Bagaimana sistem pencernaan makanan pada hewan?

Proses pencernaan makanan pada hewan meliputi proses pengambilan pakan, pencernaan yang berlangsung di dalam mulut dan lambung, penyerapan dan pembuangan sisa-sisa yang tidak berguna lagi bagi tubuh.

ruminansia

Pencernaan di dalam mulut dilakukan dengan jalan pengunyahan, pemberian air liur dan penelanan. Pencernaan di dalam lambung di samping dilakukan secara mekanis, juga dilakukan secara biokimiawi, baik oleh pemberian asam HCl maupun enzim-enzim yang terdapat dalam getah lambung.

Pada hewan pemamah biak, ruminansia, proses pencernaan makanan bersifat lebih kompleks karena hewan-hewan tersebut masih harus melakukan proses memamah biak (ruminasi), yang meliputi proses-proses di dalam mulut, penelanan, pencernaan di dalam lambung-lambung muka, yang diikuti dengan proses regurgitasi ingesta, yang telah dicerna sebagian di dalam lambung dan berbentuk sebagai bola (bolus), ke dalam mulut lagi. Di dalam rongga mulut ingesta tersebut akan mengalami pengunyahan ulang remastikasi, dan pemberian ulang air liur atau reinsalivasi. Setelah dicerna secukupnya ingesta ditelan lagi untuk disempurnakan pencernaannya di dalam omasum. Fungsi abomasum adalah sama seperti fungsi lambung pada hewan berlambung tunggal.

Pencernaan di dalam rumen dan retikulum dilakukan secara mekanik dengan gerakan mencampur, maserasi dan oleh kerjaan binatang bersel tunggal, hingga terjadi lubang-lubang di sela-sela ingesta. Dengan banyaknya yang dibuat oleh binatang tersebut, permukaan total ingesta menjadi meningkat. Hal tersebut sangat membantu untuk pencernaan secara biokimiawi oleh enzim yang dihasilkan oleh kuman-kuman di dalam rumen. Proses pencernaan oleh jasad renik secara fermantatif selanjutnya merupakan proses yang sangat vital, serta mengawali proses fermentatif selanjutnya yang dilakukan di dalam lambung sejati maupun usus halus.

Proses memamah biak tidak hanya dilakukan oleh mamalia yang termasuk di dalam sub-ordo Ruminansia. Selain sapi, hewan-hewan kerbau, kambing dan domba, sub ordo tersebut juga meliputi kijang (deer, elk, reindeer, antilope, gazelle), caribou jerapah, bison dan muskus. Hewan pemamah biak lain yang termasuk dalam sub-ordo Tylopoda meliputi onta, dromedaris, llama, alpaca dan vicuna. Berbeda dengan hewan-hewan yang termasuk subordo terdahulu, hewan-hewan yang disebutkan terakhir tidak memiliki omasum. Ada kalanya hewan-hewan tersebut juga memiliki omasum, tetapi ukurannya sudah sangat mengecil.

Pengaturan proses pencernaan dilakukan oleh pusat susunan syaraf, proses pengambilan pakan atau prehensi, pengunyahan atau mastikasi, dan penelanan dilakukan oleh alat-alat dan otot-otot lain yang diatur di bawah kehendak, sedang gerak selebihnya oleh syaraf-syaraf otonom. Proses insalivasi bahan makanan di dalam mulut juga berlangsung di bawah pengaruh syaraf otonom. Penghantaran bahan makanan dari bagian oral ke arah rektal berlangsung karena gerakan peristaltik, sedang proses regurgitasi merupakan hasil kerjasama antara gerak anti peristaltik, dan adanya tekanan negatif di dalam rongga dada. Lambung muka pemamahbiak serta abomasum juga mengalami kontraksi dan relaksasi untuk penyelenggaraan proses maserasi dan pencampuran ingesta. Gerak kontraksi dan relaksasi alat-alat tersebut sepenuhnya berada di bawah pengaruh syaraf otonom.

Referensi: Subronto. 1989. Ilmu Penyakit Ternak I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.