Bagaimana tatalaksana keperawatan pada pasien Demensia?

Demensia seringkali dialami oleh orang berusia lanjut. Karena sangat pelupa, pasien demensia perlu perhatian khusus.

Bagaimana tatalaksana keperawatan pada pasien demensia?

Definisi demensia menurut WHO adalah sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan. Kesadaran pada demensia tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif biasanya disertai dengan perburukan kontrol emosi, perilaku, dan motivasi.

Asuhan Keperawatan Pasien Demensia

Strategi komunikasi yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien demensia antara lain :

  1. Dekati klien dari depan, jangan dari belakang untuk mencegah respons terkejut.

  2. Orientasi dan perkenalkan diri kepada klien dengan tepat.

  3. Berbicara dengan perlahan, tenang, dan tidak terburu-buru.

  4. Bantah klien secara perlahan tentang kesalahan persepsinya setelah terjalin hubungan saling percaya.

  5. Gunakan sentuhan yang bijaksana, dan minta ijin sebelum menyentuh klien.

  6. Perinci setiap perintah menjadi langkah-langkah sederhana yang dapat dicapai.

  7. Perhatikan saat klien menggunakan konfabulasi (suka mengarang hal-hal yang tak bisa diingatnya/ membual).

  8. Buat pernyataan yang spesifik dan terfokus (misal: “Anda perlu menggunakan jaket Anda”), jangan diberikan secara abstrak.

  9. Berkomunikasi secara nonverbal jika klien sudah kehilangan penggunaan bahasa.

Diagnosa keperawatan: risiko terhadap trauma/cedera.


Tujuan khusus 1: klien dan anggota keluarga akan mengamankan segala bentuk bahaya yang mungkin terjadi di dalam lingkungan rumah. Kriteria hasil (nursing out come):

  1. Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/cedera.

  2. Tidak mengalami trauma/cedera.

Intervensi:

  1. Ciptakan agar lingkungan aman dengan cara menyimpan semua benda yang berpotensi berbahaya.

    Rasional: penatalaksanaan lingkungan merupakan prioritas utama jika klien berada di lingkungan komunitas dalam waktu yang lama.

  2. Identifikasi tempat yang aman bagi klien di dalam rumah, dan pertahankan supaya tempat tersebut tetap aman bebas dari bahaya.

    Rasional: keamanan ditingkatkan dengan cara menyimpan benda-benda yang dapat menimbulkan bahaya yang ada di lingkungan rumah.

  3. Simpan semua benda yang berbahaya ke dalam tempat yang aman, terkunci dan diberi label.

    Rasional: tindakan ini mencegah klien supaya tidak menggunakan atau kontak dengan benda berbahaya tersebut, misalnya zat toksik.

  4. Simpan semua obat-obatan yang tidak diresepkan, seperti aspirin, obat batuk, dan semua obat yang sudah kadaluarsa atau potensial berbahaya, misalnya obat tidur dan narkotik.

    Rasional: tindakan ini mencegah klien supaya tidak memiliki akses dengan obat-obatan yang berpotensi berbahaya, mengkonsumsinya secara sembarangan dan tidak benar, serta menggunakannya untuk bunuh diri.

  5. Beri label pada ruangan dan pintu, dengan menggunakan nama atau sebuah gambar benda.

    Rasional: hal ini memberikan suatu panduan ke lingkungan untuk klien yang mengalami gangguan kognitif.

  6. Pasang pagar pengaman, dan perlengkapan pengaman lain, di tempat tidur, kursi dan pintu.

    Rasional: perlengkapan pengaman dapat mencegah terjatuh, dan memungkinkan intervensi yang sesuai.

Tujuan khusus 2: klien berpartisipasi dalam aktivitas kegiatan sehari-hari (ADL) yang menyenangkan dengan pengawasan yang ketat.

Kriteria hasil (nursing out come):

  1. Meningkatkan tingkat aktivitas.

  2. Keluarga mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya.

Intervensi:

  1. Dampingi klien selama ambulasi, dan bawa klien ke luar ruangan untuk olah raga jika memungkinkan.

    Rasional: ambulasi dan olah raga meningkatkan sirkulasi dan kesejateraan seluruh kondisi fisik.

  2. Beritahu tempat lain (kantor polisi, rumah sakit, lingkungan rumah sekitar) yang tepat yang mungkin akan klien datangi ketika berjalan-jalan.

    Rasional: terbentuknya kesadaran masyarakat mengenai kecenderungan klien untuk berjalan-jalan akan membantu meningkatkan keamanan klien untuk kembali.

  3. Minta klien untuk mengenakan tanda pengenal medis, jika memungkinkan.

    Rasional: identifikasi yang mudah dikenal sangat penting untuk keamanan klien.

  4. Jika klien merokok, awasi secara ketat dan larang klien untuk memiliki korek api.

    Rasional: hal ini menghilangkan kemungkinan timbulnya luka bakar atau kebakaran.

  5. Minimalkan dan awasi secara ketat setiap pengolahan makanan atau minuman.

    Rasional: karena terdapat gangguan daya nilai, klien dapat melukai dirinya sendiri jika diijinkan untuk menggunakan benda-benda tajam dan perlengkapan memasak.

Diagnosa keperawatan: defisit perawatan diri.


Tujuan khusus 1: klien memaksimalkan partisipasi dalam aktivitas personal hygiene, ke toilet, dan aktivitas perawatan diri.

Kriteria hasil (nursing out come):

  1. Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.

  2. Mampu melakukan aktivitas personal hygiene sesuai dengan tingkat kemampuan.

  3. Mampu melakukan aktivitas ke toilet sesuai dengan tingkat kemampuan.

Intervensi:

  1. Identifikasi kesulitan dalam melakukan aktivitas perawatan diri (perawatan rambut/kuku/kulit, berpakaian, berdandan), personal hygiene (mandi dan menggosok gigi), dan toileting (eliminasi urin dan alvi), seperti keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi, dan penurunan kognitif.

    Rasional: memahami penyebab yang memengaruhi intervensi. Masalah dapat diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli lain.

  2. Identifikasi kebutuhan perawatan diri (perawatan rambut/kuku/kulit, berpakaian, berdandan), personal hygiene (mandi dan menggosok gigi), dan toileting (eliminasi urin dan alvi), dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.

    Rasional: Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan perawatan diri, personal hygiene, dan toileting dilupakan. Panas (misal infeksi, penyakit gusi, dan penampilan kusut) terjadi saat klien/perawat terintimidasi dengan memelihara masalah yang ada.

  3. Dorong klien untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri (perawatan rambut/kuku/kulit, berpakaian, berdandan) dan personal hygiene (mandi dan menggosok gigi), dan toileting (eliminasi urin dan alvi) yang dapat dilakukan dengan aman, mandiri dan tanpa mengeluarkan banyak energi.

    Rasional: partisipasi dalam aktivitas perawatan diri dan personal hygiene akan meningkatkan harga diri dan mempertahankan tonus kelompok-kelompok otot.

  4. Miliki perlengkapan khusus, seperti tempat duduk toilet yang dapat ditinggikan atau pagar pengaman.

    Rasional: ketersediaan perlengkapan khusus meningkatkan performansi aktivitas mandi dan ke toilet.

  5. Dorong klien untuk mengenakan pakaian yang rapi dan nyaman.

    Rasional: klien perlu mempertahankan sensasi diri yang positif.

  6. Bantu klien mengenakan pakaian yang rapi dan indah.

    Rasional: meningkatkan kepercayaan untuk hidup.

  7. Sediakan pakaian yang mudah digunakan, misalnya pakaian dengan karet pinggang dan perekat (velkro).

    Rasional: pakaian yang mudah digunakan memfasilitasi kemandirian dalam berpakaian.

  8. Gabungkan kegiatan harian ke dalam jadual aktivitas. Ubah waktu untuk berpakaian atau kebersihan klien jika masalah meningkat.

    Rasional: mempertahankan kebutuhan rutin, mencegah kebingungan yang semakin memburuk dan meningkatkan partisipasi klien.

Tujuan khusus 2: klien mempertahankan jadual tidur, istirahat dan aktivitas yang cukup.

Kriteria hasil (nursing out come):

  1. Memahami faktor penyebab gangguan tidur.

  2. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat.

  3. Tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.

Intervensi:

  1. Buat jadual aktivitas yang mencakup periode istirahat setelah melaksanakan aktivitas.

    Rasional: hal ini penting untuk mencegah klien dari keletihan.

  2. Jangan menganjurkan klien tidur siang apabila berakibat efek negative terhadap tidur pada malam hari.

    Rasional: irama sirkadian (siklus tidur-bangun) yang tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang yang singkat.

  3. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien (misalnya dengan memberi susu hangat).

    Rasional: mengubah pola yang sudah terbiasa dari asupan makan klien pada malam hari terbukti mengganggu tidur.

  4. Memberikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur, seperti mematikan lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai, dan menghindari kebisingan.

    Rasional: hambatan kortikal pada formasi retikular akan berkurang selama tidur, meningkatkan respon otomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadap suara meningkat selama tidur.

  5. Pantau toleransi aktivitas klien dengan memberikan kegiatan sesuai kemampuan, jika mungkin buat program olahraga harian.

    Rasional: olahraga mempunyai efek kardiovaskular yang positif dan meningkatkan kesehatan emosi.

  6. Beri kesempatan pada klien untuk ikut serta dalam aktivitas sosial yang sederhana dan sudah dikenal serta aktivitas yang berorientasi pada tugas, seperti saling membantu dalam melakukan tugas dalam keluarga.

    Rasional: partisipasi dalam aktivitas meningkatkan sosialisasi, orientasi, dan kesenangan.

  7. Tentukan bagaimana pengaruh olahraga, jam istirahat, dan aktivitas terhadap kemampuan tidur klien.

    Rasional: dengan memantau pola istirahat tidur, perawat dapat menentukan kondisi terbaik untuk meningkatkan tidur.

  8. Anjurkan klien tidur menggunakan kaos kaki atau pakain tertentu.

    Rasional: memberikan keamanan, mengubah, mengurangi pemberontakan dan memudahkan beristirahat.

  9. Buat jadual tidur secara teratur.

    Rasional: penguatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan.

Diagnosa keperawatan: ketegangan pemberi asuhan.


Tujuan khusus 1: anggota keluarga mendiskusikan perasaan konflik dan perasaan ambivalen tentang klien.

Kriteria hasil (nursing out come):

  1. Mampu mengungkapkan perasaan konflik tentang klien.

  2. Mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif.

Intervensi:

  1. Bantu anggota keluarga untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaan mereka mengenai situasi.

    Rasional: hal ini wajar bagi orang untuk merasa bingung, takut, merasa bersalah, dan berduka cita jika salah satu anggota keluarga didiagnosis menderita penyakit Alzheimer.

  2. Diskusikan situasi yang secara khusus membuat stres orang yang merawat klien, misalnya mengatasi sikap kecurigaan, kecemasan, dan perilaku bermusuhan dari klien.

    Rasional: mengajarkan pada keluarga cara menangani perilaku yang membuat stres ini akan meningkatkan pengendalian situasi.

  3. Didik anggota keluarga tentang cara mengatasi penurunan kemampuan pada klien.

    Rasional: pengetahuan dan kemampuan mengatasi situasi, mengurangi rasa kecemasan dan perasaan tidak berdaya.

  4. Atur pelaksanaan terapi keluarga untuk menghindari situasi stres yang akan berkembang menjadi sebuah krisis.

    Rasional: sebuah keluarga yang berada dalam krisis atau sedang di ambang krisis memerlukan bantuan yang akan memprakarsai perilaku koping.

  5. Diskusikan dengan keluarga tentang kebutuhan untuk memperoleh konsultasi pelayanan kesehatan jika kondisi klien semakin menurun.

    Rasional: perencanaan akan memberi waktu bagi keluarga untuk mendiskusikan serangkaian tindakan terbaik yang harus dilaksanakan karena kebutuhan klien akan perawatan semakin meningkat.

Tujuan khusus 2: keluarga mengembangkan jaringan sumber dan mengetahui cara mengakses sumbersumber komunitas untuk memperoleh dukungan dan bimbingan.

Kriteria hasil (nursing out come):

  1. Keluarga mendapatkan sumber-sumber pendukung dan bimbingan pelayanan kesehatan.

Intervensi:

  1. Diskusikan sumber-sumber yang diperlukan untuk menyediakan perawatan yang aman dan cukup.

    Rasional: sumber daya manusia dan dana harus dianggarkan dan disediakan sebelum perawatan yang efektif dapat dimulai.

  2. Rumuskan suatu rencana untuk memperoleh bantuan dari anggota keluarga yang lain, tetangga, dan teman-teman jika diperlukan.

    Rasional: pendelegasian tugas dan tanggung jawab mengurangi energi yang dikeluarkan oleh perawat klien serta mengurangi tingkat ansietas.

  3. Bicarakan dengan pemberi perawatan klien mengenai kebutuhan untuk membuat sebuah rencana guna mempertahankan kesejahteraan klien, termasuk waktu istirahat, olahraga, dan rekreasi.

    Rasional: pemberi perawatan perlu mengetahui bahwa stresor dan tekanan-tekanan yang terjadi setiap hari meningkatkan kerentanan mereka terhadap penyakit.

  4. Ajarkan pemberi perawatan tentang cara menghindari stres dan demontrasikan keterampilan menangani stres.

    Rasional: pemberi perawatan harus tahu cara mengelola stresor dan mencegah agar mereka tidak mengalami keletihan akibat pekerjaan dan tanggung jawab yang berlebihan.

  5. Buat rencana perawatan alternatif untuk klien.

    Rasional: rencana pendukung darurat harus tersedia di tempat sehingga mereka dapat dimobilisasi jika kebutuhan terjadi.

  6. Dapatkan sebuah daftar referensi pelayanan medis yang tersedia, khususnya perawatan kesehatan di rumah dan respite care.

    Rasional: kemampuan keluarga untuk mengakses pelayanan yang penting akan memampukan klien tetap berada dalam komunitas dan menunda kebutuhan akan pelembagaan.

image
Gambar Demansia dan Related Disorders

Terapi:


Penangan medis untuk demensia bersifat paliatif dan suportif. Pengobatan diberikan untuk membantu mengatasi kecemasan, depresi, perilaku agresif, dan perilaku paranoid, juga untuk menggantikan neurokimia di otak. Terapi kelompok didasarkan bahwa perawatan harus meningkatkan tingkat fungsi tertinggi yang mungkin dapat dicapai klien.

Tujuan utama terapi adalah perawatan diri dan hubungan dengan lingkungan sosial dan keluarga.

Terapi medis:

  1. Lakukan pemeriksaan fisik dan uji diagnostik untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab demensia.

  2. Tangani semua masalah fisiologis secara medis.

  3. Berdasarkan gejalanya, tangani depresi, ansietas, dan insomnia.

  4. Pertahankan kesehatan fisik dan dukung tingkat fungsi yang optimal.

  5. Antidepresan trisiklik dapat digunakan untuk mengobati depresi.

  6. Antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan risperidon (Resperdal), dapat digunakan dalam dosis rendah untuk mengobati ansietas dan agitasi.

  7. Vasodilator sering digunakan untuk meningkatkan sirkulasi otak dan meningkatkan kognisi.

  8. Takrin (Cognex) dan donepezil (Aricept) menghalangi penguraian asetilkolin dan berguna dalam memperlambat progresi gejala pada klien yang memiliki penyakit Alzheimer tahap awal atau sedang.

  9. Pengobatan yang merangsang kerja neurotransmitter sedang diteliti.

Terapi kelompok:

  1. Tingkatkan orientasi ke lingkungan, dan diskusikan secara singkat peristiwa-peristiwa terkait yang baru saja terjadi.

  2. Diskusikan keadaan di sini dan saat ini untuk periode waktu yang singkat.

  3. Dorong terapi mengenang, yang berfokus pada berbagai pengalaman tentang memori masa lalu.

  4. Batasi pembicaraan pada hal-hal yang sudah dikenal dan bermakna untuk meberi penguatan pada realita dan mendorong klien untuk berpartisipasi.

  5. Bantu para partisipan untuk berbicara mengenai masa lalu mereka sebagai cara untuk meningkatkan harga diri.

  6. Dorong klien untuk berbicara dengan orang lain.

Terapi di keluarga:

  1. Sediakan informasi dan dukungan emosional untuk keluarga selama tiga fase demensia.

  2. Bantu keluarga untuk membentuk jaringan pendukung sosial.

  3. Ajarkan kepada keluarga cara menangani atau memperjuangkan kebutuhan perawatan diri klien.

  4. Identifikasikan sumber-sumber komunitas, layanan keperawatan dan layanan pembantu rumah tangga yang terampil, serta kelompok pendukung untuk pemberi perawatan dan anggota keluarga yang lain.

  5. Evaluasi lingkungan rumah, dan bantu keluarga untuk menciptakan perubahan yang penting bagi keamanan.

  6. Dorong anggota keluarga untuk menyatakan secara verbal perasaan, kekhawatiran, dan rasa frustasi mereka berkenaan dengan situasi yang mereka hadapi.

  7. Bantu anggota keluarga untuk mengantisipasi rasa berduka karena kehilangan orang yang mereka cintai.

KESIMPULAN DAN SARAN


Asuhan keperawatan yang diberikan kepada lansia berupa home care untuk mempertahankan individualitas dan pemberdayaan dengan menggunakan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana, tindakan, dan evaluasi) yang dikonsentrasikan untuk mengukur efek kerusakan dalam kemampuan untuk berkomunikasi, mobilisasi, dan terlibat dalam aktivitas sosial.

Tindakan keperawatan selanjutnya berfokus pada memfasilitasi adaptasi individu guna mengembalikan kesejahteraan dan kemandirian Saran yang dapat diberikan adalah menyiapkan dan mendukung kebutuhan yang diperlukan untuk para lansia dengan demensia. Kemungkinan strategi untuk dukungan yang lebih efektif meliputi asuhan keperawatan dalam merawat lansia dengan demensia, dan meningkatkan kerja sama antar perawat lansia.

Sumber :

Kushariyadi, Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home Care.