Bagaimana sejarah Istana AL Hambra dan apa kaitannya dengan Islam di Spanyol ?

al hambra

Al hambra, yang berarti “merah”, adalah nama sebuah kompleks istana sekaligus benteng yang megah dari kekhalifahan bani ummayyah di Granada, Spanyol bagian selatan, yang dikenal dengan sebutan Al-Andalus ketika benteng ini didirikan, yang mencakup wilayah perbukitan di batas kota Granada. Istana ini dibangun sebagai tempat tinggal khalifah beserta para pembesarnya.

Bagaimana sejarah Istana AL Hamra dan apa kaitannya dengan Islam di Spanyol ?

Awal Pembangunan

al3

Khalifah Nasrid melaksanakan pembangunan awalnya tahun 1250 Masehi. Sebagaimana sejarah Colosseum, sejarah Taj Mahal, dan beberapa bangunan besar skala dunia, pembangunan Istana Al Hamra tidak langsung selesai dalam satu periode kepemimpinan. Ada perjalanan panjang yang melibatkan emosi antar agama dan bangsa yang turut memberi warna pada benteng istana Al Hamra.

Dibutuhkan waktu sekira 2,5 abad untuk menyelesaikan bangunan ini. Inilah jejak pungkasan kejayaan Islami di Andalusia. Setelahnya, Ferdinan serta Isabella of Castille beserta prajuritnya berhasil merebut kekuasannya di tahun 1492 Masehi.

Sepeninggal kekuasaan Islam di bumi Spanyol, rakyat dan pemerintah setempat tidak lantas menghancurkan istana Al Hamra sebagai bentuk kebencian. Justru mereka memberi beberapa tambahan berupa bangunan lain selepas Islam meninggalkan bumi Spanyol. Sampai sekarang istana bekas benteng pertahanan ini terus berkembang menjadi objek wisata yang mengundang pemasukan ke kantong pemerintah setempat.


Pembangunan Tambahan

Turis yang mengunjungi Al Hamra bukan hanya datang dari penjuru Spanyol saja, melainkan dari seluruh dunia. Mengingat bangunan ini merupakan bekas peradaban Islam yang pernah besar di bumi mayoritas non muslim tersebut, jumlah peminat wisatawan terus bertambah. Untuk menunjang kebutuhan para turis, saat ini sudah dibangun banyak restoran, motel, hotel dan perluasan lahan parkir demi kenyamanan bersama.

Yang disesalkan dari pembangunan tambahan adalah peletakannya yang terkesan sembarangan. Fasilitas-fasilitas tersebut seakan menyatu dengan kompleks situs. Sehingga menutupi situs Al Hamra sendiri yang seharusnya ditampilkan seterbuka mungkin agar menjadi titik utama. Kesalahannya juga terletak pada peta petunjuk arah dan keberadaan pemandu yang seakan menjadi keharusan bagi wisatawan jika ingin mengunjungi situs Al Hamra dan tidak tersesat.

Salah satu bangunan baru yang dibangun untuk melengkapi situs adalah pintu gerbang masuk istana. Di sana bukan hanya berupa pagar saja, tetapi juga merangkap tempat penjualan tiket, majalah, cinderamata dan booklet tentang sejarah istana Al Hamra. Seharusnya mereka ini diletakkan lebih maju sedikit atau di jajaran tempat fasilitas umum agar tidak mengganggu kenyamanan pengunjung yang ingin mengabadikan foto atau momen dari depan istana.


> SUMBER (silahkan klik disini)