BagaimanaHubungan Antara Academic goal orientation Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa SMA?

image

BagaimanaHubungan Antara Academic goal orientation Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa SMA?

Hubungan Antara Academic goal orientation Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa SMA


Siswa SMA dalam tahap perkembangannya dikatagorikan sebagai remaja pertengahan. Remaja dalam tugas perkembangannya disiapkan untuk menentukan masa depannya antara lain menentukan karir, pasangan dan lain-lain. Tugas perkembangan masa remaja adalah kemandirian baik emosional dan ekonomi serta memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga. Kemandirian dari remaja tersebut juga dapat dilihat salah satunya dengan kemandirian mereka dalam belajar. Ormrod (2008) menyatakan bahwa pada usia remaja, siswa memiliki karakteristik pengaturan diri yaitu diantaranya memiliki penetapan tujuan dengan rentang yang lebih panjang, hal ini sesuai pendapat Mappiare (1982) bahwa pada masa remaja, minat dan cita-cita berkembang, dan hal itu bersifat pemilihan dan berarah-tujuan; meningkatnya penguasaan strategi belajar; serta adanya vasiasi yang besar dalam hal kemampuan mengatur sendiri pembelajaran, khususnya dalam aktivitasaktivitas belajar mandiri.

Eccles & Wigfield (2000, dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa usia remaja merupakan usia kritis dalam hal prestasi, khususnya usia 15-18 tahun yaitu usia ketika memasuki Sekolah Menengah Atas. Remaja mulai memikirkan tentang prestasi yang dihasilkannya, dan prestasi ini terkait dengan bidang akademis mereka. Remaja bahkan sudah mampu membuat perkiraan kesuksesan dan kegagalan mereka ketika mereka memasuki usia dewasa. Remaja pada usia ini juga menganggap bahwa keberhasilan dan kegagalan yang mereka alami saat ini adalah sebagai prediktor bagi keberhasilan dan kegagalan di masa depan ketika dewasa nanti. Untuk mencapai prestasi akademik yang baik, remaja dituntut untuk memiliki sikap mandiri dalam belajar.

Kemandirian belajar diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai suatu kompetensi, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Kemandirian dalam belajar merupakan aktivitas belajar yang berlangsung karena didorong oleh kemauan, pilihan dan tanggung jawab sendiri dari siswa.

Kemandirian belajar pada siswa ini sangat penting, karena dengan kemandirian belajar tersebut siswa dapat berprestasi secara optimal. Para peneliti telah menemukan bahwa remaja yang berprestasi tinggi adalah seorang siswa yang mampu meregulasi dirinya sendiri atau melakukan kemandirian dalam belajar (Boekaerts, 2006; Schunk & Zimmerman, 2003; Zimmerman & Schunk, 46 2004, dalam Santrock, 2007). Karena remaja yang berprestasi tinggi dapat memonitor dirinya sendiri ( self-monitor ) terhadap proses belajarnya dan secara sistematis mengevaluasi kemajuan yang dicapai ketika berusaha mencapai tujuan dibandingkan dengan remaja yang berprestasi rendah (Santrock, 2007).

Namun pada kenyataannya, masih banyak siswa yang belum memiliki kemandirian dalam belajar. Banyak dari mereka yang berpendapat bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran hanya terletak pada pencapaian hasil belajar yang dimanifestasikan dalam bentuk nilai, bukan pada penguasaan kompetensinya. Akibatnya banyak ditemukan kecurangan-kecurangan akademik seperti siswa yang saling mencontek pada saat ulangan atau siswa-siswa yang saling bekerjasama mengirim jawaban lewat telepon genggam ketika ulangan dan ujian berlangsung. Bentuk kemandirian siswa yang masih rendah juga dapat dilihat dari banyaknya siswa yang belum bisa mengatur dan mengontrol kegiatan belajar mereka, baik di sekolah maupun di rumah. Mereka hanya menerima materi pelajaran yang diberikan oleh guru saja tanpa mempelajarinya lebih lanjut atau mencari referensi lain yang relevan untuk mendalami materi tersebut.

Menurut Schunk, dkk (2008), siswa dengan tujuan dan efikasi diri dalam mencapai keinginannya cenderung akan terlibat dalam kegiatan yang dia percaya dapat menunjang keinginannya dengan memperhatikan proses, berlatih mengingat informasi, berusaha dan bertahan. Sesuai dengan pendapat Slavin (2009) dalam bukunya, yang menyatakan bahwa pembelajaran mandiri berkaitan dengan sasaran siswa. Kedua pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa goal orientation yang jelas akan membentuk kemandirian belajar yang baik pula, karena komponen dari kemandirian belajar adalah perencanaan yang terarah.

Perencanaan terarah siswa adalah goal orientation siswa, dimana orientasi tujuan akan menjadi pendorong siswa untuk berusaha. Schunk, dkk (2008) juga menyatakan bahwa ketika individu tidak memiliki komitmen untuk mencapai tujuan maka dia tidak akan bekerja maksimal dan tidak memiliki keinginan untuk berprestasi. Goal adalah pencapaian yang penemuhannya diperjuangkan oleh seseorang (Locke & Latham dalam Woolfolk, 2009). Menurut Woolfolk (2009: 200), goal orientation adalah pola keyakinan tentang tujuan-tujuan yang mengarah pada prestasi belajar. Adanya goal orientation yang jelas akan melibatkan siswa ke dalam goal directed behavior (perilaku yang mengarah pada tujuan). Goal orientation terdiri dari dua jenis, yaitu academic goals (tujuan akademik) dan social goals (tujuan sosial). Penelitian ini lebih terfokus pada pembahasan academic goals , karena orientasi tujuan ini berkaitan erat dengan kegiatan belajar mandiri pada siswa (Arias, 2004).

Oleh karena itu, dengan adanya academic goal orientation diharapkan siswa dapat menampilkan kemandirian belajar. Jadi antara academic goal orientation dengan kemandirian belajar memiliki hubungan positif, semakin tinggi academic goal orientation maka semakin tinggi kemandirian belajar siswa, begitupun sebaliknya apabila semakin rendah academic goal orientation maka semakin rendah kemandirian belajar.