Bagaimana Sejarah Pembentukan ASEAN?

asean
ASEAN dibentuk tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand oleh lima negara pendiri, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand melalui penandatanganan Deklarasi Bangkok. Bagaimana Sejarah Pembentukan ASEAN ?

Sejarah Pembentukan ASEAN (Association of South East Asian Nations)

Asia Tenggara memiliki kawasan geografis yang menghadap ke Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Kapal-kapal pedagang baik dari Eropa, Timur Tengah hingga benua lain sering singgah di sini. Kawasan ini juga menjadi tempat penyebaran ideoloogi, budaya, dan agama dari seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, Asia Tenggara menjadi pangsa empuk negara-negara luar yang memiliki daya imperial tinggi seperti Belanda, Inggris, Spanyol, Portugis, Jepang, Amerika Serikat dan sebagainya pada pertengahan abad 20.

Oleh sebab itu pada saat negara-negara di Asia Tenggara ini lepas atau merdeka dari cengkraman negara-negara imperial langsung mengambil posisi untuk menjaga keamanan negaranya masing-masing dari kedua blok adidaya dunia pada perang dingin sekitar 1945 1965 an. Banyak sekali organisasi-organisasi ad hoc dari negara-negara besar tumbuh subur di kawasan ini seperti Southeast Asia Treaty Organizations (SEATO) yang lebih bergerak dalam bidang keamanan kolektif dan umumnya diprakarsai oleh negara-negara luar Asia Tenggara khususnya dari blok Barat untuk membendung upaya berkembangnya ideologi komunis di kawasan tersebut (Cipto, 2006). Berlanjut ke Association of Southeast Asia

(ASA) pada tahun 1961, yang mana anggotanya terdiri dari Malaysia,Philipina dan Thailand dan bebas dari prakarsa negara di luar Asia Tenggara kendati begitu tetap saja bubar akibat konfrontasi antara Philipina dan Malaysia terkait status daerah Sabah. Dari konfrontasi tersebut, Indonesia memiliki inisiatif untuk mendirikan organisasi serupa antara tiga negara untuk membendung konfrontasi itu yakni Maphilindo tapi tetap disayangkan jika itu kandas di tengah jalan akibat konfrontasi Indonesia dengan Malaysia (Cipto, 2006).

Asia Tenggara adalah kawasan yang sangat amat strategis. Akan tetapi paska kemerdekaannya sebagai negara baru yang cukup labil di tengah kondisi politik global yang cenderung mengarah ke blok Barat dan Timur, maka dari itu salah satu blok yakni Barat memiliki inisiatif untuk bisa membendung Asia Tenggara dari blok Timur beserta ideologinya yakni Komunisme. Ini terbukti dari organisasi keamanan yang sudah penulis jabarkan secara singkat di paragraf sebelumnya, di samping itu Dr Bambang Cipto juga menunjukkan adanya hubungan kedekatan dan keamanan antara Thailand, Philipina dengan Amerika Serikat dan Singapura, Malaysia dengan Inggris (Cipto, 2006). Bila ditilik lebih dalam negara-negara Asia Tenggara tersebut memiliki sejarah panjang dengan Amerika Serikat dan Inggris jauh sebelum merdeka. Keempat negara Asia Tenggara bakal pendiri ASEAN mengalami ketakutan karena Indonesia yang besar dan tangguh memiliki hubungan dekat dengan blok Timur, karena politik yang dijalankan oleh Soekarno juga mengarah ke kiri-kiri an dan juga lebih dikenal dengan politik konfrontasi.

Sesaat Indonesia dipimpin oleh Soeharto, potensi integrasi kawasan Asia Tenggara terlihat dan hubungan baik negara-negara cikal bakal pendiri pun terasa. Buktinya adalah berakhirnya konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun 1966. Setelah itu menurut Dr Bambang Cipto (Cipto, 2006) ketidakpastian masa depan perang Vietnam juga menjadi dorongan lain bagi negara-negara non-komunis untuk membentuk integrasi regional. Stimulus-stimulus ini lah yang menjadi wujud dari pembentukan ASEAN pada 8 Agustus 1967.

Sumber:

https://www.academia.edu/31943532/Dinamika_Hubungan_Kerja_Sama_ASEAN_dengan_Republik_Rakyat_China?auto=download

Sejak zaman prasejarah, yaitu sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi, seluruh kawasan Asia Tenggara merupakan daerah penyebaran rumpun budaya dan bahasa Melayu-Austronesia, yang berasal dari sekitar Teluk Tonkin dan lembah Sungai Mekong. Kebudayaan dan bahasa Melayu-Austronesia ini merupakan dasar tata kehidupan dan pergaulan bangsa-bangsa di wilayah Asia Tenggara.

Baru sejak abad pertama Masehi, sebagian besar Asia Tenggara mendapat pengaruh dari luar. Berbagai kerajaan besar dan kecil telah lahir, bangun, berkembang dan kemudian jatuh kembali di kawasan ini. Hal ini disebabkan masuknya pengaruh dan peradaban dari luar seperti Hindu dan Budha yang dari India.

Hubungan internasional di Asia Tenggara sebelum kehadiran NegaraNegara kolonial Eropa ditandai dengan pergulatan perebutan kekuasaan antarNegara yang ada di kawasan daratan maupun maritim Asia Tenggara. Di daratan Asia Tenggara, setidaknya ada empat Negara terkemuka yang menjadi aktor politik internasional pada saat itu, yakni: kerajaan Vietnam, Siam (Thailand), Khmer (Kamboja), dan Burma (Myanmar). Keempat Negara inilah yang membentuk dinamika hubungan antar-Negara hingga kedatangan Negara-Negara kolonial Eropa.

Adapun alasan bangsa-bangsa Barat menjajah Asia Tenggara adalah sebagai berikut :

a. letaknya yang sangat strategis untuk pelayaran dan perniagaan.

b. kawasan Asia Tenggara memiliki sumber kekayaan alam yang berlimpah.

c. wilayah ini mempunyai penduduk yang cukup banyak.

Kekuasaan kolonial Eropa terhadap bangsa-bangsa Asia Tenggara terjadi sejak abad ke-17 dimana pemerintah kolonial Belanda menguasai daerah-daerah di Indonesia, diikuti oleh imperialis Inggris yang menguasai Malaysia, Singapura, Myanmar, dan Kalimantan Utara sepanjang abad ke-19, dan imperialis Prancis yang menguasai Filipina hingga akhir abad ke-19. Bahkan seluruh Indonesia dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1908. Pada waktu meletusnya Perang Dunia II, Jepang menyerang dan menduduki Pearl Harbor dan satu per satu Negara Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Tenggara jatuh ke tangan kekaisaran Jepang.

Hubungan internasional di Asia Tenggara setelah Perang Dunia II ditandai dengan terjadinya Perang Vietnam dan invasi Vietnam ke Kamboja serta upaya pembentukan organisasi regional yang merupakan pola berpikir modern pasca kemerdekaan dalam wujud perkembangan dan sekaligus penolakan terhadap tradisi primitif yang hanya menekankan peperangan sebagai cara membangun hubungan internasional di kawasan tersebut. Organisasi regional yang pertama kalinya dibentuk adalah SEATO ( Southeast Asia Treaty Organization ) yang dinilai merupakan upaya Amerika untuk membendung pengaruh komunis di kawasan Asia. Barulah pada tahun 1961, untuk pertama kalinya dibentuk suatu organisasi regional yang merupakan prakarsa NegaraNegara Asia Tenggara sepenuhnya yang bernama Association of Southeast Asia (ASA) yang beranggotakan Malaysia, Philipina, dan Thailand. Namun organisasi ini tidak bertahan lama, hal ini disebabkan oleh pecahnya konflik Philipina dan Malaysia atas status daerah Sabah yang diklaim sebagai bagian dari Philipina. Konflik ini mendorong terbentuknya Maphilindo (Malaysia, Philipina, Indonesia). Namun seiring politik konfrontasi (penentangan terhadap pembentukan Negara Malaysia) yang dilancarkan oleh Soekarno pada waktu itu, fondasi Maphilindo juga hancur. Hal ini menyebabkan timbulnya anggapan bahwa Soekarno adalah presiden yang komunis. Sehingga berdampak pada makin memprihatinkannya perekonomian Indonesia pada waktu itu.

Kondisi tersebut, kontras dengan apa yang terjadi di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina yang tetap membina hubungan baik dengan Negara barat. Hal ini terlihat pada kebijakan Amerika di Vietnam Selatan yang didukung oleh Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand namun ditentang oleh Indonesia dibawah kepemimpinan Soekarno. Hal ini menyebabkan Indonesia ditempatkan pada posisi yang terisolasi. Hingga pasca kudeta PKI, Soeharto yang mengambil alih pemerintahan Soekarno menghentikan politik konfrontasi yang menyebabkan kembalinya kepercayaan Negara tetangga terhadap Indonesia dibawah kepemimpinan Soeharto. Hal ini serta merta membuka kembali peluang kerjasama regional yang ditandai dengan berakhirnya konfrontasi IndonesiaMalaysia pada tahun 1966.

ASEAN berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 atas dasar kesepakatan lima menteri luar negeri Negara-Negara Asia Tenggara yakni Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), Thanat Khoman (Thailand), Rajaratnam (Singapura), dan Narcisco Ramos (Filipina). Kesepakatan ini dihasilkan melalui pertemuan yang diadakan di Bangkok pada tanggal 5-8 Agustus 1967. Adapun kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan ini dijadikan suatu pernyataan yang bernama Deklarasi Bangkok. Deklarasi Bangkok tersebut menjadi dasar terbentuknya sebuah organisasi kerja sama Negara-Negara Asia Tenggara yang dinamakan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN).

Deklarasi Bangkok merupakan instrumen penting bagi ASEAN, karena dalam Preamble Deklarasi menegaskan bahwa Negara-Negara anggota mempunyai keinginan untuk mendirikan suatu federasi yang kokoh untuk tindakan bersama guna memajukan kerja sama regional, memperkuat stabilitas ekonomi dan sosial serta memelihara keamanan dari campur tangan pihak luar.