Bagaimana Proses Penilaian Status Gizi Bedasarkan Antropometri?


Cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Bagaimanakah proses penilaian status gizi berdasarkan antropometri?

1 Like

Berbagai jenis ukuran tubuh yang diukur antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Keunggulan antropometri antara lain alat yang digunakan mudah didapatkan dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulangulang dengan mudah dan objektif, biaya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui keberadaannya (Supariasa, 2012).

Parameter Antropometri

Arisman (2010) menyatakan bahwa antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain:

  • Umur
    Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
  • Berat Badan
    Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonates). Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi.Berat badan merupakan pilihan utama karena parameter yang paling baik, mudah dipakai, mudah dimengerti, memberikan gambaran status gizi sekarang. Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin.
  • Tinggi badan
    Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua terpenting. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa.

Indeks Antropometri

Adapun indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa, 2012).

  • Berat Badan menurut Umur (BB/U)
    Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter antopometri yang sangat labil.(Supariasa, 2012).
    Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Arisman, 2010).
    Kelebihan indeks BB/U antara lain lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan. Kelemahan indeks BB/U adalah dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun acites, memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia 5 tahun, sering terjadi kesalahan pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak pada saat penimbangan (Supariasa, 2012).

  • Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
    Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa, 2002).
    Kelebihan indeks TB/U adalah baik untuk menilai status gizi masa lampau dan ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa. Kekurangan indeks TB/U adalah tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relatif lebih sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya (Supariasa, 2012).

  • Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
    Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dan kecepatan tertentu. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independent terhadap umur. Keuntungan Indeks BB/TB adalah tidak memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan kurus). Kelemahan Indeks BB/TB adalah tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan, atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya. Dalam praktek sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang/tinggi badan pada kelompok balita. Dengan metode ini membutuhkan dua macam alat ukur, pengukuran relatif lebih lama. Membutuhkan dua orang untuk melakukannya. Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.

Referensi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/67708/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi (karbohidrat dan lemak). Keunggulan antropometri : Alat mudah, dapat dilakukan berulangulang & objektif, siapa saja bisa dilatih mengukur, relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, secara ilmiah diakui kebenarannya, sederhana, aman, bisa sampel besar, tepat, akurat, dapat menggambarkan riwayat gizi masa lalu, bisa untuk skrining & mengevaluasi status gizi. Kelemahan antropometri meliputi : tidak sensitif & spesifik mengukur suatu zat gizi, bisa dipengaruhi faktor diluar gizi misalnya penyakit, bisa terjadi kesalahan pengukuran. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter . Parameter ini terdiri dari :

  1. Umur, yaitu bulan penuh untuk anak 0-2 tahun dan tahun penuh >2tahun dihitung dari hari lahir, misalnya bayi usia 6 bulan 10 hari dihitung usia 6 bulan atau anak umur 8 tahun 4 bulan dihitung 8 tahun.
  2. Berat Badan menggunakan timbangan yang sesuai dan cara yang tepat ,
  3. Tinggi Badan diukur pada posisi lurus dengan cara yang tepat,
  4. Lingkar Lengan Atas dapat menggunakan pita LILA atau meteran,
  5. Lingkar Kepala,
  6. Lingkar dada, dan
  7. Jaringan lunak (lemak sub cutan) diukur menggunakan alat khusus. Parameter sebagai ukuran tunggal belum bisa digunakan untuk menilai status gizi harus dikombinasikan.

Kombinasi beberapa parameter disebut Indeks Antropometri yang terdiri dari :

  1. Berat badan menurut umur (BB/U),
  2. Tinggi badan menurut umur (TB/U),
  3. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB),
  4. Lingkar lengan atas menurut umur(LLA/U), Indeks Massa Tubuh (IMT),dll. Banyak sekali sumber yang dapat digunakan untuk menggolongkan status gizi dengan menggunakan indeks antropometri tetapi tetap diperlukan tabel bantu untuk mengetahui parameter normal kemudian baru digolongkan misalnya menggunakan tabel 1.3 dan tabel 1.4 berikut.
    image

image
Penilaian status gizi pada orang dewasa dapat menggunakan indeks massa tubuh seperti pada tabel berikut.
image
Setiap indeks antropometri memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing misalnya BB/U kelebihannya : mudah, cepat dimengerti, bisa mengukur status akut dan kronis, sensitive terhadap perubahan, dapat mendeteksi overweight, sedangkan kelemahannya : dipengaruhi ascites/udema, harus tahu jelas tanggal lahir, sering salah dalam pengukuran. TB/U keuntungannya : alat mudah murah, fleksibel, bisa mengukur gizi masa lampau, sedangkan kelemahannya : tinggi badan lambat berubah, posisi harus tepat, umur harus pasti, BB/TB Keuntungan : tidak perlu data umur, dapat membedakan proporsi badan gemuk, normal, kurus, Kelemahannya adalah : tidak memberikan gambaran tinggi anak menurut seumuran, sulit dilakukan pada balita, alat ukur 2 maacam, lebih lama, sering terjadi kesalahan pengukuran. LLA/U keuntungannya : baik untuk menilai Kekurangan Energi Protein (KEP) berat, murah, mudah, kelemahannya : sulit menentukan ambang batas, sulit menilai pertumbuhan anak usia 2-5 tahun.

Klasifikasi lain untuk menentukan status gizi bisa menggunakan klasifikasi WHO berikut :

  1. Gizi lebih bila BB saat ini : >120% median BB/U baku WHO-NCHS
  2. Gizi baik bila BB saat ini : 80-120% median BB/U baku WHO-NCHS
  3. Gizi sedang bila BB saat ini : 70-79,9% median BB/U baku WHO-NCHS
  4. Gizi kurang bila BB saat ini : 60-69,9% median BB/U baku WHO-NCHS
  5. Gizi buruk bila BB saat ini : <60% median BB/U baku WHO-NCHS
Referensi

Mardalena, I dan Suryani, E. 2016. Ilmu Gizi. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan dan kementerian Kesehatan Republik Indonesia.