosial telah banyak dibahas dalam sosiologi sastra.

Lewat pengantar singkat, Benson (1993) menjelaskannya dengan mengucapkan terima kasih kepada Peter Heinric yang mau mengedit jurnal dengannya selama empat tahun dan Thomas Riley, Kepala Departemen Antropologi yang membantunya dalam mempertahankan jurnal dan untuk volume jurnal itu, editor jelas bertanggung jawab. Biarpun belum langsung menyentuh antropologi sastra, jurnal itu sudah cukup membuka mata terhadap perkembangan antropologi, bahkan Benson juga merasa berutang budi kepada para kontributor jurnal yang dibuat oleh Edward Bruner yang mengajak merenungkan perspektif interpretasi dan integrasi dalam bidang antropologi sastra.

Antropologi sastra sebagai ilmu baru untuk memahami kehidupan manusia memang memiliki perspektif khusus. Interpretasi merupakan pisau analisis yang tajam untuk memahami kehidupan sosio kultural dan estetikanya. Pendek kata, antropologi sastra adalah ilmu yang menekankan pemahaman karya sastra dalam kaitannya dengan unsur-unsur sosio kultural budaya.

Manusia hidup itu penuh simbol. Mereka juga gemar berintegrasi satu sama lain. Tentu ada alasan khusus, mengapa mereka suka berkumpul dan melahirkan simbol-simbol. Hal ini sangat tepat dibedah lewat antropologi sastra. Lewat antropologi sastra, perhatian ilmuwan terhadap karya sastra menjadi semakin unik dan terbuka bagi jalan baru antropologi dan sastra.

Proyek penelitian sastra sejak tahun 1984 memang sudah semakin luas, menuju aspek ekstrinsik, antara lain sosiologi sastra, psikologi sastra, dan filsafat sastra. Penelitian demikian berkembang lagi dengan hadirnya antropologi sastra sebagai interdisipliner sastra dengan budaya. Kontribusi antropologi dalam pemahaman sastra ternyata cukup penting untuk mengungkap karya-karya sastra yang bernuansa etnografi.

Dalam kaitan itu, sastra sebagai cermin hidup manusia tidak akan lepas dari budaya yang mengitarinya. Sastrawan hidup dalam aneka segi budaya, bahkan seringkali hidup dalam posisi plural. Sastrawan menempati ruang hidup yang senantiasa berkomunikasi dalam berbagai tradisi. Sastrawan yang hidup di metropolitan dan pedesaan tentu memiliki perbedaan. Itulah sebabnya penelitian antropologi sastra akan menjawab berbagai hal yang terkait dengan etnisitas.

Sastra memiliki roh dan menyimpan ideologi kultural. Biasanya, para sastrawan juga lebih sensitif terhadap perubahan budaya. Itulah sebabnya sastra layak dipelajari melalui antropologi sastra. Antropologi adalah ilmu tentang manusia, bagaimana mereka bertindak secara simbolis. Tugas antropolog sastra adalah menemukan keindahan unsur sastra yang dibangun atas konteks budaya. Perlu diingat bahwa manusia adalah makhluk berbudaya yang gemar berpikir, mencipta, belajar, dan berubah setiap saat.

Referensi

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131872518/penelitian/metodologi-antropologi-sastra.pdf