Bagaimana sistem akuntansi untuk perhitungan biaya berdasar pesanan atau job order costing?

Biaya berdasar pesanan

Biaya berdasar pesanan atau Job order costing merupakan cara penentuan harga pokok produk dimana biaya-biaya produksi diakumulasikan untuk pesanan (job) tertentu dan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu.

Bagaimana sistem akuntansi untuk perhitungan biaya berdasar pesanan atau job order costing ?

Perhitungan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasikan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dibebankan ke setiap pesanan. Sebagai hasilnya, perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat dipandang dalam tiga bagian yang saling berhubungan.

  • Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan baku, membebankan biaya bahan baku langsung ke pesanan dan membebankan biaya bahan baku tidak langsung ke biaya overhead pabrik.

  • Akuntansi tenaga kerja memelihara akun-akun yang berhubungan dengan beban gaji, membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan dan membebankan tenaga kerja tidak langsung ke biaya overhead pabrik.

  • Akuntansi overhead pabrik mengakumulasikan biaya overhead pabrik, memelihara catatan terinci atas biaya overhead pabrik dan membebankan sebagian atas biaya overhead pabrik ke setiap pesanan.

Dasar perhitungan biaya berdasarkan pesanan melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi yaitu:

  1. Pembelian bahan baku
  2. Pengakuan biaya tenaga kerja
  3. Pengakuan biaya overhead pabrik
  4. Penggunaan bahan baku
  5. Distribusi biaya gaji tenaga kerja
  6. Pembebanan estimasi biaya overhead pabrik
  7. Penyelesaian pesanan
  8. Penjualan produk

AKUNTANSI UNTUK BAHAN BAKU


Pembelian Bahan Baku
Akuntansi biaya untuk pembelian bahan baku sama dengan akuntansi untuk bahan baku menggunakan sistem pencatatan persediaan perpetual.

RnB Company membeli bahan baku secara kredit sebesar Rp 25.000 pada tanggal 5 Januari. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

image

Kuantitas dan harga unit dari setiap pembelian dicatat dalam kartu catatan bahan baku. Satu kartu digunakan untuk setiap jenis bahan baku. Kartu-kartu tersebut berfungsi sebagai catatan persediaan perpetual dan merupakan buku besar pembantu yang mendukung akun bahan baku. Kartu-kartu ini dan dokumen- dokumen lain dapat berbentuk kertas ataupun elektronik.

Penggunaan Bahan Baku
Bahan baku langsung untuk setiap pesanan dikeluarkan ke pabrik berdasarkan bukti permintaan bahan, yang merupakan dokumen yang disiapkan oleh pembuat jadwal produksi atau personel lain, yang memberikan spesifikasi nomor pesanan dan tipe serta jumlah bahan baku yang diperlukan. Satu kopi dari setiap bukti permintaan bahan dikirim ke bagian gudang, yang menyimpan item yang dimaksud. Kuantitas dan biaya dari setiap item dicatat dalam bukti permintaan bahan dan di-posting ke kartu catatan bahan baku.

Aliran bahan baku langsung dari gudang ke pabrik dipertanggungjawabkan sebagai transfer biaya dari bahan baku ke barang dalam proses. Seringkali ini dilakukan dalam bentuk ikhtisar di akhir suatu bulan atau periode.

Bahan baku yang diminta di bulan Januari pada RnB Company terdiri atas: pesanan 5574 sebesar Rp 2.510, pesanan 5575 sebesar Rp 24.070 dan pesanan 5576 sebesar Rp 4.420.

Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

image

Bukti permintaan bahan juga digunakan untuk mengeluarkan bahan baku tidak langsung. Selama bulan Januari senilai Rp 6.000 bahan baku penolong dikeluarkan dari gudang.

Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

image

Informasi yang lebih tepat waktu dibutuhkan untuk menghitung biaya produksi untuk kepentingan tagihan ke pelanggan. Permintaan bahan baku dimasukkan ke dalam kartu harga pokok pesanan dalam jangka waktu mingguan atau kurang. Dalam sistem akuntansi yang sangat terotomatisasi, bukti permintaan bahan individual dapat dicatat secara elektronik dan data di kartu harga pokok pesanan, buku pembantu overhead dan bahan baku dapat langsung diperbaharui.

AKUNTANSI UNTUK TENAGA KERJA


Biaya Tenaga Kerja yang Terjadi
Untuk setiap periode pembayaran gaji, kewajiban untuk pembayaran gaji dan kewajiban lain di jurnal dan di-posting ke buku besar umum. Asumsi RnB Company membayar pekerja pabrik hanya satu kali satu bulan. Gaji dan upahsebesar Rp 31.000 dihitung dan dicatat pada tanggal 31 Januari dan akan dibayarkan pada awal Februari.

Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

image

Biaya Tenaga Kerja yang Didistribusikan
Kebanyakan karyawan mendistribusikan biaya tenaga kerja secara bulanan, dalam kartu jam kerja karyawan diurutkan berdasarkan pesanan. Datanya dimasukkan ke dalam kartu harga pokok pesanan dan dicatat menggunakan ayat jurnal umum dalam bentuk ikhtisar.

Kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung di RnB Company untuk bulan Januari totalnya adalah sebesar Rp 1.568 untuk pesanan nomor 5574, Rp 22.832 untuk pesanan nomor 5575 dan Rp 2.600 untuk pesanan nomor 5576. Tenaga kerja tidak langsung totalnya sebesar Rp
4.000.

Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

image

AKUNTANSI UNTUK BIAYA OVERHEAD PABRIK


Biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya yang tidak dapat ditelusuri langsung ke pesanan tetapi terjadi dalam produksi (di luar penjualan dan pemasaran serta umum dan dan administrasi). Kurangnya penelusuran langsung menyebabkan akuntansi untuk biaya overhead pabrik menjadi berbeda; khususnya peranan yang dimainkan oleh bukti permintaan bahan dan kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung, tidak terdapat pada akuntansi untuk biaya overhead pabrik.

Oleh karena itu biaya overhead pabrik diakumulasikan tanpa mengacu ke pesanan tertentu dan total biaya overhead pabrik kemudian dialokasikan ke semua pesanan.

Biaya Overhead Pabrik Aktual
Beberapa biaya overhead pabrik aktual, seperti bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung, dicatat pada saat terjadinya atau melalui ayat jurnal periodik. Lainnya, seperti penyusutan dan asuransi jatuh tempo, dicatat hanya melalui ayat jurnal penyesuaian yang dibuat di akhir periode akuntansi. RnB Company menghitung penyusutan pabrik sebesar Rp 4.929 dan asuransi pabrik yang sudah jatuh tempo sebesar Rp 516.

Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

image

Pembebanan Estimasi Biaya Overhead Pabrik
Beberapa biaya overhead pabrik seperti sewa gedung dan asuransi, bersifat tetap tanpa memperdulikan jumlah produksi sedangkan biaya overhead pabrik yang lainnya seperti listrik dan pelumas (untuk mesin produksi) akan bervariasi dengan jumlah produksi. Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dari asuransi biaya overhead pabrik, semua biaya overhead didistribusikan ke semua pesanan.

Jumlah yang dibebankan adalah sesuai dengan proporsi dari suatu aktivitas- seperti penggunaan tenaga kerja langsung, penggunaan mesin, waktu proses, penggunaan bahan baku atau kombinasi dari dua atau lebih aktivitas-aktivitas tersebut. Saat otomatisasi meningkat dan penggunaan tenaga kerja langsung menurun, jam tenaga kerja langsung atau biaya tenaga kerja langsung kemungkinannya kecil untuk dipilih, tetapi jam mesin, waktu proses, biaya bahan baku atau berat bahan baku yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk dipilih.

Aktivitas yang dipilih disebut dasar alokasi overhead (overhead allocation base) atau singkatnya dasar alokasi. Dasar alokasi baiknya merupakan aktivitas yang paling terkait dengan biaya yang akan dialokasikan yaitu aktivitas yang tampaknya paling memicu terjadinya biaya overhead pabrik. Jika tidak ada satu dasar alokasi yang memicu terjadinya hampir seluruh biaya overhead pabrik, maka beberapa dasar alokasi dapat digunakan.

Total overhead pabrik dibagi dengan total dasar alokasi dan rasio yang dihasilkan disebut tarif overhead pabrik (factory overhead rate). Tarif ini dikalikan dengan jumlah dasar alokasi yang digunakan oleh suatu pesanan dan hasilnya adalah biaya overhead pabrik untuk pesanan tersebut. Misalnya, jika tarif overhead pabrik adalah Rp 5 per jam mesin dan suatu pesanan tertentu menggunakan 100 jam mesin, maka biaya overhead pabrik sebesar Rp 500 akan dibebankan ke pesanan tersebut.

Beberapa biaya overhead pabrik tidak akan diukur sampai akhir tahun, yang kadangkala pada sebagian kasus hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama setelah banyak pesanan diselesaikan. Untuk alasan tersebut, biaya overhead aktual tidak akan dapat dibebankan ke pesanan secara tepat waktu, sehingga digunakanlah tarif overhead pabrik yang ditentukan di muka (predetermined overhead rate), yang merupakan rasio dari estimasi total overhead pabrik terhadap estimasi total dasar alokasi.

RnB Company telah menentukan bahwa hubungan yang paling erat dengan biaya overhead pabrik adalah jam mesin. Estimasi total biaya overhead pabrik setahun adalah sebesar Rp 300.000 dan estimasi jam mesin yang digunakan setahun adalah 7.500 jam. Tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka sebesar Rp 40 per jam mesin (Rp 300.000 : 7.500 jam mesin). Jumlah overhead pabrik yang dibebankan ke suatu pesanan disebut overhead pabrik yang dibebankan (factory overhead applied), ditentukan dengan mengalikan Rp 40 dengan jam mesin yang digunakan untuk pesanan tersebut.

Overhead pabrik yang dibebankan ke semua pesanan yang dikerjakan selama suatu periode didebit ke dalam barang dalam proses pada akhir periode. Dalam catatan RnB Company 29,4 jam mesin untuk pesanan nomor 5574, 250,6 jam mesin untuk pesanan nomor 5575 dan 50 jam mesin untuk pesanan nomor 5576 sehingga totalnya 330 jam mesin digunakan di bulan Januari. Oleh karena itu overhead pabrik dibebankan sebesar Rp 13.200 (Rp 40 x 330 jam) ke dalam barang dalam proses dan pengendali overhead pabrik dapat langsung dikredit atau dengan menyertakan akun perantara ”Overhead Pabrik yang Dibebankan”.

image

Saldo debit sebesar Rp 2.245 di pengendali overhead pabrik mengindikasikan overhead pabrik yang terjadi melebihi jumlah overhead pabrik yang dibebankan, sehingga dapat disimpulkan overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah sebesar Rp 2.245. Saldo overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah atau terlalu tinggi akan diperhitungkan dalam ayat jurnal penutupan yaitu ke harga pokok penjualan di akhir tahun.

image

AKUNTANSI UNTUK BARANG JADI DAN PRODUK YANG DIJUAL


Saat pesanan diselesaikan, kartu harga pokok pesanannya dipindahkan dari kategori barang dalam proses ke barang jadi. Persediaan barang jadi dikirim ke pelanggan pada tanggal 27 Januari. RnB Company mengirimkan barang jadi senilai Rp 52.300 dengan harga jual Rp 70.000.

Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:

image

SISTEM PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN DI PERUSAHAAN JASA

Dalam bisnis jasa, ketika pesanan berbeda satu dengan yang lainnya dan informasi biaya diinginkan untuk setiap pesanan individual, beberapa variasi dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan digunakan. Dalam bisnis ini biaya tenaga kerja lebih besar dari biaya-biaya lainnya, sehingga dijadikan dasar alokasi biaya overhead pabrik. Tetapi dalam bisnis jasa profesional, ada banyak biaya yang dapat ditelusuri secara langsung selain tenaga kerja. Contohnya adalah biaya perjalanan, hiburan, telepon dan biaya-biaya yang disubkontraktorkan.

Sumber :
Sofia Prima Dewi, Septian Bayu Kristanto, Akuntansi Biaya, In Media

Salah satu fungsi Sistem akuntansi adalah untuk menentukan harga pokok produksi. Pembahasan metode harga pokok produksi akan diawali dengan uraian prosedur pencatatan biaya bahan baku, kemudian akan dilanjutkan dengan uraian pencatatan biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dan pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Bagian Produksi ke Bagian Gudang.

Untuk mempermudah pemahaman berikut disajikan contoh sebagai berikut :

PT Hasta bergerak dalam bidang percetakan memberlakukan cara semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan, dan biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima.

image
Gambar Kartu Harga Pokok

Pendekatan yang digunakan perusahaan dalam penentuan harga pokok produksi adalah full costing. Untuk dapat mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor, dan setiap dokumen sumber dan dokumen pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan.

Dalam bulan November 2008, PT Hasta mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1.500 lembar dari PTTamma. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp3.000 per lembar. Dalam bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT Hasna dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rpl .000 per lembar. Pesanan dari PT Tamma diberi nomor 101 dan pesanan dari PT Hasna diberi nomor 102.

Selanjutnya ilustrasi aktivitas kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut adalah :

1. Pembelian bahan baku dan bahan penolong. Pada tanggal 3 November perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini:

image

Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh Bagian Pembelian. Bahan tersebut kemudian disimpan dalam gudang menanti saatnya dipakai dalam proses produksi untuk memenuhi pesanan tersebut. Perusahaan menggunakan dua rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan: Persediaan Bahan Baku dan Persediaan Bahan Penolong. Pembelian bahan baku dan bahan penolong tersebut dijurnal sebagai berikut:

image

2. Pemakaian bahan baku dan penolong dalam produksi.

Untuk dapat mencatat bahan baku yang digunakan dalam tiap pesanan, perusahaan menggunakan dokumen yang disebut bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Dokumen ini diisi oleh Bagian Produksi dan diserahkan kepada Bagian Gudang untuk meminta bahan yang diperlukan oleh

Bagian Produksi. Bagian Gudang akan mengisi jumlah bahan yang diserahkan kepada Bagian Produksi pada dokumen tersebut, dan kemudian dokumen ini dipakai sebagai dokumen sumber untuk dasar pencatatan pemakaian bahan. Untuk memproses pesanan #101 dan 102, bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut:

image

Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai berikut:

image

Pencatatan pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses dan mengkredit rekening Persediaan Bahan Baku atas dasar dokumen bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Pendebitan rekening Barang Dalam Proses ini diikuti dengan pencatatan rincian bahan baku yang dipakai dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.

image
Gambar Kartu Harga Pokok Pesanan 101

image
Gambar Kartu Harga Pokok Pesanan 102

Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku tersebut di atas adalah sebagai berikut:

image

Karena dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara biaya produksi langsung dari biaya produksi tidak langsung, maka bahan penolong yang merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dicatat pemakaiannya dengan mendebit rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Rekening Barang Dalam Proses hanya didebit untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

Jurnal pencatatan pemakaian bahan penolong adalah sebagai berikut:

image

3. Pencatatan biaya tenaga kerja

Dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung dengan upah tenaga kerja tidak langsung. Upah tenaga kerja langsung dicatat dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses, dan dicatat pula dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Upah tenaga kerja tidak langsung dicatat dengan mendebit rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

Dari contoh di atas, misalnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sebagai berikut:

image

Kemudian akan dilakukan pencatatan biaya tenaga kerja dengan tahapan sebagai berikut :

  • Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.
  • Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.
  • Pencatatan pembayaran gaji dan upah.

Berdasarkan data tersebut maka jumal untuk mencatat biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut:

  1. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan.
    Atas dasar daftar gaji dan upah yang dibuat, jumal untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

    image

  2. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja.
    Karena biaya tenaga kerja tersebut terdiri dari berbagai unsur biaya, maka perlu diadakan distribusi biaya tenaga kerja sebagai berikut:

    • Biaya tenaga kerja langsung dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses dan mencatatnya dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.

    • Biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dan dicatat sebagai unsur biaya overhead pabrik serta didebitkan dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

    • Biaya tenaga kerja nonproduksi merupakan unsur biaya nonproduksi dan dibebankan ke dalam rekening kontrol Biaya Administrasi dan Umum atau Biaya Pemasaran.

    Jurnal distribusi biaya tenaga kerja atas dasar contoh di atas adalah sebagai berikut:

    image

  3. Pencatatan pembayaran gaji dan upah.
    Pembayaran gaji dan upah yang terutang dicatat dengan jurnal berikut ini:

    image

4. Pencatatan biaya overhead pabrik.

Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua: pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Di dalam metode harga pokok pesanan, produk dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif yang ditentukan di muka.

Tarif biaya overhead pabrik ini dihitung pada awal tahun anggaran, berdasarkan angka anggaran biaya overhead pabrik. Pembebanan produk dengan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif ini dicatat dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses dan mengkredit rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan. Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebit rekening kontrol Biaya Overhead pabrik

Sesungguhnya, Secara periodik (misalnya setiap akhir bulan), biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dibandingkan, dan dihitung selisihnya. Pembandingan ini dilakukan dengan menutup rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ke dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Dari contoh di atas, misalnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung,

Dengan demikian biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada dap pesanan dihitung sebagai berikut:

image

Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan tersebut adalah sebagai berikut:

image

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan penolong Rp300.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp3.000.000 seperti tersebut dalam jurnal # 4 dan # 6):

image

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut adalah sebagai berikut:

image

Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasar tarif menyimpang dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, saldo rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan ditutup ke rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Jurnal penutup tersebut adalah sebagai berikut:

image

Selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dengan biaya overhead Pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi ditentukan dengan menghitung saldo rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya. Setelah jurnal #10 dibukukan, saldo rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya adalah sebagai berikut:

image

Selisih biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik. Jika terjadi selisih pembebanan kurang, maka dibuat jurnal:

image

5. Pencatatan harga pokok produk jadi.

Pesanan yang telah selesai diproduksi ditransfer ke Bagian Gudang oleh Bagian Produksi. Harga pokok pesanan yang telah selesai diproduksi ini dapat dihitung dari informasi biaya yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Misalnya dari contoh di atas pesanan # 101 telah selesai diproduksi, maka dari kartu harga pokoknya akan dapat dihitung biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk pesanan yang bersangkutan. Harga pokok pesanan #101 dihitung sebagai berikut:

image

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalah sebagai berikut:

image

6. Pencatatan harga pokok produk dalam proses.

Pada akhir periode kemungkinan terdapat pesanan yang belum selesai diproduksi. Biaya yang telah dikeluarkan untuk pesanan tersebut dapat dilihat dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Kemudian dibuat jurnal untuk mencatat persediaan produk dalam proses dengan mendebit rekening Persediaan Produk Dalam Proses dan mengkredit rekening Barang Dalam Proses. Misalnya dari contoh di atas, pesanan #102 pada akhir periode akuntansi belum selesai dikerjakan. Harga pokok pesanan #102 dapat dihitung dengan menjumlah biaya-biaya produksi yang telah dikeluarkan sampai dengan akhir bulan November 2008 yang telah dicatat dalam kartu harga pokok pesanan. Jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan yang belum selesai adalah sebagai berikut:

image

7. Pencatatan harga pokok produk yang dijual.

Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan dicatat dalam rekening Harga Pokok Penjualan dan rekening Persediaan Produk Jadi. Dari contoh di atas, jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan 101 yang diserahkan kepada pemesan adalah sebagai berikut:

image

8. Pencatatan pendapatan penjualan produk.

Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk kepada pemesan dicatat dengan mendebit rekening Piutang Dagang dan mengkredit rekening Hasil Penjualan. Pada awal contoh ini telah disebutkan bahwa pesanan 101 berupa pesanan 1500 lembar undangan dengan harga jual Rpl.500 per lembar atau harga total Rp 4.500.000. Jurnal yang dibuat untuk mencatat piutang kepada pemesan adalah sebagai berikut:

image

Sumber :
Sampurno Wibowo, S.E., M.Si, Yani Meilani, Akuntansi biaya, Politeknik Telkom Bandung, 2009.