Bagaimana sejarah Pergerakan Nasional di Indonesia?

image

Bagaimana Pergerakan Nasional Melalui Organisasi Lokal dan Regional?

Setelah berdiri BU kemudian disusul oleh organisasi-organisasi daerah yang mencerminkan identitas dan perkembangan sosio-kultural daerah. Organisasi-organisasi tersebut antara lain:

Pada bulan september 1914, perkumpulan Pasundan didirikan di Jakarta bertujuan mempertinggi derajat kesopanan, kecerdasan, memperluas, tenaga kerja, dan kehidupan masyarakat. Diantara pemimpinya ialah R. Kosasih Surakusumah, R. Otto Kusuma Subrata, R. Otto Iskandar Dinata, dll. Pada sutu hari minggu, 20 juli 1913, disebuah rumah di gang Paseban di tengah kota Batavia, beberapa orang pemuda berbincang – bincang dengan serius. Diantara mereka ada dua mahasiswa STOVIA, yaitu Raden djoendjoenan setiakoesoemah dan raeden Koesoemah Soejana. Keduanya menjadi anggota boedi oeoto cabang Batavia. Mereka bukan sedang membincangkan bahan pelajaran kedokteran yang baru kemarin mereka dapatkan dari guru –guru Belanda. Pemuda –pemuda keturunana menak sunda itu sedang mendiskusikan apakah mereka akan tetap saja menjadi anggota boedi Oetomo, atau mendirikan organissi sendiri. Masalahnya adalah, sebagai pemuda sunda, mereka memerlukan organisasi sendiri yang sesuai dengan budaya dan ciata –cita mereka

Dilatabelakangi keinginan untuk memajukan kecerdasan, penghidupan, dan tingkah laku msyarakat sunda, serta pengalaman berorganisasi yang mereka miliki, kedua mahasiswa itu mengajak pihak –pihak dari luar STOVIA yang memilki cita –cita yang sama untuk mendirikan suatu oegaranisasai sendiri. Pada tanggal 20 Juli 19134 itulah dicetuskan gagasan untuk mendirikan pagoejoeban Pasoendan

Setelah asosiasi ini disahakan pemerintah pada bulan September 1914, susunan pengurus Pagoejoeban Pasoendan adalah sebagai berikut: ketua , Daeng Kandoeroean Ardiwinata; ketua redaksi volkslectuu r, wakil ketua, Dajat Hidayat, siswa STOVIA; sekertaris, raden iskandar Brata, pegawai Firma Tiedeman en Van Kercehem ; dan raden Emoeng Poerawinata, juru tulis komisi Volkslectuur , bendahara, Raden Koeoema Soedjana, siswa STOVIA ; para komisaris, raden djoendjoenan, mas Iskandar, siswa STOVIA, mas adi wangsa, juru taksir pegadaian negeri Pasar senen dan mas Sastraprawira, guru sekolah pribumu di Gang kelinci

Keanggotaan paguyuban pasoendan ini bukan hanya untu orang Sunda, melaikan terbuka untuk semua orang pribumi. Hoesni tamrin, orang betawi menjadi anggota Pagoejoeban sebelumnya mendirikan perkumpuilan sendiri. Ketua pertama paguyuban pasoendan ini bukan orang sunda asli, dia keturunan Bugis, sebagaimana terlihat dari gelar kebasawanan di depan namanya .

Organisasi yang bertujuan memejukan pendidikan dan kebudayaan ini kemudian mendirikan cabang –cabangnya ditempat yang ada orang sunda, seperti Surabaya dan palembang. Paguyuban Pasoendan kemudian diklukuhkan sebagai badan hokum dengan surat keputusan tanggal 13 juni 1919 no. 72. pada tahun ini pula Paguyuban Pasoendan menyatakan diri sebagai partai politik

Kegiatan politik Paguyuban Pasoendan dimulai antara lain denagn usaha menempatkan wakilnya dalam dewan –dewan, baik di tingkat daerah ( Dewan Kota praja, dewan kabupaten dan dewan propinsi ) maupun ditingklat nasional 9 Volksraad) pada tahun 1921 Paguyuban Pasoendan berhasil mengirimkan wakilnya untuk duduk dalam volksraad ( dewan Rakyat ). Kemudian pada tahun 1927, organisasi pergerakan ini menjadi anggota partai Kebangsaan Indonesia bersama organisasi pergerakan lainnya seperti Boedi Oetomo, kaoem Betawi, Partai Sarekat Islam, dan partai Nasional Indonesia. Paguyuban Pasoendan diwakili oleh R. Otto Koesoemasoebrata, R. Soetisna Sendjaja, dan R. Bakrie Soeraatmadja.

Supaya tidaka menimpang dari kebijakan organisasi, Paguyuban Pasoendan menetapkan kewajiban dan pedoman yang harus dilaksanakan oleh wakil –wakilnya yang duduk dalam dewan –dewan. Wakilnya di Volksraad diharuskan mempertahankan cita – cita ― Indonesia Mulia ― di dalam lembaga itu dan wakilnya itu harus menyampaikan amanah organisasinya mengenai berbagai hal yang telah dipertimbangkan masaka – masak wakilnya yang duduk sdi dewan –dewan daerah harus mengusahakan untuk memebentuk fraksi nasional karena dalam dewan –dewan itu mereka akan berhadapan dengan wakil –wakil organisasi lain. Jika tidak merusak atau merendahkan organisasi nya, wakil Paguyuban Pasoendan harus bekerja sama dengan wakil organisasi lain itu. Mereka harus turut serta dalam badan –badan pemerintah, tetapi mereka harus memegang prinsip ― bekerja untuk kpentingan umum dengan pikiran tenang dan maksud suci ―.

  • Orang-orang Ambon di Jawa mendirikan organisasi untuk mereka pada tahun 1908. Di Semarang, A. J. Patty mendirikan Sarikat Ambon yang radikal dan ingin mendapatkan pemerintahan berparlemen. Kemudian kedudukan organisasinya pindah ke Surabaya karena tanggal 9 Mei 1920 Patty di buang ke Bangka dan selanjutnya kerjasama dengan kelompok Studi Surabaya dan bergabung dalam PPKI. Di Jakarta aksi yang lebih radikal dibawakan oleh Tehupeiori dengan mendirikan Moluks Politiek Verbond pada tahun 1929 yang minta pemerintahan sendiri meskipun masih bergabung dengan kerajaan Belanda.

  • Persatuan Minahasa dibawah pimpinan dr. Tumbelaka dan dr. GSS Ratulangie berdiri di Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1927. Sebelum organisasi ini ada, di Semarang didirikan Rukun Minahasa pada tahun 1912 yang diketuai oleh J. H. Pangemanan yang banyak mendapat pengaruh ISDV dan hendak bekerjasama dengan pemerintah. Sebagai imbangan dari Timors Verbond yang didirikan di makasar tahun 1921 dan bersikap kiri, di Makasar lahirlah perserikatan Timor yang ingin kerjasama dengan pemerintah sambil meminta kemajuan sesial ekonomi dan politik bagi masyarakat Timor.

  • Perserikatan Madura didirikan di Surabaya pada tahun 1920 dan ada juga sarekat madura yang didirikan pada tahun 1925 di bawah Zainal. Kelompok ini sedikit pendukungnya dan bergabung ke Kelompok Studi Surabaya.

  • Sarekat Sumatera yang didirikan oleh Sutan Mohamad Zain menolak komunisme dan menentang pemerintah kolonial. Baru pada tahun 1927 organisasi ini mulai aktif untuk memikirkan perwakilan rakyat yang demokratis dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Cabang-cabang yang ada di Jakarta, Bandung, Sukabumi, Surabaya, dan Organisasi ini bergabung dengan PPKI.

  • Organisasi orang betawi dihimpun oleh MH. Thamrin berusaha memajukan perdagangan, pertukaran dan pengajaran.

Unsur-unsur etnosentrisme dan regionalisme pada dasarnya ada pada tiap-tiap organisasi. Regionalisme tetap ada dalam kedudukannya dengan mengisolasikan dirinya tanpa ada pengaruh dan campur tangan dari luar, tetapi dapat pula sebagai penyatu diri sehingga menciptakan nasionalisme. Pada tingkat regionalisme ini selalu dimanfaatkan pemerintah kolonial untuk memecah belah dan menguasainya ( devide et impera ) karena dengan adanya fragmentasi berarti kekuatan penentang pemerintah makin lemah. Jadi, pertumbuhan regionalisme ke nasionalisme merupakan keharusan bagi bangsa Indonesia yang akan membentuk kekuatan nasional.