Bagaimana Sejarah Agama Islam Masuk ke Yordania?

Dalam bahasa Indonesia sejarah babad, hikayat, riwayat, atau tambo dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah.

Bagaimana sejarah agama islam masuk ke Yordania?

Yordania (Bahasa Arab, Al-‘Urdun), resminya Kerajaan Hashimiyah Yordania adalah sebuah kerajaan di Tepi Barat Sungai Yordan. Negara ini berbatasan dengan Arab Saudi di timur dan tenggara, Irak di timur-laut, Suriah di utara dan Tepi Barat dan Israel di barat, berbagi kekuasaan atas Laut Mati. Satu-satunya pelabuhan Yordania adalah di ujung barat-daya, di Teluk Aqaba, yang sebagiannya juga dikuasai oleh Israel, Mesir, dan Arab

Saudi. Lebih dari separuh Yordania diliputi oleh Gurun Arab. Tetapi, bagian barat Yordania berupa hutan dan lahan layak tanam. Yordania adalah bagian dari Bulan Sabit Subur. Ibu kota dan pusat pemerintahannya adalah Amman.

Luas wilayahnya mencapai 92.300 km2 (luas tepian timur sungai Yordania), 91.971 terdiri dari daratan dan 329 area perairan. jumlah penduduknya berdasarkan data statistik tahun 1998 M mencapai 4.600.000 jiwa, dengan mayoritas pemeluk Islam sunni (92 ), dan selebihnya penganut agama Nasrani 6 . Dalam laporan Badan Statistik terbaru yang dikeluarkan pemerintah Yordania mencatat bahwa ada sekitar 9,9 juta warga dan sekitar 14% di antaranya merupakan penduduk Suriah yang mendiami seluruh wilayah Yordan.

Jejak-Jejak Peradaban Islam di Yordania

Masjid Al-Husayni
Tempat-tempat bersejarah yang merupakan peninggalan peradaban Islam di Amman-Yordania mudah ditemukan. Di antaranya Masjid Al-Husayni yang terletak di jantung kota Amman, berdekatan dengan Pasar Al Ballad. Masjid ini pada mulanya dibangun pada masa kejayaan Khalifah Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu, tahun 640 Masehi, dan ini merupakan masjid tertua di Amman. Nama masjid ini dinisbahkan kepada al-Sharif al-Husayn bin Ali.

Masjid ini pernah runtuh, namun tahun 1923/1924 M dibangun kembali oleh raja Abdullah pertama yang berkuasa waktu itu, dengan tetap mempertahankan sentuhan arsitektur gaya Turki, yang terlihat hampir di setiap sudut bangunan masjid. Meski telah berusia ratusan tahun, namun masjid ini masih terpelihara baik. Setiap Jumat tiba, penduduk Amman yang tinggal di sekitar masjid, melaksanakan sholat jama’ah dengan khusyuk.

Masjid Al-Husayni ini panjangnya 58,5 meter dan lebarnya 12,5 meter. Memiliki dua menara, masing-masing tingginya 70 m yang sebelah kanan dan 35 m yang sebelah kiri.

Laut Mati
Tempat lain yang mengesankan, tak jauh dari Ibukota Amman, adalah al-bar al-mayyit. Laut mati ini merupakan tempat terendah dipermukaan bumi, terletak 408 meter di bawah permukaan laut. Menginjakkan kaki di tempat ini, akan terasa sentuhan Islam melalui kisah perjuangan di masa Nabi Luth Alaihissalam. Menjadi tanda peringatan akan kekejian perilaku kaum Nabi Luth, yang memuja dewa-dewa dan berperilaku menyimpang, saling mencintai sesama jenis.

Ketika Nabi Luth menyuruh mereka meninggalkan perilaku maksiat dan menyampaikan perintah Allah, mereka ingkar, dan menolaknya sebagai seorang Nabi dan melanjutkan perilaku menyimpang mereka. Sebagai balasannya, mereka dihancurkan dengan bencana yang sangat mengenaskan.

Semua penduduk Kota Sadum (Sodom) dan ‘Amura/ Gomorrah, termasuk istri Nabi Luth, terkubur di dasar bumi. Bekas tanah yang dibalik Allah itulah, yang sekarang menjadi laut mati (al-bahr al-mayyit). Itulah peninggalan Kota Sadum dan Amura, yang masih bisa dilihat sampai sekarang. Kini, sebagian kota tersebut menjadi wilayah Palestina dan sebagian lain menjadi wilayah Yordania.

Makam Nabi Shu’ayb
Sekitar setengah jam berkendaraan ke arah barat laut Kota Amman, atau ke wilayah Salt, akan dijumpai makam Nabi Shu’ayb ‘alaihi salam . Syu’aib (sekitar 1600 SM – 1500 SM) adalah seorang nabi yang diutus kepada kaum Madyan dan Aikah. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Namanya disebutkan sebanyak 11 kali di dalam Al-Qur’an dan ia wafat di Madyan.

Referensi :
http://bmalmuuqin.com/peradaban-islam-yordania/