Bagaimana sifat-sifat penyakit SVD yang menyerang babi?

Penyakit SVD atau Swine Vesicular Disease dalam bahasa Indonesia adalah penyakit Vesikuler (Lepuh) pada babi.

Sifat Fisika dan Kimiawi:
Agen penyakit ini tergolong dalam enterovirus dan bersifat sangat resisten; larutan 1% sodium hidroksida (pH sekitar 13,0) baru berdaya menginaktifkan virus sesudah kontak satu hari. Bahan-bahan desinfeksi asam tidak berdaya sama sekali dan hal inilah antara lain yang membedakannya dari virus PMK. Pemanasan lama satu jam pada 56 derajat Celcius dapat menginaktifkan virus.

Sifat Biologis:
Babi adalah hewan yang rentan dalam keadaan alami. Hewan ini dapat ditulari melalui berbagai jalan antara lain lewat intranasal dan skarifikasi kulit atau dengan injeksi pada bagian kulit di atas kuku dan kuku tambahan (korona kuku), pada bibir, gusi dan lidah. Juga mencit berumur beberapa hari dapat ditulari secara intraserebral dan intra-peritonial. Mencit itu mati karena meningoensefalitis. Juga pekerja laboratorium dan pemelihara hewan yang secara intensif berkontak dengan virus atau babi terhama dapat ditulari. Pasien memperlihatkan gejala-gejala penyakit Bornholm (yang disebabkan oleh virus coxsackie B5) dengan gejala-gejala: mialgia, meningitis aseptis atau miokarditis. Kematian pada manusia oleh virus SVD belum pernah dilaporkan.

Biakan Sel:
Virus penyakit vesikuler dapat berreplikasi dalam biakan sel ginjal babi yang primer dan sekunder dan membentuk CPE. Garis sel babi yang sering dipergunakan untuk keperluan ini ialah garis sel IBRS2.

Sifat Antigenis:
Di antara berbagai isolat ditemukan perbedaa antigenis yang dapat ditetapkan dengan tes netralisasi atau presipitasi dalam gel agar. Virus penyakit vesikuler mempunyai hubungan antigenis yang erat dengan enterovirus patogen dan terdapat pada manusia yakni virus coxsackie B5. Relasi ini dapat dibuktikan dengan tes netralisasi. Dengan tes presipitasi dalam gel agar diferensiasi ini tidak mungkin.

Referensi: Ressang, AA. 1986. Penyakit Viral Pada Hewan. Jakarta: UI-Press.