Bagaimana tantangan dan mekanisme ekspor-impor produk pangan yang efektif saat pandemi Covid-19?

Untuk memastikan distribusi pangan lancar, Kementerian Pertanian bersama Kementerian Perdagangan dan Bulog terus memonitor kebutuhan dan ketersediaan pangan. Secara bersama pula, pemerintah akan mengembangkan strategi sistem logistik nasional dalam rangka menyederhanakan rantai distribusi pangan.

Sebagai bagian dari efisiensi rantai distribusi pangan, Kementan menggaet perusahaan layanan distribusi online maupun start up yang bergerak di rantai pemasaran. Jelas terlihat komitmen dari para pelaku layanan penjualan dan distribusi online ini dalam upaya menyerderhanakan rantai pemasaran produk pertanian, seperti Tokopedia, Gojek, Grab, Blibli, Tani Hub dan Kedai Sayur dan lainnya.

Juga perlu digarap dan dilanjutkan partisipasi swasta yang turut menjembatani petani sebagai produsen dengan konsumen. Misal, Lazada bersama dengan Rumah Sayur yang berkolaborasi membantu 2.500 petani binaan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk menjual hasil panen melalui laman Γ‡ari Sayur.

Tentu negara membutuhkan partisipasi semua pihak dan terus mendukung serta memfasilitasi gerakan-gerakan masyarakat seperti ini. Bagaimanapun, masalah pangan nasional bukan hanya tanggung jawab dan kepentingan dari kementerian, petani, ataupun pelaku dunia usaha, namun seluruh warga negara.

1 Like

Tantangannua adalah bagaimana caranya kegiatan ekspor-impor pangan dapat tetap berlangsung tanpa meningkatkan resiko penyebaran virus corona. Cara menjawab tantangan ini adalah dengan menyediakan mekanisme ekspor-impor terkontrol yang menaati protokol kesehatan. Misalnya dengan memastikan kebersihan produk pangan, memastikan petugas ekspor-impor dalam keadaan sehat dan negatif corona, dan menjaga produk pangan dari kontaminasi udara bebas yang mungkin terdapat virus corona.

1 Like

Menurut saya, pandemi covid-19 memberikan tantangan yang sangat besar dalam mekanisme ekspor-impor komoditas pangan. Tetapi, dalam kondisi seperti ini, mau tidak mau distribusi pangan harus teteap berjalan karena semakin banyak masyarakat yang membutuhkan distribusi dan bantuan pangan karena dampak pandemi yang membuat banyak pekerja kehilangan dan sulit untuk melakukan pekerjaannya. secara aman, distribusi pangan wajib memperhatikan protokol kesehatan Covid-19. Pembukaan kebijakan impor oleh pemerintah menurut saya bisa menjadi dalah satu cara efektif dalam menjaga ketahanan pangan dalam negeri di masa pandemi ini

Pandemi covid 19 memang terasa menghambat hampir di semua aspek kehidupan, tak terkecuali di aspek pertanian tertutama dalam rantai pasok engspor dan impor.
Tantangan-tantangan yang dihadapi diantaranya yaitu pengurangan kapasitas untuk memproses, penutupan jalan dan pelabuhan, dan pembatasan transportasi, yang memperlambat produksi pertanian dan distribusi pangan dari produsen ke konsumen.

Namun, meskipun demikian, ternyata berdasarkan data bps Sektor pertanian mengalami kenaikan nilai ekspor pada periode Januari- Maret 2020. Disebutkan bahwa ekspor hasil pertanian mengalami pertumbuhan secara year on year (YoY) pada periode yang sama sebesar 16,23%. Hal ini tentu menjadi angin segar bagi perekonomian indonesia mengingat sektor lainnya justru cenderunh turun.

Upaya untuk meningkatkan neraca perdagangan yang dilakukan oleh menteri pertanian yaitu dengan menargetkan peningkatan ekspor pertanian tiga kali lipat melalui program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks). Gratieks tersebut merupakan ajakan kepada seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian untuk bekerja dengan cara yang tidak biasa. Bekerja dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, jejaring, dan kerja sama yang kuat. Selain itu di tengah pandemi seperti ini Kementerian Pertanian harus melindungi pelaku rantai pasokan dengan upaya-upaya kesehatan tambahan untuk memastikan lancarnya pasokan barang.

Menurut saya, adanya pandemi ini akan memberikan pengaruh terhadap kegiatan ekspor dan impor. beberapa negara telah menerapkan lockdown yang tentunya akan menghambat proses impor/ekspor, selain itu suatu negara pasti akan memikirkan terkait apakah bahan baku di negaranya akan mencukupi untuk kebutuhan dalam negeri sblm diberlakukan ekspor. Dampak dari hal ini antara lain adalah melambatnya produksi, terbatasnya akses transportasi dan logistik akibat ditutup atau dibatasinya saluran distribusi. Menurut saya mekanisme ekspor impor yang efektif dikala pandemi ini adalah dengan memanfaatkan sda yang melimpah di indonesia secara optimal, membenahi segala proses dan kebijakan agar tidak ada pihak yang di rugikan

Tantangan ekspor-impor produk pangan saat pandemic Covid-19 kita lihat dari kedua sisi ya, yaitu Demand side sama Supply side
Dari Demand side-nya:

  • Terjadi perubahan lifestyle selama pandemic, lebih banyak konsumsi makanan berbasis rumahan (home made)
  • Ada ketakutan akan kelangkaan selama pandemi mengakibatkan peningkatan permintaan shelf-stable products
  • Strong demand terjadi di produk rempah yg berfungsi sebagai immune booster (seperti kunyit, jahe).

Dari Supply side-nya:

  • Penutupan laboratorium untuk pengujian ekspor-impor
  • Penutupan bandar udara komersial internasional
  • Berkurangnya permintaan dari negara importir dikarenakan pemberlakuan karantina wilayah dan kebijakan lock down
  • Terputusnya rantai pasokan (global value chains) dan pendistribusian produk ke negara lain.
    Mekanisme yg efektif tentunya bisa terwujud ketika tantangan-tantangan di atas bisa terselesaikan. Menurutku masalah ini cukup kompleks, karena di satu sisi kita perlu menjaga ketahanan pangan yang mana masih tergantung pada komoditas impor, tapi di lain sisi kita tidak bisa mengabaikan protokol kesehatan terkait adanya kebijakan lock down di negara lain maupun PSBB di negara kita. Jadi yg perlu kita lakukan adalah menemukan alternatif pasokan pangan, bisa dari intensifikasi produksi pertanian lokal. Atau dari kita sendiri melaksanakan diversifikasi konsumsi pangan dan bisa juga melakukan pemanfaatan lahan pekarangan rumah kita untuk menanam tanaman pangan.

Tantangan ekspor-impor di pandemi ini yaitu terutama kegiatan ekspor di mana banyak negara yang melakukan lockdown untuk mencegah penyebaran covid-19 sehingga akan sulit mendapat perizinan ekspor ke negara tsb, selain itu di Indonesia sendiri juga membatasi impor guna mencegah penyebaran covid-19. Beberapa upaya/mekanisme pemerintah dalam hal tsb yaitu merelaksasi pungutan bea masuk serta non-tariff barriers (kuota dan persetujuan impor) atas produk esensial. Mengafirmasi komitmen para mitra dagang di kawasan, terutama negara-negara produsen bahan pangan, seperti Australia, Thailand, Vietnam, dan Myanmar untuk tetap memberikan akses pasar dan tidak melakukan export restrictions.

Adanya peringatan dari FAO terkait ancaman krisis pangan dan kemarau panjang yang bakal mengganggu produksi pangan, beberapa negara segera mengambil tindakan untuk membatasi ekspor pangannya, seperti Vietnam dan Thailand yang menangguhkan impor beras ke negara di Asia Tenggara. Selain itu, Rusia juga menahan impor gandum. Hal ini menjadi tantangan untuk setiap negara untuk memastikan stok pangan di negara masing-masing aman. Oleh karena itu, Indonesia harus lebih giat memproduksi pangan lokal dan memanfaatkan lahan yang belum dikelola.

Mekanisme ekspor-impor yang efektif yaitu bekerja sama dengan para eksportir untuk memanfaatkan pasar ekspor alternatif dan mencari negara alternatif lain untuk impor bahan pangan tertentu serta mendorong produksi pangan dalam negeri.

Tantangan yang terjadi pada kegiatan ekspor impor komoditas pangan saat pandemi ini salah satunya adalah pembatasan yang diterapkan oleh banyak negara maupun daerah di Indonesia. Pembatasan akses ini menyebabkan negara sulit melakukan ekspor impor untuk memenuhi kebutuhan pangan bangsa. Selain itu, negara yang bekerjasama dengan Indonesia juga khawatir akan kesehatan dan keamanan komoditi yang berasal dari Indonesia.
Mekanisme ekspor impor yang efektif dapat dilakukan dengan mencari negara alternatif lain untuk bekerjasama dalam kegiatan ekspor impor komoditas pangan dengan memperhatikan kesehatan dan keamanan komoditi yang diekspor.
Tantangan kegiatan impor ini menjadi peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan produktivitas komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, tentunya hal ini juga harus didukung oleh pemerintah misalnya dengan pemberian fasilitas ataupun bantuan lainnya.

Pandemi ini tentunya sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan kita yang mana salah satunya berkaitan dengan ekspor dan impor. Pastinya pandemi ini berpengaruh terhadap ekspor dan impor yang tidak hanya di negara kita tetapi juga negara-negara lainnya. Tahun ini menjadi begitu berat bagi seluruh negara. Seperti yang kita tahu bahwa beberapa bahan pangan dan barang lainnya juga diimpor dari negeri lain. Namun, saat pandemi ini, ekspor dan impor pastinya menemukan berbagai kendala. Bagaimana mengirim barang baik ekspor maupun impor juga mungkin mengalami kendala. Bagaimana menjaga kualitas barang baik bahan pangan maupun lainnya agar benar-benar higenis sampai kepada konsumen dan sangat terjaga kualitasnya. Karena kita tidak pernah tahu bagaimana perjalanan barang tersebut. Hal ini juga harus sangat diperhatikan. Belum lagi biaya pengiriman yang mungkin mengalami kenaikan dari sebelumnya akibat pandemi. Saya berharap bahwa apapun kendala yang ditemui bisa terselesaikan dengan baik.

1 Like

Menurut saya karena adanya wabah pademi Covid19 ini menyebabkan harga pangan menjadi meningkat, hal inilah yang menyebabkan rebutan bahan pokok di negara negara tertentu sehingga harga pangan pun melonjak tinggi. Akibat dari hal ini negara tertentu membatasi kegiatan ekspor impor karena negara tersebut mengutamakan pangan untuk negara itu sendiri.
Untuk mengatasi permasalahan itu pemerintah bisa lebih menekankan sistem pertanian khususnya kepada masyarakat agar lebih fokus pada pertaniannya agar hasilnya bisa lebih maksimal.

Masa pandemi sangat berpengaruh besar pada pemasaran. Pada lingkup provinsi saja sulit apalagi dalam lingkup ekspor dan impor. Tantangan ekspor dan impor yaitu pada tingkat kebutuhan produk. Seberapa besar produk tersebut memang harus di ekspor atau di impor. Hal tersebut berkaitan dengan protokol kesehatan yg sebaiknya jika masih bisa ditahan untuk tidak ekspor maupun impor kenapa harus dilaksanakan. Namun berkaitan dengan ketahanan pangan, dan pembangunan ekonomi ekspor dan impor tetap dilakukan dengan protokol kesehatan yg pastinya sangat ketat. Hal tersebut menjadi titik kritis produk.

Tantangan dari kegiatan ekspor impor di masa pandemi adalah penjaminan ketersediaan, keamanan pangan, dan lamanya waktu pendistribusian. Banyaknya akses yang dibatasi menyebabkan kendala-kendala tersebut semakin parah, terutama untuk beberapa komoditas yang bersifat rentan. Misalnya saja, negara membutuhkan pasokan bahan pangan produk hortikultura dalam jangka waktu tertentu. Akan tetapi, kegiatan ekspor impor itu tidak lantas dapat segera dilakukan mengingat keterbatasan ruang gerak dan persyaratan.
Rantai ekspor impor selama pandemi daat distabilkan dengan pemberian edukasi kepada masyarakat supaya meningkatkan produktivitas yang bersifat mandiri sehingga masyarakat lebih mampu dalam memenuhi kebutuhannya. Selain itu, kegiatan ekspor juga masih dapat dilakukan dengan catatan meningkatkan pengawasan produk yang diekspor oleh suatu negara. Pengawasan-pengawasan ini yang nantinya dapat menstabilkan rantai distribusi bahan pangan antar negara.

Pandemi Covid-19 berpotensi mengganggu sistem pangan Indonesia. Dengan berkurangnya pasokan domestik dan impor, kelangkaan pangan dan inflasi harga pangan dimungkinkan akan terjadi.
Peran pemangku kebijakan menjadi penting dengan sendiri nya disaat seperti ini. Terutama ketika kebijakan tadi, dampak nya menjadi semakin serius ditengah situasi yg sudah serius ini. Jika boleh saran, saya tulis ulang dari CIPS Indonesia
Maka,

  1. Pemerintah Indonesia sebaiknya mempertimbangkan untuk menghapus hambatan dagang pangan dan komoditas pertanian dengan mengeliminasi tarif dan melonggarkan persyaratan Surat Persetujuan Impor (SPI) untuk impor komoditas pangan utama. tujuannya agar harga impor komoditas pertanian meningkat ( berdasarkan prediksi)
  2. Diplomasi ekonomi Indonesia sebaiknya fokus untuk memastikan keberlanjutan pasokan pangan dari negara-negara pengekspor.
  3. Kementerian Pertanian harus melindungi pelaku rantai pasokan dengan upaya-upaya kesehatan tambahan untuk memastikan lancarnya pasokan barang
1 Like

Di masa pandemi saat ini tentu berpengaruh terhadap kegiatan ekspor-impor, aktivitas ekspor-impor terhambat, hal ini menjadi tantangan bagi suatu negara, karena kekhawatiran masyarakat terhadap barang yang masuk (impor) tidak steril.
Mungkin mekanisme yang bisa dilakukan, seperti lebih memberikan perhatian khusus kepada barang impor -ekspor, agar lebih steril, terjaga sampai tujuan.

Di masa pandemi saat ini tentu berpengaruh terhadap kegiatan ekspor-impor, aktivitas ekspor-impor terhambat, hal ini menjadi tantangan bagi suatu negara, karena kekhawatiran masyarakat terhadap barang yang masuk (impor) tidak steril.

Pemerintah telah menerbitkan relaksasi persyaratan impor terutama untuk alat kesehatan yang digunakan dalam penanganan virus Corona (COVID-19), serta komoditas pangan yang mengalami kelangkaan.

Namun, dalam pelaksanaannya, impor ini tak semulus yang diharapkan. Para importir masih harus menemui hambatan terkait perebutan stok yang diimpor dari suatu negara, kebijakan lockdown, dan sebagainya.

Khususnya untuk komoditas pangan, Indonesia juga akan segera memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Pada masa-masa itu, permintaan diproyeksi melonjak yang dapat mengakibatkan kenaikan harga. Padahal, sejak awal Maret lalu saja kenaikan harga pangan sudah terasa mulai dari beras, gula, bawang bombai, dan sebagainya.

Kecenderungan pasar global pertanian telah membuat ketergantungan impor bagi Indonesia sehingga akan menghambat pembangun kedaulatan pangan. Impor produk-produk pertanian selama ini terkesan seperti instrumen yang telah mengalahkan produk dalam negeri. Penyakit kronis tersebut harus diobati dengan segara dan pengobatan yang bisa diberikan, yaitu melalui adanya sebuah kebijakan yang bisa menjadikan pertanian dan pangan sebagai kepentingan nasional sehingga akan membuat aturan main menjadi jelas dan lugas. Selama ini pemerintah hanya terfokuskan pada revitalisasi riset dan kurang memprioritaskan masalah-masalah lain yang lebih krusial. Indonesia harus bisa keluar dari perangkap pangan maka semua masalah krusial harus segera diatasi, pemerintah harus bisa berpihak pada petani dengan mensejahterakannya karena petani memegang peran penting sebagai produsen bahan pangan. Pemerintah harusnya juga bisa membuat aksesibilitas berjalan secara efesien dan berkeadilan serta diperlukan peningkatan distribusi. Persoalan yang tak kalah penting, yaitu pemerintah harusnya bisa mendeversifikasikan bahan pangan secara tepat kepada masyarakat dan kenyatannya selama ini semua masalah krusial tersebut belum dijadikan prioritas oleh pengambil kebijakan.

Pemerintah dalam mengatasi persoalan kecenderungan pasar global pertanian di tengah pandemi Covid-19 yang juga dihadapkan pada tantangan terjadinya krisis pangan, telah memutuskan untuk mengurangi ketergantungan impor. Instruksi tersebut dibuat dengan melihat ke depannya akan ada kemungkinan negara-negara yang selama ini mengimpor kebutuhan pangan ke Indonesia tidak bisa memenuhinya, sehingga adanya instruksi tersebut bertujuan untuk menjaga rantai pasokan pangan nasional. Pertimbangan lainnya juga diperhitungkan seperti adanya tantangan dalam alur logistik yang akan memperlambat perdagangan internasional dan rantai pasokan pangan sebagai suatu dampak dari adanya penerapan kebijakan lockdown oleh negara-negara pengimpor kebutuhan pangan di Indonesia. Usaha dalam mengurangi ketergantungan impor terus dilakukan seperti dari adanya tantangan yang telah menghambat importasi malah dijadikan sebagai peluang bagi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, melalui adanya produksi protein hewani yang akan bisa mensubstitusi kebutuhan daging sapi impor. Kecenderungan pasar global pertanian di era pandemi Covid-19 justru memberikan peluang bagi Indonesia untuk bisa meningkatkan ekspor komoditas pertanian. Semua itu juga dapat terjadi beriringan dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya penerapan gaya hidup sehat, sehingga beberapa produk pertanian seperti buah-buahan,sayuran, dan apotik hidup telah mengalami lonjakan penjualan.

Mengenai ekspor impor tentunya akan membahas bagaimana distribusi suatu produk sampai dengan aman. Pandemi covid-19 mengakibatkan segala aktivitas terhambat, termasuk ekspor impor. Adanya kekhawatiran suatu produk tidak higienis karena virus yang tak kasat mata, kurangnya kepercayaan yang menyebabkan menurunnya pasokan pangan. Keduanya juga akan mengalami kerugian yang tak sedikit. Lantas bagaimanakah langkah yang patut diambil? Pemerintah lebih merancang tentang prosedur ekspor impor yang aman, dipercaya, dan tentunya tetap menomor satukan kualitas. Pangan sendiri menjadi komponen yang sangat penting bagi kehidupan.

Ketahanan pangan merupakan topik yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan oleh banyak pihak
sebagai konsekuensi dari dampak penyebaran COVID-19 yang semakin meluas. Setelah bergulat
dengan masalah kesehatan dan daya beli masyarakat, pasokan pangan menjadi isu sentral lainnya yang perlu penanganan sesegera mungkin. Pangan harus menjadi perhatian karena urusan ini merupakan kebutuhan paling dasar, selain sandang, dan papan. Sejauh mana pemerintah mengantisipasi dampak COVID-19 ini terhadap ketahanan pangan di Indonesia? Tulisan ini berusaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana pemerintah sebaiknya mengantisipasi dampak COVID-19 untuk menjaga ketersediaan dan aksesibilitas pangan serta keterjangkauan (stabilitas) harga pangan di Indonesia, mulai dari produksi hingga konsumsi, dari hulu hingga hilir
Tak hanya pangan, ketersediaan stok alat kesehatan (alkes) seperti masker dan Alat Pelindung Diri (APD) pun masih dipertanyakan. Pasalnya, kedua produk tersebut masih sulit ditemukan apalagi jika mengharapkan harga yang terjangkau.

Perubahan Pola Rantai Pasok Pangan
Di tengah pandemi COVID-19, segala aspek kehidupan cenderung mengarah pada situasi normal
baru. Himbauan pemerintah kepada masyarakat untuk melakukan pekerjaan dari rumah (working for
home) dan menjaga jarak secara fisik (social/physical distancing) serta kebijakan beberapa pemerintah daerah yang mengimplementasikan karantina wilayah secara parsial dan melakukan pembatasan kegiatan di keramaian, telah membuat perubahan situasi yang baru di hampir semua aspek kehidupan termasuk perubahan pola rantai pasok pangan. Sistem atau pola kerja di sektor pangan memang tampaknya berubah sangat signifikan di tengah pandemi COVID-19 ini, mulai dari proses produksi hingga konsumsi, dari hulu hingga hilir.
Dari perspektif produksi atau hulu, para petani dan produsen makanan mulai merasakan perubahan
terkait pasokan input dan juga harus menyesuaikan protokol berproduksi untuk menjamin kualitas dan keamanan pangan di tengah pandemi COVID-19, khususnya di wilayah yang sudah terkontaminasi. Mobilisasi bahan pangan juga akan mengalami beberapa penyesuaian di mana terjadi pola perubahan jalur pasokan yang lebih banyak menuju pasar-pasar modern dan pasar yang berbasis online. Sementara itu dari sisi konsumsi, akibat diterapkannya social/physical distancing atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah, pola transaksi juga mulai berubah yang ditunjukkan semakin meningkatnya transaksi yang menggunakan platform digital atau online. Kondisi inilah yang pada akhirnya membutuhkan penyesuaian strategi kebijakan terkait pangan di semua lini (produksi hingga konsumsi dan hulu hingga hilir) agar ketahanan pangan di Indonesia tetap terjamin.

Tantangan bagi sektor pertanian adalah dalam hal bagaimana meningkatkan nilai tambah dari sebuah komoditi tersebut dan bisa memberikan Multiple efek yang bisa mempengaruhi sektor-sektor yang ada. Fokusnya adalah pengolahan/agroindustri yang bisa memberikan nilai lebih besar daripada produk yang mentah. Jika selama ini kebanyakan barang yang di ekspor adalah barang mentah, maka perlu dilakukan sebuah mekanisme untuk meningkatkan pengunaan teknologi dan tenaga ahli di sektor hilir sehingga bisa memberikan nilai yang lebih tinggi lagi. Bukan hanya sekadar nilai akan tetapi produk yang di ekspor juga dapat bersaing dengan komoditi lainnnya.