Dalam sejarah terdapat tempat-tempat dan proses yang mempengaruhi pemikiran dan sains Barat oleh pemikiran dan sains Islam yaitu: Andalusia, Shaqalliyah (Sisilia), Perang Salib di Syria dan Sekitarnya, Qustanthiniyah (Konstantinopel):
Andalusia
Masuknya Islam ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756M) berhasil membangun pemerintahan yang berpusat di Andalusia dan pertengahan abad ke-9 M Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Phillip K. Hitti mengungkapkan bahwa kaum Muslimin Spanyol telah menorehkan catatan yang paling mengagumkan dalam sejarah intelektual pada abad pertengahan di Eropa. Antara abad 2-7H/8-13M, cendikiawan dan ulama Islam telah membawa perkembangan kebudayaan dan peradaban penting ke seluruh pelosok dunia. Di samping itu mereka juga merupakan peranan yang menghubungkan ilmu dan filsafat Yunani klasik sehingga khazanah kuno itu ditemukan kembali. Tidak hanya sebagai mediator, tetapi mereka juga memberikan beberapa penambahan dan proses transmisi sedemikian rupa sehingga memungkinkan lahirnya pencerahan di Eropa Barat. Dalam semua proses tersebut bangsa Arab-Spanyol mempunyai andil yang sangat besar.
Para pencari ilmu dari Eropa Barat telah berduyun-duyun mendatangi mendatangi Andalusia untuk menimba ilmu. Kejayaan ini mencapai puncaknya pada abad ke-11 M. ketika para ulama dan pakar muslim berdatangan ke Andalusia dari Iraq, Syam dan Mesir, karena pemerintah Muslim Andalusia benar-benar memberi tempat terhormat bagai para ilmuwan. Mereka memboyong literatur-literatur dari Timur dalam berbagai ilmu ke Andalusia. Dinamika keilmuan dan peradaban ini terus berlanjut sekalipun kekuasaan muslim Spanyol tercabik-cabik. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova.
Universitas di Andalusia (Spanyol) biasa menjadi ajang pertemuan para akademis dan ruang pembacaan publik tempat untuk membacakan puisi-pusi asli atau menyampaikan pidato. Salah satu slogan favorit yang tertera di atas portal masuk Universitas berbunyi “Dunia hanya terdiri atas empat unsur: pengetahuan yang bijak, keadilan penguasa, doa orang soleh dan keberanian ksatria.”
Di Universitas Andalusia ini banyak kaum intelektual menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-nama ulama besar seperti Imam al-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa alAhwa‟ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.
Semaraknya pengembangan ilmu pengetahuan Islam di Spanyol juga diikuti dengan banyaknya perpustakaan tersebar di Spanyol yang jumlah bukunya sangat fantastis. Sejarah mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid buku. Perpustakaan Al Hakim di Andalusia mempunyai berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku. Sementara ratusan tahun sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia Barat yang paling kaya saat jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku.
Andalusia saat itu menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan, tempat cendikiawan dan ulama Islam di Barat dan Cordova serta menjadi kota raksasa Islam yang menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang sehingga universitasnya pada saat itu juga dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian banyak dari para ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan menggunakannya secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan.
Apalagi setelah Toledo jatuh ke tangan Kristen pada tahun 478 H/1085M, menjadikan kota itu sebagai pusat saluran utama proses peralihan khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berbahasa Arab ke Eropa. Di Toledo Uskup Bear Raymond I (520-547H/1126-1152M) membangun sekolah khusus penterjemah dan sekolah kajian orientalisme yang pertama di Eropa, atas permintaan para pendeta dengan tujuan utama untuk mempersiapkan para misionaris Kristen ke kalangan Islam. Penterjemah dari Toledo yang paling produktif adalah Gerard Cremona, telah menterjemahkan ke dalam bahasa Latin karya berbahasa Arab sebanyak 71 judul. Pada akhir abad 7H/13M ilmu pengetahuan dan filsafat Arab telah dipindahkan ke Eropa yang bergerak dari Todelo melalui Pyrenees, Provence dan Alpine terus ke kawasan Lorraine, Jerman, Eropa Tengah dan daratan Inggris Raya. Sebagai pusat peradaban Islam Andalusia telah memberikan kontribusi yang besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia Eropa.
Shaqoliyah (Sisilia)
Berakhirnya kekuasaan Islam di Sisilia ditandai dengan runtuhnya kerajaan kalbiyah, setelah hampir dua abad Islam menguasai Sisilia. Pangeran Roger I putra Tancred de Hauteville dari Normandia merebut kota Messina tahun 452H/1060M, menyusul kota Palermo tahun 464H/1071M, Siracuse tahun 478H/1085, dan dipungkas dengan penaklukan Maltra tahun 483H/1090 M.
Roger I (w.495H/1101M) yang menguasai Sisilia, tetap melindungi para cendikiawan, filosof dan astrolog Arab dan para dokter, dan memberi kebebasan penuh kepada masyarakat non kristen untuk menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. Istana Palermo lebih bernuansa ketimuran (Arab) ketimbang barat. Lebih dari satu abad setelah Sisilia dikuasai Kristen, beberapa jabatan penting masih dipegang oleh umat Islam. Pengaruh Arab di Sisilia dimulai oleh Roger I, dan mencapai puncaknya pada masa anaknya Roger II (525-549H/11301154M) dan Frederik II. Roger II berpakaian layaknya muslim, jubahnya dihiasi karakter-karakter Arab, bahkan ketika cucunya William II (562-585H/11661189M) berkuasa, beberapa wanita Kristen di Palermo Ibukota Sisilia mengenakan pakaian Muslim.
Adalah Fredrik II (612-684H/1215-1250M) yang merupakan cucu Roger II dan penguasa sipil tertinggi di dunia kristen serta penguasa Sisilia dan Jerman juga pemegang jabatan kaisar suci Romawi dan raja Jerussalem karena hubungan perkawinannya dengan pewaris kerajaan yaitu Isabelle.
Musyrifah Sunanto dalam bukunya Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu pengetahuan Islam yang kemudian dibahasakan ulang oleh Lisga Hidayat Siregar menuturkan bahwa Frederik II mempunyai seorang penterjemah Theodore (Thadhuri), yang menterjemahkan karya-karya berbahasa Arab ke dalam bahasa Latin seperti Sirr al-Asrar tentang ilmu kesehatan Theodore telah menghadirkan gambaran tentang muslim Spanyol terpelajar di Sisilia dan Italia. Universitas Naples, didirikan Frederik II pada tahun 621H/1224M, merupakan Universitas pertama di Eropa. Universitas ini menyediakan koleksi naskah-naskah berbahasa Arab yang sangat berlimpah. Karya Aristoteles dan Ibn Rusyd, diperintahkan Frederik untuk diterjemahkan dan digunakan dalam kurikulum. Salinan terjemahan ini dikirim ke Universitas-universitas di Eropa seperti Bologna dan Paris. Salah seorang alumni universitas Naples ialah Thomas Aquinas, pemimpin Katolik yang terkenal.
Pada abad 8H/14M dan abad-abad berikutnya, kajian berbahasa Arab dipelajari di universitas-universitas di Eropa, seperti di Oxford dan Paris tetapi dengan tujuan untuk menyiapkan para misionaris Kristen untuk dikirim ke wilayah-wilayah Muslim. Ensiklopedia kedokteran karya al-Razi satu-satunya karya besar dalam bidang kedokteran yang diterjemahkan oleh Faraj ben Salim seorang dokter Yahudi Sisilia ke dalam bahasa Latin pada tahun 678H/1279M telah diterbitkan dalam berbagai manuskrip pada abad-abad berikutnya. Pada saat itu banyak diterjemahkan buku dalam bidang astronomi dan matematika. Palermo ibukota Sisilia menjadi tempat kegiatan penterjemahan buku-buku ulama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kemudian dibawa ke Eropa bagian Selatan, yang kemudian melahirkan Renaisance Italia. Uraian ini jelas mengungkapkan bahwa Sisilia mempunyai kontribusi dan peran yang signifikan dalam proses pewarisan khazanah ilmiah ke Eropa.