Bagaimana wisata ke Gunung Bromo di Jawa Timur Indonesia?

Bromo
Gunung Bromo adalah salah satu daya tarik Indonesia di mata internasional saat ini, gunung yang memiliki tinggi kurang lebih 2400 meter diatas permukaan laut ini memiliki hawa yang sejuk, dengan pemandangan rindangnya pepohonan di area gunung, serta memiliki gurun pasir yang layaknya ada di wilayah gurun timur tengah sana.

Menurut pengalaman saya, salah satu daya tarik yang paling memikat hati dari para traveller domestik maupun dari mancanegara untuk mengunjungi gunung Bromo ini adalah pemandangan ketika terjadinya sunset ketika dilihat dari puncak gunung Bromo ini. Jika para traveller ingin melihat momen menakjubkan ini disarankan untuk berangkat ke Bromo saat tengah malam lebih tepatnya pukul 1 malam jika Anda menginap di penginapan di daerah kota Malang.

Apakah Anda ada pengalaman menarik mengunjungi gunung Bromo, silahkan ceritakan di kolom komentar dibawah ini!

Pada akhir bulan September yang lalu kami rombongan dosen dari kampus melakukan acara rekreasi ke Gunung Bromo, kota Malang, dan kota Batu. Tujuan utama sebenarnya ke Gunung Bromo yang merupakan ikon wisata Jawa Timur yang terkenal itu. Sungguh saya belum pernah pergi ke Gunung Bromo, jadi ini jalan-jalan pertama saya ke Bromo.

Gunung Bromo adalah salah satu puncak gunung di Pegunungan Tengger. Mendengar kata Tengger kita pasti teringat suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo. Orang Tengger umumnya beragama Hindu. FYI, menurut sejarah, suku Tengger adalah sisa penduduk Kerajaan Majapahit pada zaman dulu yang menolak agama Islam. Ketika Islam berkembang di Pulau Jawa melalui para Wali Songo, penyebarannya pun sampai ke kerajaan Majapahit. Sebagian penduduk Majapahit yang tidak mau masuk Islam mengungsi ke dua tempat, yang pertama ke Pegunungan Tengger menjadi suku Tengger, sebagian lagi menyeberang ke Pulau Bali, berasimilasi dengan penduduk asli di sana, dan menyebarkan agama Hindu di Pulau Bali. Demikian flashback sejarah yang saya ingat, CMIIW. Kalau kita melewati rumah-rumah suku Tengger, kita melihat keserupaan dengan desa-desa di Bali. Di depan rumah orang Tengger terdapat pura kecil tempat menaruh sesaji.

Pengalaman saya ketika itu, mereka bilang tarifnya seratus ribu rupiah pulang pergi, tetapi ketika sudah sampai di kaki Gunung Bromo (perhentian terakhir menjelang tangga naik), mereka mengatakan tarifnya Rp100.000 untuk sekali jalan saja, kalau pulang pergi Rp150.000. Wah, saya pikir ini cara yang tidak baik, dan mencemari citra wisata Gunung Bromo. Begitu saja sih, agak gaenak saja gitu,